Penumpamg Makin Membludak, KRL Perlu Penambahan Rangkaian Kereta Baru
JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (KAI) meminta Pemerintah menyuntikan dana sebesar Rp 1,8 trilun tahun 2025. Pasalnya, kereta commuter Jabodetabek yang dikelola anak usaha PT KAI, yakni PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), berpotensi mengalami kelebihan muatan serius pada tahun 2026. Netizen pun meminta adanya penambahan rangkaian KRL.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT KAI Salusra Wijaya menjelaskan, suntikan dana melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) akan digunakan untuk pengadaan rangkaian kereta baru, serta meningkatkan sejumlah fasilitas penunjang.
Menurutnya, kedua hal itu mendesak dilakukan karena jumlah kereta, kenyamanan dan keamanan di stasiun saling berkaitan.
“Utamanya, saat jam sibuk atau peak hours di Jabodetabek. Tahun ini, sudah terjadi okupansi sebesar 129 persen pada peak hours. Bila kita tak melakukan pengadaan sarana, pada 2026 sampai 2027 (okupansinya) akan melebihi 200 persen. Ini terjadi overload serius,” ujar Salusra dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, Selasa (9/7/2024).
Selain PMN, sambung dia, pendanaan pengadaan rangkayan kereta akan dipenuhi melalui mekanisme pinjaman atau utang. Namun, jika pihaknya tak mendapatkan PMN, seluruh pendanaan akan berasal dari utang.
“Jika tidak mendapatkan PMN, beban bunga utang PT KCI akan sangat tinggi, melebihi 2 kali lipat. Selain itu, laba bersih perusahaan juga berpotensi berbalik, menjadi rugi setelah tahun 2027,” ucap Salusra.
Direktur Utama PT KCI Asdo Artriviyanto menambahkan, pihaknya terus menghadapi tantangan baru dalam memenuhi kebutuhan armada KRL Jabodetabek. Awalnya, PT KCI memiliki 118 rangkaian kereta untuk melayani penumpang Jabodetabek.
Namun, lanjut Asdo, jumlah itu berkurang jadi 108 karena 10, di antaranya harus dikonservasi. Tahun ini, dari 108 rangkaian kereta yang dimiliki, 19 di antaranya akan diistirahatkan karena faktor usia.
Kondisi ini mengakibatkan, sisa armada hingga akhir tahun 2024, hanya 89 trainset. Sementara, kebutuhan operasional minimal mencapai 101 trainset.
“Kekurangan 12 trainset ini berpotensi menyebabkan penumpukan penumpang dan ketidaknyamanan para pengguna KRL,” jelas dia.
Asdo menambahkan, PT KCI akan mengimpor 12 rangkaian kereta dari CRRC Shi-feng jika mendapatkan suntikan dana dari Pemerintah tahun 2025. Jumlah itu akan bertambah setelah PT INKA menyelesaikan 4 trainset di tahun 2026.
Soal alasan pemesanan dari China, jelas Asdo, pihaknya mempertimbangkan harga yang kompetitif dan spesifikasi yang paling sesuai untuk kebutuhan Indonesia.
Kami mengalami krisis kekurangan sarana di semester II-2024 dan semester I-2025. Kami akan selesaikan krisis ini tahun 2025,” imbuhnya.
Di media sosial X, persoalan tentang kepadatan kereta commuter line juga jadi bahan omongan netizen.
Akun @Yunikartikaaaaa menilai, penambahan rangkaian kereta commuter khususnya jalur Jabodetabek merupakan hal wajar. Sebab, tingkat kepadatan penumpang sudah sangat sesak.
“Kalau sudah full nih, nggak setiap orang yang berdiri dapat pegangan (hand grip). Jadi, pas kereta berhenti, pasti ada tuh yang ngeluarin jurus melayangnya. Ayo dong PT KAI commuter, setiap hari kan lihat keretanya penuh, masak nggak mau tambah armada di jam-jam krusial,” cuitnya.
Senada, akun @Massechand menyatakan, kondisi di dalam commuter sudah sangat sesak, banyak penumpang yang tidak mendapatkan kursi dan banyak yang belum mempunyai keahlian menjaga keseimbangan. Jadi, saat kereta berhenti, ada yang terdorong hingga menimpa orang lain.
“Kalau belum bisa tambah rangkaian, setidaknya tolong dibantu pasang hand grip tambahan. Jadi, saat commuter ngerem, anker (anak kereta) nggak ketiban atau menimpa orang lainnya,” tulisnya.
Akun @yuniverse_____ juga mendesak penambahan armada untuk mengurangi penumpukan penumpang dan peningkatan pelayanan.
“Pernah punya pengalaman, nunggu kereta arah Kota Lama di Stasiun Manggarai, wow banget hampir setengah jam. Papan informasi di stasiun saat itu juga mati. Cuma bisa sabar Yaa Allah,” ungkapnya.
Akun @AhmdSyrfdn memiliki pendapat berbeda. Menurut dia, penambahan armada dan manajemen penumpang merupakan dua hal yang harus dibenahi, bila ingin membuat commuter line nyaman. Bila hanya salah satu, efek positifnya kurang terasa.
“Dulu saya sering denger kalimat ‘Jakarta keras bos!’ Kalimat itu terbukti pas liat realitas di Stasiun Tanah Abang jam 5 sampai 6 sore. Selain masalah armada, tidak adanya manajemen penumpang, membuat stasiun serasa gelangang tempur,” ujarnya.
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 20 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 17 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu