Berguru Kepada Semut

SERANG - Makhluk kecil seperti semut pun dijadikan contoh untuk sebuah pembelajaran, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Mungkin kita jarang mengetahui kegunaan komunitas semut.
Akan tetapi Nabi Muhammad SAW sejak awal mengingatkan kita untuk menyayangi komunitas serangga kecil ini. Nabi Muhammad SAW pernah marah sekali karena salah seorang sahabatnya membakar sarang semut. Nabi memarahi sahabatnya dengan mengatakan: “Hanya Allah SWT yang berhak menyiksa makhluk dengan api.”
dalam Al-Qur’an diungkapkan secara khusus perilaku semut yang tentu sangat berharga jika dijadikan pelajaran oleh umat manusia. Ayat itu ialah: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (QS Al-Naml/27:18:19)
Ada seorang peneliti biologi dari Australia mengungkapkan bahwa yang menjadi pemimpin komunitas semut ialah jenis betina (ratu), bukan jantan. Jika ini benar, berarti sejalan dengan redaksi yang digunakan Al-Qur’an bahwa yang memimpin komunitas semut yang disaksikan oleh Nabi Sulaiman ialah komunitas yang dipimpin oleh semut betina, karena dikatakan “qalat” dengan huruf ta al-ta’nits (feminin shape) yang menunjukkan jenis perempuan/betina. Kisah ini juga mengingatkan kita dalam kisah laba-laba (Al-Ánkabut), yang ternyata yang membuat sarang laba-laba yang begitu simetris ialah betina, yang mempunyai zat pemintal di dalam perutnya. Pejantan tidak memiliki zat itu. Ini menunjukkan kepada kita bahwa pembedaan jantan dan betina, laki-laki dan perempuan, ternyata amat penting artinya.
Baik menurut Al-Qur’an dan hadis maupun para peneliti menemukan bahwa komunitas semut memiliki banyak keistimewaan. Komunitas semut konsisten menempuh garis perjalanan, tidak terpisah-pisah. Setiap kali berjumpa atau berpapasan satu sama lain, mereka saling berciuman. Jika ada di antaranya yang sakit diangkut ramai-ramai dibawa ke sarang.
Ahli biologi juga mengungkapkan solidaritas semut sangat tinggi. Setiap kali di antara mereka menemukan makanan, maka setiap itu pula saling menyampaikan kepada kelompoknya lalu mereka makan berjamaah. Mereka juga tunduk kepada pimpinannya dan sebaliknya pimpinannya juga sangat sayang terhadap komunitasnya, sebagaimana tergambar di dalam ayat tersebut.
Kehadiran komunitas semut menjadi pelajaran besar bagi manusia, bahwa kerja sama, istiqamah, dan solidaritas telah ditunjukkan oleh semut. Kepemimpinan mereka sangat teratur sehingga satu sama lain memiliki kesetaraan. Pimpinannya juga tidak mau menang sendiri, tetapi sama-sama mereka mencari nafkah. Jika ada di antara mereka mendapatkan rezeki, tidak dimakan sebelum komunitas lainnya datang beramai-ramai. Berbeda sebagian manusia, dihabiskan sendiri baru memberitahu orang lain. Subhanallah.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 23 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu