Kasus Mabuk Kecubung Tak Bisa Ditindak, Bukan Termasuk Jenis Narkotika
KALSEL - Kasus mabuk kecubung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), menjadi persoalan baru bagi pihak kepolisian. Penindakan yang dilakukan aparat penegak hukum hanya sebatas imbauan, karena kecubung masuk kategori tanaman hias, bukan narkotika.
Kepala seksi (Kasi) Humas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum, Kalsel, Budi Harmanto mengatakan, lonjakan pasien akibat mabuk kecubung mulai terjadi, Jumat (5/7/2024). Menurut dia, rentang umur pasien ada di kisaran umur dari 20 sampai 55 tahun.
“Per Kamis (11/7/2024), ada 44 pasien yang masuk karena mabuk kecubung. Dua di antaranya meninggal saat perawatan,” ujar Budi di RSJ Sambang Lihum, Kabupaten Banjar, Kalsel, Jum’at (12/7/2024).
Diketahui, kasus mabuk Kecubung di Kalsel viral di media sosial. Video-video yang beredar memperlihatkan pengkonsumsi kecubung tengah berhalusinasi hebat, mengeluarkan emosi beragam, seperti marah-marah, ketakutan, hingga sedih.
Melanjutkan keterangannya, Budi mengatakan, para pasien yang selamat, membutuhkan waktu minimal tiga hari untuk membuang racun atau proses detoksifikasi dari dalam tubuh.
Menurut dia, para pasien juga membutuhkan perawatan secara intensif selama proses detoksifikasi.
“Hanya sedikit pasien yang diperbolehkan rawat jalan, karena kami harus melakukan perawatan secara intensif. Masing-masing pasien juga memiliki kondisi yang berbeda dan memerlukan pendampingan,” jelas dia.
Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Kalsel Kombes Pol Adam Erwindi menyatakan, pihaknya hanya bisa melakukan imbauan kepada masyarakat agar tidak menyalahgunakan tanaman kecubung. Sebab, tanaman tersebut masih masuk kategori tanaman hias, bukan narkotika.
“Tindakan yang bisa kami lakukan sebatas imbauan, karena kecubung itu tanaman hias. Namun, kami juga tak bisa menutup mata dengan panyaknya pihak yang menjadi korban atas penyalahgunaan tanaman tersebut,” ucap Adam.
Sebab itu, pihaknya terus melakukan patroli dan memasifkan sosialiasasi di tengah masyarakat.
“Kami juga meneliti lebih jauh soal kandungan kecubung, karena ada kesimpangsiuran informasi di masyarakat,” imbuhnya.
Ketua Tim Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Banjarmasin Eka Fitriana mengakui, tanaman kecubung masuk kategori tanaman hias, bukan narkotika. Namun, tanaman itu mengandung opioid yang bisa menimbulkan halusinasi.
Jika disalahgunakan, kecubung dapat berdampak terhadap kesehatan, merusak syaraf. Makanya, ada korban penyalahgunaan kecubung yang menyebutkan diri ke sungai, hingga meninggal dunia,” kata Eka.
Dia menjelasakan, pihaknya belum memiliki uji laboratorium tentang kandungan narkotika dalam Kecubung, karena hal itu menjadi ranah Dinas Kesehatan (Dinkes).
Kami masuk dalam golongan narkotika saja dan kecubung ini belum masuk,” cetusnya.
Terpisah, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarmasin Matnor Ali meminta masyarakat berhati-hati dan menjaga keluarga dari penyalahgunaan Kecubung. Dia berharap, tak ada penambahan kasus warga yang keracunan kecubung.
“Kasus penyalahgunaan atau mabuk kecunung terjadi di tiga wilayah di Kalsel. Terbanyak, terjadi di Banjarmasin. Mari kita menjaga keluarga, lingkungan dan masyarakat di sekitar agar terhindar dari penyalahgunaan Kecubung,” imbaunya.
Viralnya kasus mabuk kecubung di Kalsel, ramai dibahas Netizen di media sosial X.
Akun @tinbted mengatakan, munculnya perilaku mabuk kecubung merupakan dampak dari salah pergaulan dan pengaruh media sosial.
“Fenomena mabuk kecubung agak mengherankan. Sebab, sebagian besar korban hanya ikut-ikutan, tapi tidak mendapat informasi utuh tentang dampak yang ditimbulkan,” cuitnya.
Akun @jankerzone meminta netizen dan mayarakat menghindari mabuk kecubung. Sebab, dari cerita-cerita yang pernah dia dengar, dampak yang ditimbulkan tanaman tersebut sangat berbahaya, tidak seperti mabuk alkohol.
“Sebetulnya, kecubung itu tidak membuat mabuk. Dia mematikan kesadaran. Para remaja ini sudah capek hidup kali yak, atau nggak pernah mendapat informasi yang benar,” tulisnya.
Akun @gapapakoh menyatakan, informasi tentang dampak negatif dari konsumsi kecubung, sudah cukup banyak. Sebab itu, dia heran dengan orang-orang yang masih nekad mengkonsumsi kecubung.
“Informasi tentang efek samping atau dampak kecubung, sudah banyak. Kok masih ada yang coba-coba, ya. Apalagi, ada yang mencamur sama alkohol,” sesal dia.
Sementara, akun @aiiesiterus menyatakan, apapun medianya, perilaku mabuk-mabukan harus dihindari. Sebab, tidak ada hal positif yang didapat dari kegiatan haram tersebut.
“Kenapa suka mabok ya? Padahal, mabok kan nggak enak. Mabok juga membawa dampak butuk terhadap kondisi fisik dan kejiwaan. Pada nyari apa, ya?” tanyanya.
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 6 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 10 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu