TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Prabowo Coba Luluhkan Trump, Indonesia Akan Impor LPG-BBM Dari AS Senilai 168 T

Reporter & Editor : AY
Rabu, 16 April 2025 | 09:16 WIB
Presiden Prabowo saat lawatan ke Amerika Serikat. Foto : Ist
Presiden Prabowo saat lawatan ke Amerika Serikat. Foto : Ist

JAKARTA - Berbagai upaya disiapkan Presiden Prabowo Subianto untuk luluhkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal kenaikan tarif impor. Salah satunya, Pemerintah akan naikkan impor LPG dan BBM dari AS senilai Rp 168 triliun.

 

Kabar soal impor LPG-BBM dari AS senilai Rp 168 T ini diungkap Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Kata dia, menaikkan nilai impor LPG-BBM dari AS, perlu dilakukan untuk menjaga defisit perdagangan dari kedua negara.

 

"Kami dari ESDM mengusulkan agar kita mengimpor sebagian minyak dari Amerika dengan menambah kuota impor LPG yang angkanya kurang lebih di atas 10 miliar dolar AS," tuturnya, usai pembukaan Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition 2025 di Jakarta, Selasa (15/4/2025).

 

Menurut Bahlil, langkah ini bisa meluluhkan Trump. Dengan impor minyak dan LPG dari AS, neraca perdagangan kedua negara bisa saja seimbang. Mengingat, alasan AS mematok tarif hingga 32 persen karena perdagangannya dengan Indonesia defisit.

 

Untuk diketahui, neraca perdagangan Indonesia-AS pada 2024 mencatat Negeri Paman Sam defisit 17,9 miliar dolar AS. Kendati demikian, lanjut Bahlil, tidak ada rencana Pemerintah untuk melobi AS dengan mineral kritis. 

 

Namun, jika AS ingin membicarakan kerja sama mineral kritis dengan Indonesia, Pemerintah terbuka membahasnya. "Tidak ada kaitannya mineral kritis dengan perang tarif ini. Bahwa kemudian ada komunikasi bilateral mereka butuh mineral kritis kita, kami terbuka," ungkapnya.

 

Untuk diketahui, Presiden Prabowo Subianto lebih mengedepankan negosiasi ketimbang membalas kebijakan Trump. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bahkan telah mendarat di Washington, menyusul Menteri Luar Negeri Sugiono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang lebih dulu terbang ke AS.

 

Selain mereka, turut serta Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu, Wakil Menteri Luar Negeri Armanatha Nasir, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, dan Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK Mahendra Siregar.

 

Rencana negosiasi ini mendapat respons positif dari Washington. Surat yang telah dikirim beberapa hari lalu, telah diterima. AS  siap berunding dengan Indonesia soal tarif impor. Airlangga bahkan telah berbicara dengan Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Perdagangan Amerika Serikat Howard Lutnick, Senin (14/4/2025) sore.

 

Dalam lawatannya hingga 23 April nanti, Airlangga Cs akan menggelar pertemuan dengan berbagai pejabat tinggi AS. Termasuk perwakilan dari United States Trade Representative (USTR), Kementerian Perdagangan AS, Kementerian Luar Negeri AS, dan Kementerian Keuangan AS.

Dalam lawatannya nanti, delegasi Indonesia telah mempersiapkan sejumlah paket negosiasi yang akan dibawa dalam perundingan. Pertama, Indonesia bakal mengajukan revitalisasi perjanjian kerja sama perdagangan dan investasi atau Trade & Investment Framework Agreement (TIFA).

 

Kedua, Pemerintah akan memberikan proposal deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs) melalui relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor teknologi informasi dan komunikasi. 

 

Ketiga, meningkatkan impor dan investasi dari AS.

 

Keempat, Pemerintah menyiapkan insentif fiskal dan non-fiskal melalui beberapa strategi seperti penurunan bea masuk, PPh impor, atau PPN impor untuk mendorong impor dari AS serta menjaga daya saing ekspor ke AS.

 

Menurut eks ketua umum Partai Golkar ini, butuh dua sampai tiga putaran negosiasi tarif AS. Mulai dari kesepakatan awal hingga tahap penyusunan dokumen resmi.

 

Airlangga mengatakan, Indonesia mengusulkan agar fokus negosiasi diarahkan pada hasil-hasil yang spesifik dan pragmatis. Sehingga kedua negara dapat segera merasakan manfaat dari kerja sama ekonomi yang dijalin. "Jadi artinya specific outcome itu lebih penting," tegasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit