TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pemilu Berjalan Aman Dan Damai. Prestasi Indonesia Disorot Dunia Lho…

Oleh: Farhan
Editor: admin
Rabu, 21 Februari 2024 | 09:44 WIB
Mendagri Tito Karnavian (kiri) pada acara Rakernas BNPT. Foto : Ist
Mendagri Tito Karnavian (kiri) pada acara Rakernas BNPT. Foto : Ist

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan, tidak ada serangan teroris secara terbuka yang terjadi di Indonesia sepanjang 2023. Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 pun berjalan aman dan damai.
“Alhamdulillah sepan­jang tahun 2023 tidak ada satu­pun serangan teroris secara terbuka yang terjadi di Indone­sia, atau zero terrorist attack,” kata Kepala BNPT Komjen Rycko Amelza Dahniel, dalam Rapat Kerja Nasional (Raker­nas) BNPT, di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Rycko menjelaskan, pada 2018 ada 19 aksi terorisme. Sementara pada 2019 dan 2020 masing-masing 11 aksi terorisme. Di 2021, masih ada. Kemudian di 2022 ada 2 aksi terorisme. Sementara pada 2023, nihil aksi terorisme.

Rycko bilang, hal itu meru­pakan prestasi yang luar biasa. Prestasi itu bahkan menjadi soro­tan di mata dunia. Terlebih, 2023 menjadi tahun politik menjelang Pemilu 2024.
“Indonesia yang setiap tahun selalu mencatat terjadi serangan teroris dan sebuah negara yang memiliki sel-sel jaringan tero­ris yang aktif mampu mencatat sejarah, tidak ada satupun serangan teroris secara terbuka sepanjang tahun 2023,” ucap­nya.
Rycko menyebut, hal ini meru­pakan hasil kerja keras dari Densus 88 Polri didukung oleh TNI dan seluruh masyarakat Indonesia yang mendukung di­lakukannya penegakan hukum yang efektif, yang masif dan proaktif.

Kendati demikian, peraih Adhy Makayasa ini menegas­kan, semua pihak harus tetap waspada. Sebab, meskipun tidak ada serangan terbuka, bisa jadi jaringan terorisme terus bergerak secara masif.
Diingatkannya, apa yang terjadi saat ini dan berbagai serangan terbuka hanyalah fenomena yang muncul di atas per­mukaan dalam sebuah teori gunung es.
“Sementara di bawah permu­kaan terjadi tren peningkatan konsolidasi dan proses radika­lisasi,” jelasnya.

Pria kelahiran Bogor, Jawa Barat ini juga menjelaskan, meski tidak ada serangan teror tahun lalu, sel-sel terorisme di Indonesia sebetulnya menguat.
Hal ini ibuktikan dari bertambahnya jumlah angka penindakan. Mulai dari terduga teroris, hingga barang bukti yang diamankan aparat gabungan Polri maupun TNI.
“Yang ditangkap dan barang bukti yang disita seperti sen­jata, amunisi dan bahan peledak meningkat dibandingkan tahun sebelumnya,” terangnya.

Yang juga meningkat adalah fundraising atau pengum­pulan dana, yang dilakukan oknum-oknum teroris dengan berbagai cara, dan memanfaat­kan berbagai momentum.

“Kemudian, terjadi peningka­tan proses radikalisasi dengan sasaran tiga kelompok rentan, yaitu perempuan, anak-anak, dan remaja,” tambah mantan Kapolda Jawa Tengah ini.
Menurut Rycko, mereka ha­rus dilindungi. Sebab, mereka adalah generasi penerus bangsa. Di pundak mereka, Indonesia bertumpu agar menjadi negara maju di masa depan.

“Penting untuk dilindungi dari proses radikalisasi demi mencapai tujuan Indonesia Emas 2045,” jelas Rycko.
Menurut Rycko, cikal bakal ideologi radikal adalah sikap in­toleran, alias tidak bisa menerima kepercayaan satu sama lain. Dia tidak bisa membayangkan apa jadinya Indonesia jika perem­puan, anak dan remaja terpapar virus radikal.

“Kalau kita tidak serius men­jaga generasi penerus kita, ini akan menjadi bola api Indonesia di masa depan. Itu lah sebabnya perempuan, anak dan remaja menjadi program prioritas utama BNPT,” tegasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit