TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Mendagri Perintahkan Daerah Tekan Kenaikan Harga Beras Dengan 4 Jurus Jitu

Oleh: Farhan
Selasa, 16 Juli 2024 | 10:32 WIB
Mendagri Tito Karnavian. Foto : Ist
Mendagri Tito Karnavian. Foto : Ist

JAKARTA - Harga beras di sejumlah daerah mengalami kenaikan. Berdasarkan pantauan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), harga beras mulai melonjak pada pekan kedua Juli 2024.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengungkapkan, ada 113 dari 514 kabupaten/kota di Indonesia yang pada pekan kedua bulan ini mulai mengalami naiknya harga beras. “Ini perlu kita sikapi,” kata Tito, dalam Rapat Koordi­nasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024, di kantornya, Ja­karta, Senin (15/7/2024).

Eks Kapolri ini memberikan empat jurus jitu bagi para kepala daerah agar produksi beras bisa meningkat, sehingga harganya bisa ditekan.

Pertama, lahan sawah yang sudah ada jangan sampai dikon­versi ke penggunaan lainnya, seperti untuk komersial, pemuki­man, dan lain-lain. Menurutnya, konversi lahan sawah akan mem­buat produksi menurun.

“Ini godaannya tinggi untuk rekan-rekan kepala daerah karena banyak pengembang industri yang mau melobi dan lain-lain,” tuturnya.

Kedua, membuat sawah baru. Tito mencontohkan pencetakan sawah baru di Merauke dan Papua Selatan.

Menurut Tito, Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini menargetkan bisa mencetak sawah baru seluas 500 ribu hektar di Merauke. Daerah ini nantinya diharapkan bisa men­jadi lumbung pangan nasional.

Ketiga, menggenjot program pompanisasi milik Kementan, yang dibuat untuk mengantisi­pasi kekeringan. “Jadi, pompa untuk mengalirkan air dari sum­ber air ke daerah yang akan menjadi kering,” jelas Tito.

Keempat, mendorong kuali­tas tanaman, termasuk tanah, dengan pupuk subsidi. Masalah pupuk subsidi ini melibatkan rantai yang panjang, se­hingga harus tepat sasaran, disampaikan ke petani yang betul-betul membutuhkannya. Tito mengapresiasi langkah Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman yang berha­sil menambah alokasi pupuk subsidi hingga 100 persen. Tito mewanti-wanti kepala daerah untuk memprioritaskan persoalan beras yang harganya mulai mengalami kenaikan ini.

Kami khawatir nanti kalau rekan-rekan semua sibuk Pilkada, sibuk macam-macam, ada persoalan-persoalan pendidikan, kesehatan. Persoalan ini tolong dijadikan prioritas,” tegas Tito.

Sementara, Mentan Amran Sulaiman menjelaskan berbagai faktor yang menyebabkan penu­runan produksi padi di Indone­sia. Faktor-faktor tersebut antara lain, kekeringan akibat el nino, penggunaan alat dan mesin per­tanian (alsintan) yang sudah tua, serta keterbatasan bibit unggul.

Amran menjelaskan, solusi jangka panjang yang diajukan, di antaranya, pompanisasi untuk sawah. Dia mengingatkan, Presiden Jokowi telah menekankan pentingnya program pompanisasi untuk menghadapi musim kemarau dan dampak El Nino.

Saat ini, terang Amran, sudah terpasang 25 ribu pompa dari tar­get 75 ribu yang harus disalurkan di seluruh Indonesia. “Ini adalah napas kita, nyawa kita untuk 3 bulan ke depan,” ungkapnya.

Dia juga menyoroti peran penting kepala daerah, seperti gubernur, bupati atau wali kota, dan kepala dinas pertanian dalam mengimplementasikan pompanisasi di lapangan.

Menurut Amran, masalah kekeringan dapat teratasi secara efektif jika program 75 ribu pompa berhasil terpasang. Se­lain itu, solusi jangka panjang lainnya adalah optimalisasi la­han rawa, dan pembukaan lahan sawah baru.

“Kami akan melihat pelaksa­naan optimalisasi lahan, khusus­nya di Sumatera Selatan, Kali­mantan Selatan, dan Kalimantan Tengah,” jelasnya.

Dia meyakini, dengan penera­pan pompanisasi dan optimalisasi lahan, produksi padi di Indonesia dapat meningkat.

Terpisah, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Ika­tan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan mengatakan, ada beberapa penyebab terjadinya lonjakan harga beras termasuk terlam­batnya musim tanam dan musim panen otomatis. “Kemudian tahun lalu produksinya terba­tas sehingga konsumsi tinggi, yang terjadi adalah ketidakseimbangan antara supply and de­mand,” ungkapnya.

Untuk itu, Ikappi mendorong Pemerintah untuk menggenjot produksi beras dari hulu ke hilir. Salah satu caranya dengan menggelontorkan subsidi pupuk.

“Juga diperbesar anggarannya dan skalanya diperluas, sehingga produksinya lebih besar,” saran dia.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo