Mantan Wapres Ma’ruf Amin Ajak Para Kiai Berpolitik

JAKARTA - Ketua Dewan Syuro PKB, KH Ma’ruf Amin, mengajak para kiai untuk ikut berpolitik. Wakil Presiden ke-13 RI itu menganggap, keberadaan kiai dalam setiap pengambilan keputusan untuk masyarakat, sangat penting.
“Kiai harus memberi warna dengan warna Allah, warna iman, warna syariat, melalui dakwah, pendidikan, ekonomi, apalagi politik. Politik juga iya, karena segala keputusan penting di negeri ini, warnanya seperti Allah, pendidikannya, ekonominya,” ujar Kiai Ma’ruf, Selasa (18/3/2025).
Dia menjelaskan, tugas kiai bukan semata agama. Andil kiai diperlukan dalam politik. Menurutnya, kiai dan ulama dapat memberi warna melalui dakwah, pendidikan, pesantren, ekonomi syariah, dan pemberi warna politik.
Banyak kiai bilang, politik bukan urusannya. Kiai itu kerjanya ngaji, dakwah, doa, jampe-jampe, sembar-sembur," kelakarnya.
Menurut Kiai Ma'ruf, perlunya kiai berpolitik karena segala keputusan penting negara diputuskan melalui politik. Apabila kiai tidak ikut dalam pengambilan keputusan politik, keputusannya tidak ada warna kiai.
Karena itu kiai harus mengambil peran politik, maka bisa memberi warna politik dalam setiap keputusan di negeri ini. Maka kiai dari dulu selalu mengambil peran politik, para muasis, pendiri NU itu," jelas mantan Rais Aam PBNU ini.
Dia lalumengisahkan peran Nahdlatul Ulama (NU) ikut berpolitik melalui Hasyim Asy'ari dan sejumlah kiai lainnya. NU juga pernah mendirikan partai politik dan Ma'ruf Amin ikut terlibat pada partai tersebut.
"Saya jadi anggota DPRD DKI Jakarta tahun 1971 Partai NU, umur saya belum 30 tahun. Saya anggota termuda, tapi saya Ketua Fraksi Golongan Islam, Gubernurnya (kala itu) Ali Sadikin, bintang 3," kenangnya.
Seiring berjalannya waktu, para pengurus NU berusaha kembali membentuk partai politik. Saat itu, Ma'ruf Amin dengan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, berbagi peran antara kepartaian dengan NU.
Kata Gus Dur, kiai yang di partai (Ma'ruf Amin), saya yang di NU (Gus Dur). Oke, saya di partai, Gus Dur di NU," ungkapnya.
Selanjutnya, didirikan PKB dan mendorong Gus Dur menjadi presiden. Setelah Gus Dur menjadi Presiden, Ma'ruf Amin kembali memegang PBNU hingga menjadi wakil presiden.
"PKB memang didirikan sebagai wadah gerakan kiai, jadi PKB didirikan sebagai gerakan politik kiai. Dengan demikian, sejak awal PKB sebagai gerakan politik kiai, bukan kiai politik," pungkasnya.
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu