Jelang Nataru, Sejumlah Komoditas Pangan Mulai Naik
JAKARTA - Menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), harga sejumlah komoditas pangan mulai merangkak naik. Salah satunya adalah beras.
Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin (23/12/2024), harga beras medium di tingkat pedagang eceran secara nasional mengalami kenaikan sebesar Rp 20 atau 0,15 persen, menjadi Rp 13.490 per kilogram. Untuk harga beras premium di tingkat pedagang eceran, secara nasional tercatat naik 0,06 persen, menjadi Rp 15.410 per kilogram. Di Jakarta, harga jual tertinggi mencapai Rp 17.400 per kilogram.
Deputi Bidang Perdagangan dan Pangan Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono menyatakan, kenaikan harga beras dipicu musim liburan Nataru. Potensi kenaikan harga ini, diperkirakan akan terus berlanjut hingga awal tahun 2025.
Edy mengungkapkan, beras medium di Zona 1, 2, dan 3 mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, jauh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Zona 1 mencakup wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi. Zona 2 terdiri dari Sumatera (selain Lampung dan Sumatera Selatan), Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Kalimantan. Sementara Zona 3 adalah Maluku dan Papua.
Menurutnya, kenaikan harga beras ini termasuk dalam kategori "tidak aman," terutama di Zona 2 dan 3, sebab harganya berada jauh di atas HET. Karena itu, ia mengajak semua pihak untuk mewaspadai dampak kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut.
Zona 1 itu jaraknya tidak terlalu besar, tapi yang perlu diperhatikan adalah Zona 2 dan 3," ujar Edy, dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, di Jakarta, Senin (23/12/2024).
Edy menyebutkan, harga beras di Zona 1 pada 20 Desember rata-rata berada di level Rp 13.362 per kilogram. Padahal, HET berada di Rp 12.500 per kilogram. Ada selisih 6,9 persen dari HET yang ditetapkan Pemerintah.
Sementara, di Zona 2, harga rata-rata tercatat di level Rp 14.423 per kilogram, HET-nya Rp 13.100 per kilogram. Artinya, ada selisih 10,11 persen.
Kemudian, di Zona 3, harga beras medium tercatat rata-rata Rp 16.973. Padahal, harga HET Rp 13.500 per kilogram. Artinya, ada selisih harga senilai 25,73 persen.
Edy melanjutkan, berdasarkan hasil verifikasi lapangan yang dilakukan pihaknya, di Jawa Barat dan Jawa Tengah, terpantau kenaikan harga terjadi bukan karena masalah rantai pasok. Namun, lebih dikarenakan produksi beras yang rendah. Hal ini terkonfirmasi ketika pihaknya mengunjungi Pasar Induk Beras Johar, Karawang. Pasokan beras medium di sana mengalami kekurangan yang cukup signifikan, karena kiriman dari Jawa Tengah berkurang.
Selain itu, di wilayah Demak, Jawa Tengah, yang jadi lumbung pangan juga mengalami penurunan produksi beras. “Demak yang selama ini jadi sentra produksi beras mengalami penurunan produksi, pasokan gabah mengalami pengurangan," beber Edy.
Dari verifikasinya, diketahui luas lahan panen di Demak dari 114 ribu hektare di tahun 2018, turun drastis di tahun 2023 menjadi 88 ribu hektare. Edy menerangkan, saat ini para pengepul gabah maupun tempat penggilingan padi di Demak juga mengalami kesulitan karena pasokannya langka. Mayoritas penggilingan padi itu pun harus mengambil gabah dari daerah lain.
Kondisi ini membuat harga gabah kering panen pun naik menjadi Rp 6.000 per kilogram. “Beras di penggilingan pun akhirnya sudah mencapai Rp 12.200 per kilogram, sedangkan HET saja Rp 12.500. Memang nggak ngejar lagi harganya,” jelasnya.
Pasokan Aman
Sementara itu, Menko Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) memastikan, ketersediaan pangan menjelang Nataru dalam kondisi aman. Pernyataan ini disampaikan Zulhas usai memimpin Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas), di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Senin (23/12/2024).
Ketua Umum PAN ini menegaskan, stok beras cukup tersedia. Persediaan pangan lain seperti daging ayam juga aman. Namun, harga telur mengalami sedikit kenaikan, menjadi sekitar Rp 30 ribu per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 28 ribu.
Telur naik sedikit, dari Rp 28 ribu ke Rp 30 ribu. Ini kan Nataru, jadi peternak untung sedikit," ujar Zulhas.
Untuk agenda Rakortas, Zulhas menjelaskan, salah satunya membahas rencana meningkatkan stok beras Bulog dari 2 juta ton menjadi 2,5 juta ton pada akhir tahun ini. Tambahan 500 ribu ton tersebut akan diperoleh dari produksi dalam negeri. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk mencapai swasembada pangan.
Zulhas menyatakan, dengan tambahan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 500 ribu ton, Pemerintah dapat menyerap lebih banyak hasil panen petani. Selain itu, peningkatan stok menjadi 2,5 juta ton ini juga memberikan rasa tenang karena ketersediaan pangan lebih terjamin.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Internasional | 2 hari yang lalu