TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Spanyol Dilanda Banjir Terparah Sejak 1973, Tewaskan 95 Orang

Oleh: Farhan
Kamis, 31 Oktober 2024 | 09:17 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

SPANYOL - Banjir terburuk dalam beberapa dekade di Spanyol, telah mengakibatkan sedikitnya 95 orang tewas dan puluhan lainnya hilang. Musibah itu terjadi setelah hujan lebat melanda provinsi timur Valencia dan sekitarnya.

Hujan deras pada Selasa (29/10/2024) memicu banjir bandang yang menyapu jembatan dan bangunan, serta memaksa orang-orang memanjat atap atau bergayut pada pohon untuk bertahan hidup.

Merespons situasi ini, Presiden Spanyol Pedro Sánchez mengumumkan tiga hari berkabung nasional karena kondisi ekstrem terus berlanjut, sehingga membatasi beberapa upaya penyelamatan.

Jumlah korban tewas sepertinya masih akan meningkat karena masih banyak yang dinyatakan hilang.

Total 95 korban jiwa yang terdata saat ini, dilaporkan di Valencia (92), Castilla-La Mancha di wilayah barat Valencia (2), dan Malaga (1).

Korban tewas di Malaga adalah seorang pria Inggris berusia 71 tahun yang meninggal di rumah sakit, setelah berhasil dievakuasi dari rumahnya.

Banjir Spanyol tahun ini adalah yang terburuk sejak 1973. Ketika itu, banjir di wilayah tenggara Negeri Matador menewaskan 150 orang.

Dalam pidato nasionalnya pada Rabu (30/10/2024), Presiden Sánchez meminta warganya untuk tetap waspada.

"Seluruh Spanyol menangis bersama Anda. Kami tidak akan meninggalkan Anda," kata Sanchez.

Badan Cuaca Nasional Aemet melaporkan, salah satu kota pertama yang terkena dampak di dekat Valencia, Chiva, mencatat curah hujan selama satu tahun pada Selasa (29/10/2024), hanya dalam jangka waktu delapan jam.

Saat tentara Spanyol dan kru darurat bergegas melakukan penyelamatan pada Rabu (30/10/2024) pagi, para korban di Valencia menceritakan kengerian banjir pada Selasa (29/10/2024) malam.

Gelombang air tiba-tiba mengubah jalan dan jalur menjadi sungai, sehingga banyak pengendara tidak sadar. Guillermo Serrano Pérez (21) dari Paiporta dekat Valencia mengatakan, air mengalir deras di jalan raya seperti tsunami. Dia dan orang tuanya pun meninggalkan mobil dan memanjat jembatan, demi bisa bertahan hidup.

Seorang warga La Torre mengatakan kepada BBC, bahwa beberapa temannya telah kehilangan rumah. Selasa (29/10/2024) malam, dia melihat mobil-mobil mengambang.

Sementara Wali Kota Horno de Alcedo, sebuah kota di luar Valencia, mengatakan kepada BBC Newshour, bagaimana permukaan air naik lebih dari satu meter hanya dalam hitungan menit.

Arusnya sangat cepat. Kami memanggil layanan darurat. Mereka menyelamatkan beberapa orang yang terendam banjir setinggi leher," kata Wali Kota Consuelo Tarazon.

Di tengah situasi ini, dalam banyak kasus, otoritas tanggap bencana Spanyol dianggap terlalu lambat bertindak. Badan perlindungan sipil, yang dikerahkan selama bencana nasional, tidak mengeluarkan peringatan hingga Selasa (29/10/2024) pukul 20.15.

Saat itu, Chiva dan beberapa kota lainnya terendam banjir setidaknya selama dua jam.

Spanyol mengerahkan lebih dari 1.000 tentara untuk membantu upaya penyelamatan. Namun, upaya itu terhalang akses.

Uni Eropa Turun Tangan

Kepala Uni Eropa, Ursula von der Leyen telah mengaktifkan sistem satelit Copernicus untuk membantu mengoordinasikan tim penyelamat Spanyol.

Negara-negara tetangga Eropa lainnya juga telah menawarkan untuk mengirim bala bantuan.

Perubahan Iklim

Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles sebelumnya mengatakan, banjir di negaranya adalah fenomena yang belum pernah terjadi.

Hujan deras telah mereda di bagian tengah-timur Spanyol, sebetulnya telah mereda pada Rabu (30/10/2024). Namun, pejabat cuaca memperingatkan, hujan bergerak ke arah timur laut ke wilayah Catalonia.

Peringatan cuaca yang telah dikeluarkan di beberapa bagian lain negara itu, mendesak warga setempat untuk bersiap menghadapi banjir dan berlindung.

Banyak faktor yang menyebabkan banjir, tetapi atmosfer yang menghangat akibat perubahan iklim membuat curah hujan ekstrem lebih mungkin terjadi.

Peneliti cuaca telah mengidentifikasi kemungkinan penyebab utama hujan lebat sebagai gota fria atau peristiwa cuaca alami yang melanda Spanyol pada musim gugur dan dingin, ketika udara dingin turun di perairan yang lebih hangat di atas Mediterania.

Peningkatan suhu global disebut telah menyebabkan awan membawa lebih banyak hujan.

"Dengan setiap fraksi derajat pemanasan bahan bakar fosil, atmosfer dapat menahan lebih banyak uap air, sehingga curah hujan menjadi lebih deras," kata Dr Friederike Otto, dari Imperial College London.

Otto memimpin sekelompok ilmuwan internasional, yang mencoba memahami peran yang dimainkan oleh pemanasan dalam jenis peristiwa ini.

"Tidak diragukan lagi, hujan deras yang dahsyat ini diperparah oleh perubahan iklim," papar Otto.

Suhu dunia telah menghangat sekitar 1,1 derajat Celcius sejak era industri dimulai. Suhu ini akan terus meningkat, kecuali pemerintah di seluruh dunia mengurangi emisi secara tajam.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo