Cegah Monopoli Lion Air Group
Pelita Pertajam Taji Garuda
JAKARTA - Rencana sinergi tiga maskapai pelat merah, yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Citilink Indonesia dan PT Pelita Air Service (PAS), sebaiknya segera direalisasikan. Sebab, aksi itu akan memperkuat posisi Garuda Indonesia di industri penerbangan Tanah Air.
Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan, langkah Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mensinergikan tiga maskapai pelat merah itu sangat penting dilakukan.
Mengingat, industri penerbangan di Indonesia telah dimonopoli oleh satu grup maskapai yang menguasai sekitar 70 persen pasar dalam negeri.
“Kalau tiga maskapai ini bersatu, harapannya bisa memperbesar pangsa pasar 30 sampai 40 persen. Jadi, penerbangan kita nggak dimonopoli satu maskapai saja,” ujar Gatot kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Kendati begitu, dia menyarankan, sinergi tiga maskapai tersebut sebaiknya bukan dengan cara merger (penggabungan).
“Banyak orang salah kaprah. Maskapai ini adalah tiga perusahaan berbeda, segmen penumpangnya juga berbeda. Jangan sampai di-merger,” imbau Gatot.
Pasalnya, masing-masing perusahaan memiliki izin usaha berbeda dan Air Operation Certificate (AOC) atau Sertifikat Operator Pesawat Udara.
“Kalau di-merger, nanti semua hilang, kasihan. Sebaiknya tiga maskapai itu menjadi satu grup saja. Seperti, Lion Group, Sriwijaya Group. Nah, Pelita Air masuk jadi Garuda Group,” katanya.
Gatot menjelaskan, Garuda Indonesia selama ini ada di segmen pasar full service, sementara Citilink bermain di segmen LCC (Low Cost Carrier). Sedangkan Pelita Air ada di kelas pelayanan medium, setara dengan kelas yang dilayani Sriwijaya Air.
Bila nantinya Pelita Air bergabung menjadi Garuda Group, kata dia, tentunya bisa semakin memperkuat posisi maskapai pelat merah di Indonesia.
Apalagi, sejauh ini Pelita Air di bawah PT Pertamina (Persero) sudah kuat.
“Seharusnya, Pelita Air bisa untuk memperbesar pangsa pasar Garuda. Dibandingkan sendiri-sendiri, pangsa pasarnya kecil,” katanya.
Sebagai informasi, Pelita Air baru memulai penerbangan komersialnya tahun 2022. Yang sebelumnya hanya melayani penerbangan kargo dan charter.
Sementara, Lion Group menguasai 70 persen pangsa pasar penerbangan. Sisanya, terbagi atas Indonesia Air Asia, Sriwijaya Group dan Garuda Group.
Adapun Lion Group terdiri atas Lion Air, Wings Air, Batik Air, Super Air Jet, Batik Air Malaysia dan Thai Lion Air.
“Untuk Lion Air saja sudah 30 persen. Padahal sebelum pandemi, Garuda dan Citilink juga 30 persen pangsa pasar penerbangan di Indonesia. Sekarang, mungkin hanya 10 atau 15 persen,” kata Gatot.
Karena itu, keberadaan Pelita Air di Garuda Group sangat penting untuk menjaga bisnis di industri penerbangan tetap sehat, alias tak hanya dimonopoli satu maskapai saja.
“Maskapai BUMN ini kalau bersatu, bisa jadi pesaing yang kuat untuk Lion Group,” tegasnya.
Untuk itu, para maskapai BUMN ini juga harus terus menambah armada. Sejauh ini, Pelita Air maupun Citilink telah memiliki armada yang cukup.
Gatot melihat, saat ini pertumbuhan penumpang sudah mulai pulih dari kondisi saat pandemi. Kini sudah ada 70 juta penumpang dan diproyeksikan akan mencapai 100 juta penumpang yang dilayani maskapai hingga akhir tahun ini.
Menurutnya, Garuda Indonesia juga mampu menambah armadanya, lantaran cash flow perusahaan yang kian membaik dibandingkan saat pandemi.
Terpisah, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memastikan, komunikasi antara Kementerian BUMN, Garuda dan Citilink serta Pelita terus berjalan. Bahkan, bisa berlangsung dua kali dalam seminggu.
“Kita set-up PMO (Project Management Office) tim itu berakhir 30 Desember. Dalam kurun waktu itu, mudah-mudahan, semuanya bisa sepakat,” terang Irfan di Jakarta, Rabu (27/9).
Namun, pihaknya tak ingin buru-buru, karena banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk merger akhirnya.
“Kami tidak mau grasa-grusu karena banyak implikasinya. Mulai daru finansial, legal, utang karyawan dan lainnya,” beber Irfan.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, dengan bergabungnya Pelita Air ke Garuda Group, maka seluruh lisensi pesawat yang dimiliki Pelita Air akan dialihkan kepada Citilink.
“Rencana ini bertujuan agar maskapai milik BUMN lebih efisien dan untuk memperkuat industri penerbangan Indonesia,” tutup Tiko, sapaan akrab Kartika.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 22 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 15 jam yang lalu
TangselCity | 14 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu