Damkar DKI Sering Pakai Air Got, Hidran PAM Sering Mampet

JAKARTA - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mengaku kesulitan mendapatkan air dari hidran saat memadamkan api. Hal itu terjadi karena distribusi airnya sering mampet.
Hal itu diungkapkan Dinas Gulkarmat DKI melalui akun media sosialnya.
“Beberapa sumber air dari hidran kota di Jakarta, pasokan airnya terkadang kurang memadai untuk digunakan dalam proses pemadaman,” kicau Pemadam Jakarta melalui akun @humasjakfire di platform X, Selasa (11/6/2024).
Pernah pakai hidran tapi pasokan air warga malah terganggu. Jadi nggak bisa mandi, masak, dan lain-lainnya,” tambahnya.
Padahal, Gulkarmat seperti pelanggan pada umumnya, yakni membayar untuk setiap meter kubik air yang digunakan.
Untuk mengatasi masalah itu, pihak Gulkarmat mengaku punya cara sendiri untuk memastikan air selalu tersedia saat dibutuhkan.
Solusinya kita bangun hidran mandiri di wilayah rawan kebakaran risiko berat/sangat berat,” jelasnya.
Hidran mandiri itu selain untuk pemadaman, bisa dipakai juga untuk warga.
“Bisa tanya lebih lanjut, ya ke Satgas Gulkarmat Kelurahan di tempat kalian,” ungkapnya.
“Tenang, kami pastikan selalu sediakan air di unit kami. Kalau kurang, biasanya kami cari sumber air dari kali/sungai, kolam renang, bahkan air selokan,” terangnya.
Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Satriadi Gunawan mengatakan, saat ini baru ada sekitar 600 titik hidran kota di lima wilayah kota administrasi DKI Jakarta. Jumlah tersebut masih jauh dari ideal. Selain itu, tidak semua hidran yang ada tersebut berfungsi dengan baik.
“Pasokan air kurang, tergantung daerahnya. Kita tergantung sama PAM (Perusahaan Air Minum) Jaya, yang bisa mengatur (pasokan air) itu,” kata Satriadi saat dihubungi Redaksi, Rabu (12/6/2024).
Satriadi menyebut, hidran kota yang suplai airnya kurang memadai itu mayoritas berada di wilayah pesisir Jakarta. Untuk mengatasi permasalahan ini, dia mengaku terus berkoordinasi dengan PAM Jaya.
Dia berharap, regulasi hidran kota ini seperti di luar negeri, yakni memisahkan pipa air hidran kota dengan pipa air minum rumah tangga.
“Ini memang mekanisme sangat rumit. Tapi di luar negeri bisa, hidran kota punya jalur sendiri, ada pipa khusus untuk air minum dan pipa khusus untuk Damkar,” ujarnya.
Makanya, lanjut Satriadi, hidran kota di luar negeri, tekanan airnya sangat kuat.
“Power-nya dari hidran, kalau nonton film kartun (semprotan air hidran) sampai bisa mengangkat mobil. Nah kalau kita kan harus nyedot, karena pasokan airnya terbatas,” jelas dia.
Padahal untuk penggunaan air hidran kota, Dinas Gulkarmat harus membayar. Nominalnya tergantung pemakaian dan abodemen.
“Kita dapat tagihan dari mereka ya kita bayar. Pembayaran di masing-masing Sudin (Suku Dinas Gulkarmat), bukan di Dinas,” ungkap Satriadi.
Nominal pembayaran penggunaan air hidran kota itu, lanjut dia, bervariatif.
“Misalnya kita gunakan 10 ribu liter ya kita bayar nanti, tapi kalau nggak ada kebakaran ya tidak bayar. (Nominal pembayaran) Kayaknya sih sampai puluhan juta, tergantung pemakaian,” bebernya.
Untuk mengantisipasi kurangnya sumber air, Gulkarmat DKI Jakarta memiliki sejumlah sarana dan cara alternatif dalam menanggulangi kebakaran. Seperti menggunakan sumber air alam.
“Air kali dan got bisa kita gunakan, termasuk kolam renang. Sah-sah saja kita pakai dalam keadaan darurat,” terangnya.
Selain itu, membangun hidran mandiri. Terutama di daerah yang jauh dari sumber air, jauh dari pos pemadam atau padat hunian yang membuat unit Damkar tidak bisa masuk. Hidran mandiri dibangun tandon di bawah atau di atas serta disiapkan unit pompa. Radius jangkauannya sekitar 5 kilometer (km).
Namun pembangunan hidran mandiri ini, kata Satriadi, terkendala dengan penyediaan lahan. Untuk membangun hidran mandiri dibutuhkan lahan sekitar 50 meter persegi.
“Bangun hidran di daerah padat hunian susah mencari lahan,” ucapnya.
Tahun ini, Gulkarmat DKI Jakarta akan membangun lima hidran mandiri di masing-masing wilayah Sudin. Satriadi berharap, ke depan ada ketentuan per berapa kilometer harus ada hidran kota.
“Tapi bukan hanya hidrannya saja ya, pasokan airnya pun mencukupi,” tandasnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo mengatakan, Komisi A sudah berkali-kali membahas dengan eksekutif terkait pembangunan hidran untuk menunjang kerja petugas Damkar.
“Tinggal bagaimana eksekutif menindaklanjuti secara teknis dan mengeksekusi serta berkomunikasi dengan PDAM,” kata Rio kepada Rakyat Merdeka, Rabu (12/6/2024).
Diungkap Rio, Komisi A Bidang Pemerintahan yang tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) meliputi pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana, menyadari betul pentingnya sarana dan pasokan air pada hidran kota.
“Komisi A setiap rapat kerja selalu mengevaluasi dan memonitoring terkait hal itu. Sekarang bagaimana teknis eksekusinya oleh eksekutif,” ujarnya.
Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan ini mendukung akses khusus pipa hidran kota. Pipa air hidran kota tidak digabungkan dengan akses air ke warga. Sehingga Damkar memperoleh suplai air yang cukup dan pasokan air ke warga juga tidak terganggu.
“Selama ini kita mendorong supaya Gulkarmat melakukan upaya kerja sama dengan pihak terkait, misalnya PDAM. Sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk menunjang kerja bisa dipersiapkan secara komprehensif,” tandasnya
Opini | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu