Jokowi Pamitan Dan Minta Maaf, Mengaku Banyak Kesalahan Dan Kekurangan
NTT - Jelang jabatannya habis, Presiden Jokowi rajin pamitan dan minta maaf kepada masyarakat saat kunjungan kerja ke daerah. Jokowi mengaku 10 tahun menjabat sebagai kepala negara masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Kalabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (3/10/2024). Jokowi tiba dengan pesawat kepresidenan di Bandara Mali, Alor, sekitar pukul 09.10 Wita.
Dari Bandara Mali Alor, Jokowi dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Pasar Rakyat LIPA Kalabahi untuk meninjau harga dan ketersediaan sejumlah bahan pokok.
Sepanjang jalan, warga tumpah ruah menyambut Jokowi. Saat mobil yang membawa Jokowi lewat, mereka pun melambaikan tangan.
Tiba di Pasar Rakyat LIPA Kalabahi, Jokowi langsung menyapa warga yang mengerumuninya dengan menggunakan pengeras suara atau megaphone.
Selain mengecek harga bahan pokok, pada kesempatan ini, eks Wali Kota Solo itu, kembali pamitan dan meminta maaf kepada warga.
“Karena saya adalah manusia yang tidak sempurna, penuh dengan kekurangan, penuh dengan kekhilafan, penuh dengan ketidaksempurnaan,” kata Jokowi.
Jokowi juga meminta maaf jika ada kebijakan-kebijakannya yang kurang berkenan. “Terima kasih,” tambah Jokowi.
Setelah meminta maaf, Jokowi kemudian memberikan bantuan kepada sejumlah pedagang di pasar tersebut.
Sehari sebelumnya, Jokowi juga pamitan dan minta maaf kepada rakyat saat kunjungan kerja ke Pasar Kefamenanu, Timor Tengah Utara, NTT.
Pada kesempatan itu, Jokowi memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan selama menjabat sebagai Presiden.
“Atas segala kebijakan yang mungkin kurang berkenan di hati bapak ibu sekalian,” katanya.
Jokowi mengatakan, sebagai manusia biasa penuh dengan kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan.
Hal yang sama dilakukan Jokowi saat mengunjungi Pasar Soponyono Surabaya, Jawa Timur, Jumat (9/9/2024). Kegiatan yang utamanya adalah blusukan mengecek harga bahan pokok, Jokowi selipkan ucapan perpisahan sebagai Presiden.
“Nyuwun pangapunten kalau ada hal-hal yang kurang berkenan di hati Bapak, Ibu semuanya nggih,” pinta Jokowi yang disambut teriakan dari warga yang hadir.
Selain itu, di acara kenegaraan semisal pidato tahunan MPR, sidang kabinet terakhir di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Jokowi juga tidak lupa berpamitan dengan koleganya di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
“Saya juga ingin memohon maaf kepada Bapak Ibu semuanya jika dalam 10 tahun ini ada hal-hal yang dirasa kurang berkenan dalam berinteraksi dan ada hal-hal yang kurang maksimal, sekali lagi saya ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya,” papar Jokowi, di Istana Garuda, IKN, Jumat (13/9/2024).
Jokowi juga mengucapkan permintaan maaf saat acara zikir dan doa kebangsaan menyambut HUT ke-79 RI, di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/8/2024) malam.
“Dengan segenap kesungguhan dan kerendahan hati, izinkanlah saya dan Prof KH Ma’ruf Amin, ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini. Khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia,” kata Presiden Jokowi.
Istana pun buka suara soal Jokowi yang rajin minta maaf jelang habis masa jabatannya. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, tak kaget jika Jokowi bersikap demikian. Kata dia, Jokowi memang sedang membangun sebuah tradisi politik yang baru.
“Berpamitan dan meminta maaf tidak hanya kepada elite politik, tetapi juga secara langsung kepada rakyat yang beliau kunjungi,” kata hasan.
Partai Golkar mengapresiasi sikap Jokowi yang mengucapkan perpisahan dibarengi dengan ungkapan permintaan maaf selama menjabat. Menurut itu, merupakan hal yang baik, bentuk kerendahatian pemimpin.
“Sehebat apapun yang dilakukan pemimpin, pasti ada kurangnya,” sebut Sekjen Golkar, Sarmuji saat dihubungi Redaksi, Rabu (3/10/2024).
PAN juga memuji sikap Jokowi. Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi mengatakan, sikap Jokowi patut dicontoh. Kata dia, tidak mudah membangun sebuah kebijakan dan program. Karena itu, pasti ada kekurangannya.
“Karena untuk membangun peradaban Indonesia itu tidak bisa 5, 10 tahun, tapi terus berkelanjutan sampai kemudian cita-cita kemerdekaaan menjadikan masyarakat adil, makmur, sentosa tercapai,” jelas Viva.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 7 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 10 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu