Menilik Kondisi Masjid Jami Kalipasir, Masjid Tertua di Kota Tangerang

TANGERANG - Meski usianya yang sudah hampir mencapai setengah abad, kondisi dari Masjid Jami Kalipasir yang merupakan masjid tertua di kawasan Pasar Lama, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang ini masih sangat kokoh dan terawat dengan indah.
Masjid Jami Kalipasir secara resmi diakui oleh Pemerintah Kota Tangerang sebagai masjid yang berdiri sejak 1576, artinya Masjid Jami Kalipasir pada saat ini sudah berusia 449 tahun, tetapi menurut pengurus masjid, masjid ini sudah ada sejak tahun 1400-an silam sebagai tempat beribadah.
Rudy Rahendra, pengurus Masjid Jami Kalipasir, mengaku bahwa seluruh komite pengurus Masjid dan warga dari Kampung Kalipasir turut membantu menjaga cagar budaya ini, bahkan beberapa arkeolog dari Universitas Indonesia (UI) dan Singapura pun turut datang dan memberikan edukasi untuk preservasi masjid.
"Di sini kan banyak ya yang harus kita jaga, mulai dari kayu struktur bangunan, relief pemberian Sultan Ageng Tirtayasa, terus ada empat pilar di dalam masjid berwarna hitam yang sudah ada dari ratusan tahun yang lalu, warga sini semua berupaya untuk menjaga masjid, ada juga arkeolog dari UI dan Singapura yang turut datang memberikan saran dan edukasi untuk preservasi," ucap Rudy, Rabu (09/04/2025).
Rudy pun memberitahukan bahwa makam yang berada di depan Masjid Jami Kalipasir merupakan makam dari orang-orang dengan sejarah memperjuangkan dan menyebarkan agama Islam dari tahun 1500-an silam yang masih dijaga dengan baik hingga saat ini.
Makam tersebut terletak di depan halaman utama Masjid Jami Kalipasir, berhadapan tepat ke arah Kali Cisadane, memasuki area makam, Anda dapat melihat banyak sekali batu-batu nisan yang terukir dengan indah serta pohon tua yang sudah berumur ratusan tahun.
"Di sini ada makam dari Nyai Ratu Hj. Murtafiah, pendiri dari pesantren putri pertama di Tangerang, bahkan dipercaya di seluruh Jawa, ada Raden Ahmad Penna, dulu dia Bupati Tangerang, terus ada makam Nyi Raden Uria Negara, dia itu istri dari Sultan Agung Tirtayasa yang memberikan masjid kita relief," jelasnya.
Relief tersebut berwarna emas dalam bentuk mahkota dan diberikan oleh Sultan Agung Tirtayasa sebagai bentuk terima kasih kepada Masjid Jamikalipasir, begitu masuk ke dalam area beribadah dalam masjid, para jemaah dapat melihat 4 pilar dari kayu hitam yang dikelilingi oleh tiang berwarna emas, pilar ini diketahui merupakan hadiah pemberian dari beberapa sunan yang berbeda.
Selain itu, melihat dari konsep bangunan dan ornamennya, Masjid Jami Kalipasir juga dipercaya merupakan akulturasi dari budaya Betawi, Tionghoa, dan Eropa.
"Ya sudah banyak peneliti-peneliti yang datang ke sini, banyak yang percaya kalau Masjid Jami Kalipasir ini merupakan gabungan budaya dari berbagai etnis, dari pagoda, kubah, bahkan dari ornamen-ornamen dalam masjid itu katanya ya berasal dari Eropa, cuma banyak yang sudah rusak karena telat preservasi, usianya sudah ratusan tahun," ujarnya.
Budi Hernan, warga setempat, menjelaskan bahwa Masjid Jami Kalipasir pun hingga saat ini masih tetap ramai pengunjung, khususnya menjelang sore hari untuk beribadah, bahkan masih banyak yang sekadar berkunjung untuk mengagumi Masjid Jami Kalipasir.
"Biasanya sih sore-sore baru ramai, pada salat, jam-jam siang sih sepi, cuma kadang ada saja orang datang buat berkunjung doang lihat-lihat, nah pas waktu itu hari pertama Idulfitri ramai banget, pada berziarah di makam, kan banyak makam orang bersejarah di sini," ungkap Budi.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 15 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 4 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu