Biaya Kuliah Mahal, Hati-hati Mahasiswa Bisa Terjerat Utang
JAKARTA - Polemik kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) membuat wacana student loan atau pinjaman untuk mahasiswa, kembali mencuat. Namun, sebagian pihak menilai program tersebut tidak menyelesaikan masalah, karena membebankan semua biaya kuliah kepada mahasiswa.
Wacana student loan mencuat dalam rapat antara Komisi X DPR dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, Selasa (21/5/2024). Rapat tersebut antara lain membahas tentang Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan UKT.
Nadiem mengatakan, rencana program student loan masih dibahas secara internal. Menurut dia, student loan membutuhkan pembahasan panjang, utamanaya dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
“Belum ada keputusan detail yang bisa saya umumkan, baru tahapan diskusi,” ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (21/5/2024).
Dia mengatakan, student loan masih jauh dari kata sepakat. Saat ini, opsi pinjaman itu masih berada di tahap diskusi internal. “Butuh waktu lama untuk menggolkan usul tersebut,” imbuhnya.
Sementara, anggota Komisi IX DPR Andreas Hugo Pareira pesimistis pinjaman mahasiswa diberlakukan. Dia khawatir, opsi yang awalnya diharapkan mempermudah para mahasiswa dan orang tua, malah membuat mereka semakin sengsara.
Andreas mencontohkan kasus viral pada awal 2024, di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pihak kampus bekerja sama dengan pinjaman online (pinjol) Danacita untuk membantu pembiayaan UKT mahasiswa.
“Kami telah menerima kabar, Kemendikbudristek tengah mempertimbangkan membentuk student loan. Saya berharap, Pemerintah berhati-hati menerbitkan pinjaman ini agar mahasiswa dan masyarakat tidak terjerat utang,” tegasnya dalam keterangan tertulis, Kamis (23/5/2024).
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mendorong perbankan menyediakan student loan.q
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan, pihaknya mendorong lembaga keuangan, khususnya perbankan, menyediakan student loan yang murah, untuk mengatasi masalahan biaya kuliah.
Kami diskusi dengan penyelenggara jasa keuangan, ayo dong dibuka student loan, dengan skema yang lebih student friendly. Misalnya, bayarnya pas anaknya (sudah) kerja,” cetusnya.
Wacana student loan juga ramai dibahas netizen di media sosial X. Akun @6363114d berharap, Pemerintah mengucurkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), untuk pembiayaan pendidikan tinggi. Sebab, jumlah generasi muda Indonesia yang sampai di bangku kuliah, masih sangat sedikit.
Senada, akun @rotijamaklima juga menyesalkan lahirnya wacana tersebut. Dia menilai, wacana itu tidak tepat di saat banyak rakyat miskin berusaha melepaskan diri dari jeratan pinjol.
“Saat UKT naik tinggi, solusinya dikasih student loan. Ini sama saja mengarahkan atau menjerumuskan mahasiswa ke pinjol versi education. Padahal, pajak terus ditarikin, emang pajak rakyat cuma buat pejabat!” cetusnya.
Sementara, akun @eazybreezylemon berharap, pemerintah mendorong lebih banyak generasi muda, agar lebih bersemangat dalam menggapai pendidikan tinggi.
“Persentase warga yang masuk perguruan tinggi kecil, masih banyak narasi kuliah nggak guna, malah bikin wacana student loan. Pas lulus kuliah, sulit nyari kerja, dapat kerja tapi gajinya kecil, terus harus bayar pinjaman?” ulasnya.
Akun @famajiid meminta Pemerintah belajar dari penerapan student loan di negara lain. Menurut dia, program itu telah melahirkan banyak masalah, dan berlangsung bertahun-tahun.
“Nggak cuma di Amerika. Teman saya di Kanada, pernah curhat kondisi serupa. Dia terjerat student loan hingga harus kerja 3 pekerjaan dalam satu waktu, selama bertahun-tahun, untuk membayar. Ketika lanjut S2 dengan beasiswa, dia juga harus kerja untuk bayar student loan. It’s stressful,” ungkapnya.
Akun @lukman_aryanto mengusulkan, pihak perguruan tinggi aktif membantu meringankan biaya kuliah.
“Kampus negeri punya banyak cara, solusi, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, ketimbang pakai student loan. Misalnya, membangun relasi dengan para alumni yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar dengan berbasis value,” usulnya.
TangselCity | 18 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 22 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 11 jam yang lalu
TangselCity | 13 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu