Singgung Neraka Iklim, Jokowi: Ngeri!
JAKARTA - Presiden Jokowi mengingatkan tentang ancaman serius dari neraka iklim yang akan datang. Jika tidak diantisipasi, peningkatan suhu ekstrem ini tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat, tetapi juga ketahanan pangan nasional, yang pada akhirnya bisa menyebabkan kenaikan inflasi. "Ngeri," warning Jokowi.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2024, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Rakornas ini digelar untuk merumuskan langkah-langkah dalam menjaga stabilitas inflasi di Indonesia. Inflasi yang terkendali adalah kunci untuk memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga, mendorong investasi, dan menciptakan iklim usaha yang kondusif.
Acara ini dihadiri jajaran kabinet dan kepala lembaga negara. Hadir misalnya Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Selain itu, hadir juga Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mirza Adityaswara.
Dalam pidatonya, Jokowi mengutip, peringatan Sekjen PBB Antonio Guterres terkait neraka iklim. Neraka iklim adalah gambaran suram masa depan global saat perubahan iklim yang ekstrem mengancam kehidupan. Ditandai dengan gelombang panas mematikan, kebakaran hutan meluas, banjir besar, kekeringan parah, dan kenaikan permukaan laut.
Kata Jokowi, ancaman neraka iklim itu sudah tampak di beberapa negara dengan munculnya gelombang panas ekstrem. Di India, suhu mencapai 50 derajat celcius. Sementara di Myanmar 45,8 derajat celcius. Dan lima tahun ke depan, suhu akan mencapai rekor tertinggi.
"Ngeri, panas sekali. Kalau orang panas mungkin bisa masuk ke rumah, berteduh bisa, tapi urusan pangan. Hati-hati masalah ini,” kata Jokowi mengingatkan.
Karena alasan itu, Jokowi meminta, jajarannya untuk melakukan perencanaan dan antisipasi menghadapi gelombang panas tinggi. Dalam perhitungannya, gelombang panas ektrem ini akan menyebabkan 50 juta petani akan kekurangan air yang ujungnya menyebabkan ketahanan pangan.
"Artinya apa, jangan main-main urusan kekeringan, jangan main-main urusan gelombang panas. Larinya nanti bisa ke inflasi,” lanjutnya.
Mantan Wali Kota Solo itu menceritakan, dalam tiga bulan terakhir, ia sudah menginstruksikan Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Panglima TNI untuk memasang sejumlah pompa air di daerah. Pompa tersebut nantinya digunakan untuk mengairi sawah para petani.
Mungkin 20-an ribu pompa akan kita pasang di daerah-daerah yang memiliki produksi utamanya beras, tapi bukan hanya beras saja,” ujarnya.
Menurut Jokowi, pompa tersebut digunakan untuk memompa air dari sungai ke sawah. “Baik itu sungai besar, maupun sungai sedang, sungai kecil semuanya manfaatkan air jangan biarkan air terus masuk ke laut,” papar Jokowi.
Eks Gubernur DKI Jakarta itu mengungkapkan beberapa pompa sudah dikirim ke Kodam. "Saya cek kemarin di Jawa Tengah sudah masuk pompanya 1.400, akan tambah lagi. Terutama daerah-daerah produksi, sehingga saat masuki musim kering karena El Nino sudah siap. Sehingga produksi tidak turun, itu goal-nya," tambah Jokowi.
Selain itu, Kepala Negara juga mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan sistem pertanian menjadi lebih modern dengan menggunakan sistem smart agriculture terutama untuk produk pangan unggulan. Menurut Jokowi, investasi juga diperlukan untuk membangun industri pengolahan sehingga nilai tambah produksi pertanian meningkat.
“Undang investasi untuk membangun industri pengolahan, untuk membangun pabrik pengolahannya, sehingga nilai tambah dari setiap produksi yang ada di pertanian, perkebunan kita menjadi berlipat. Bangun juga sistem distribusi yang terintegrasi,” katanya.
Dalam acara tersebut, Jokowi mengapresiasi kerja keras Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik di tingkat pusat maupun daerah dalam mengendalikan inflasi sehingga berada di angka 2,84 persen pada Mei 2024. “Ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia,” kata Presiden.
Meski demikian, Jokowi mengingatkan pemerintah daerah untuk tetap waspada dan berhati-hati dengan memonitor secara langsung pertumbuhan ekonomi di lapangan. Hal ini dikarenakan dampak dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi dirasakan secara langsung oleh rakyat.
“Kita harus tetap waspada, hati-hati tidak boleh lengah tantangan ke depan tidak mudah,” lanjutnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan, capaian inflasi Indonesia saat ini masih terkendali. Pada Mei 2024, inflasi mencapai 2,84 persen. Capaian ini menempatkan Indonesia di posisi lebih baik dibanding negara-negara G-20 lainnya, seperti Amerika Serikat (3,3 persen), Argentina (289 persen), Australia (3,6 persen), Turki (75,45 persen), dan Rusia (7,84 persen).
Airlangga menegaskan, strategi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga. Fokus utama termasuk keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
"Kesinambungan pasokan domestik dan data pangan yang akuntabel menjadi prioritas utama. Dengan pengembangan neraca pangan, diharapkan stabilitas harga dapat termonitor secara lebih efektif," jelas Airlangga.
TangselCity | 20 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 23 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 15 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 12 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu