Ramah Penyandang Disabilitas
Fasilitas Di Masjid Istiqlal Dipuji Utusan Khusus AS
JAKARTA - Penasihat Khusus Hak Disabilitas Internasional untuk Amerika Serikat (AS) Sara Minkara memuji fasilitas Masjid Istiqlal yang ramah terhadap penyandang disabilitas. Dia berharap, langkah tersebut diikuti masjid-masjid hingga tempat ibadah lainnya di Tanah Air.
Minkara mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (7/10), dalam rangka menghadiri acara "Interfaith Dialogue on Accessibility to Place of Worship" atau Dialog Lintas Agama tentang Aksesibilitas Tempat Ibadah.
Dia mendorong kemudahan akses bagi penyandang disabilitas untuk menuju tempat-tempat ibadah. Pasalnya, pengecualian hak bagi penyandang disabilitas bisa berdampak buruk pada perekonomian suatu negara.
“Komunitas disabilitas mewakili 17 persen populasi dunia. Persentase itu bisa lebih tinggi. Mengecualikan (penyandang disabilitas) akan berdampak pada penurunan Produk Domestik Bruto sebesar 7 persen. Bahkan bisa lebih dari itu, sangat signifikan,” terangnya.
Minkara mengatakan, mengabaikan penyandang disabilitas dari perekonomian berarti mengabaikan kontribusi dan nilai mereka. Karena tidak jarang dari mereka yang menciptakan inovasi yang bermanfaat. Dengan mengecualikan komunitas disabilitas dari berkontribusi terhadap perekonomian, artinya tidak memanfaatkan inovasi mereka.
“Kita cenderung menciptakan sistem yang lebih bergantung dan membebani, daripada sistem yang memberdayakan kontribusi, nilai dan inklusi,” katanya.
Terkait aksesibilitas di tempat ibadah, perempuan berhijab itu mengapresiasi pengurus Masjid Istiqlal yang telah berupaya menciptakan akses yang baik untuk mempermudah penyandang disabilitas beribadah di Masjid Istiqlal. Kendati begitu, Minkara berharap, kemudahan akses ini juga dapat diimplementasikan di masjid-masjid lainnya, maupun tempat ibadah lain di Indonesia. Seperti di gereja, vihara maupun pura.
“Ini sangat luar biasa, mendengar di sini ada penerjemah saat khutbah. Saya harap pesan ini juga bisa tersampaikan di masjid-masjid lainnya dan tempat ibadah lain,” harapnya.
Aksesibilitas itu, lanjut Minkara, terkait fisik, komunikasi, budaya dan teknologi.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat Masjid Istiqlal Laksma TNI (Purn) Asep Saepudin mengatakan, Masjid Istiqlal sudah lama menyiapkan akses bagi penyandang disabilitas. Mulai dari jalan masuk, tempat wudhu, hingga lift untuk masuk ke tempat ibadah di lantai dua.
“Kalau teman-teman tidak ada yang mendampingi, kami juga menyiapkan tenaga untuk mengantar ke depan. Shaf-nya juga di depan, baik pria maupun wanita,” katanya.
Menurut Asep, apa yang telah diterapkan di Masjid Istiqlal terkait akses bagi penyandang disabilitas juga telah disosialisasikan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar, yang juga merupakan Ketua Ikatan Persaudaraan Imam-Imam Masjid Seluruh Indonesia. Menurutnya, sudah ada beberapa masjid yang telah menyadari pentingnya akses ini dan berupaya mengimplementasikannya.
“Apa yang diterapkan di Istiqlal sudah kami sosialisasikan. Dan beliau mengajak kepada seluruh masjid, terutama di kota-kota besar untuk sama-sama menyiapkan akses beribadah bagi saudara-saudara kita,” ujarnya.
Koordinator Regional Jakarta Forum Masyarakat Sipil Pemantau Inklusi (Formasi) Disabilitas Ilma Rivai menyayangkan masih adanya stigma negatif bagi penyandang disabilitas. Menurutnya, akses beribadah bagi penyandang disabilitas itu sangat penting. Karena ini berkaitan dengan hubungan antara manusia dan Tuhannya.
“Saya pernah ingin masuk ke mushola tapi nggak boleh masuk, karena dikiranya kursi rodaku kotor. Itu sangat membekas sekali,” ujarnya.
Dia juga mendorong pentingnya akses penerjemah di tempat ibadah, seperti di gereja. Ilma pernah mendapat cerita dari rekannya yang juga penyandang disabilitas tentang sulitnya memperoleh akses penerjemah di gereja saat kebaktian.
“Di gereja masih kekurangan juru bahasa isyarat. Tidak semua gereja menyediakan bahasa isyarat untuk menerjemahkan ayat-ayat di Al-Kitab,” katanya. Menurut Ilma, tidak ada yang berlebihan dari permintaan teman-teman disabilitas, karena masing-masing mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Dia berharap, dari Dialog Lintas Agama tentang Aksesibilitas Tempat Ibadah ini, banyak pihak yang menyadari pentingnya akses disabilitas di tempat-tempat ibadah bagi penyandang disabilitas.
“Fasilitas ibadah, atau fasilitas umum apapun itu harus mencoba mengakomodasi secara berproses, kontinyu dan berkomitmen,” ujarnya
Nasional | 10 jam yang lalu
Pos Tangerang | 21 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 10 jam yang lalu
Olahraga | 11 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu