TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

3 Jam Setelah Situsnya Diserang, Iran Lancarkan 20 Rudal Ke Israel

Reporter & Editor : AY
Selasa, 24 Juni 2025 | 10:05 WIB
Ilustrasi. Foto : Ist
Ilustrasi. Foto : Ist

IRAN - Memasuki hari ke-11, nyali Iran tidak ciut meski Israel kini dibantu Amerika Serikat (AS). Beberapa jam setelah 3 situs nuklirnya dibom AS, Iran langsung membalas dengan melancarkan lebih dari 20 rudal ke Israel.

 

Balas dendam itu, dilakukan Iran dalam 2 hari berturut-turut, yakni Minggu-Senin (22–23 Juni 2025). Dalam serangan balasan itu, Iran turut meluncurkan Khorramshahr-4, rudal terbesar yang punya daya ledak luar biasa.

 

“Gelombang ke-20 Operasi True Promise 3 dimulai dengan menggunakan kombinasi rudal berbahan bakar cair dan padat jarak jauh dengan daya hulu ledak dahsyat,” kata angkatan bersenjata Iran, dikutip kantor berita Fars, Senin (23/6/2025).

 

Akibat hujan rudal ini, sirene peringatan meraung-raung tanpa henti selama lebih dari 30 menit di Israel Utara dan Tengah. Membuat warga panik dan memaksa militer mengevakuasi mereka.

 

Target-target yang disasar Iran adalah fasilitas publik seperti bandara, pusat penelitian biologi, pangkalan logistik, dan berbagai lapisan pusat komando serta kendali militer Israel.

 

Akibat serangan itu, sejumlah bangunan yang ada di Tel Aviv rusak parah. “Ini adalah lokasi kerusakan berskala besar. Beberapa bangunan tempat tinggal dua lantai rusak parah, dan beberapa runtuh,” kata badan layanan darurat Magen David Adom (MDA) dilansir CNN, Minggu (22/6/2025).

 

Selain itu, salah satu rudal Iran dilaporkan berhasil menembus pertahanan dan jatuh di dekat fasilitas infrastruktur strategis milik Perusahaan Listrik Israel (IEC). Sejumlah bangunan hancur dan sekitar 8.000 rumah gelap gulita.

 

Tim teknis pun langsung dikerahkan untuk memperbaiki kerusakan di tengah penjagaan ketat aparat keamanan. “Kami menargetkan pemulihan listrik sepenuhnya dalam waktu tiga jam,” ujar Menteri Energi Israel Eli Cohen, dilansir The Jerusalem Post, Senin (23/6/2025).

 

Mendapatkan gempuran dari Iran, Israel tidak tinggal diam. Pasukan militernya telah melancarkan serangan balasan terhadap sejumlah lokasi peluncuran rudal dan beberapa bandara di Iran pada Senin (23/6/2025) dini hari.

 

Dalam pernyataan resminya, militer Israel menyebutkan bahwa lebih dari 15 jet tempur Angkatan Udara Israel menyerang area Kermanshah di Iran bagian Barat.

 

Serangan ini bertujuan untuk menetralisir sejumlah lokasi peluncuran dan penyimpanan rudal permukaan-ke-permukaan yang ditujukan ke wilayah Israel. Militer Israel juga melaporkan pasukannya menyerang setidaknya enam bandara di berbagai wilayah Iran.

 

Tel Aviv mengklaim serangan tersebut berhasil menghancurkan sebanyak 15 jet tempur dan helikopter milik Iran. Lapangan udara Iran di wilayah barat, timur, dan tengah juga menjadi sasaran.

 

“Serangan-serangan itu merusak landasan pacu, apartemen bawah tanah, pesawat pengisian bahan bakar, dan pesawat F-14, F-5, dan AH-1 milik rezim Iran,” ujar Juru bicara militer Israel dikutip AFP, Senin (23/6/2025).

 

Serangan terbaru Israel juga menargetkan situs nuklir bawah tanah Iran, Fordow, yang terletak di selatan Teheran. Pada Minggu (22/6/2025), situs nuklir ini telah lebih dulu dibombardir pesawat jet milik AS.

 

Juru Bicara Komandan Pusat Angkatan Bersenjata Iran Ibrahim Zolfaqari mengatakan Teheran tidak bakal tinggal diam jika diserang. Dia menyebut akan ada operasi besar untuk menghantam musuh.

 

Dia pun memperingatkan Presiden AS Donald Trump bahwa serangan terhadap tiga situs nuklir Iran merupakan kesalahan fatal. Iran mengklaim, militernya lebih leluasa mengarahkan serangan ke negeri Paman Sam.

 

“Tuan Trump, kau mungkin memulai perang ini, tetapi kami akan menjadi orang yang mengakhirinya,” ujar Ibrahim dalam pernyataan video yang ditayangkan Fars dan Mehr, pada Senin (23/6/2025).

 

Donald Trump pun tidak takut. Dia justru kembali menyuarakan soal pergantian rezim di Iran. Lewat media Truth Social, Trump menekankan lewat peralihan kekuasaan, mampu membuat Iran menjadi lebih kuat. “Tidaklah tepat secara politis untuk menggunakan istilah ‘Pergantian Rezim’, tetapi jika rezim Iran saat ini tidak mampu membuat Iran hebat lagi, mengapa tidak akan ada pergantian rezim?” tulisnya, dikutip Senin (23/6/2025).

 

Sementara itu, meningkatnya eskalasi militer di Timur Tengah, menuai gelombang kecaman dari berbagai negara. Mayoritas menyerukan de-eskalasi dan kembali ke jalur diplomasi, sementara sebagian mengecam keras aksi militer Washington.

 

China menyebut campur tangan Amerika telah membahayakan stabilitas global. “Pihak-pihak terkait harus menahan diri dan tidak memperkeruh situasi,” tegas Dubes China untuk PBB, Fu Cong.

 

Arab Saudi yang baru saja memperbaiki hubungan dengan Iran tahun lalu, turut menyatakan keprihatinan besar. Saudi mendesak semua pihak menahan diri. Lebanon juga memperingatkan potensi eskalasi regional.

 

Dari Eropa, Uni Eropa, Jerman, Prancis, Italia, dan Inggris sama-sama menyerukan diplomasi, meski PM Inggris Keir Starmer menyatakan bahwa Amerika terpaksa ikut campur untuk meredam ancaman nuklir Iran.

 

Sementara Swiss, Jepang, dan Korea Selatan memilih menyoroti pentingnya stabilitas dan penghormatan hukum internasional. Di Amerika Latin, Venezuela dan Kuba mengecam keras serangan AS, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.

 

Paus Leo XIV bahkan angkat suara. Menurutnya, tak ada kemenangan bersenjata yang bisa menggantikan tangis anak-anak dan rasa sakit para ibu. “Diplomasi harus menggantikan konflik,” ujarnya dalam doa mingguan.

 

Dari dalam negeri, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Prof. Hikmahanto Juwana menilai konflik di Timur Tengah membutuhkan pencermatan mendalam terhadap tiga aspek utama. Kenapa? Karena perang Iran vs Israel yang dibantu AS berpotensi menyeret dunia ke ambang perang global.

 

Analisa pertama, amelihat kemungkinan serangan balasan Iran terhadap Amerika Serikat dan Israel. Dia menilai bahwa serangan rudal langsung ke Amerika Serikat sangat tidak mungkin karena jarak yang terlalu jauh. Namun, Iran telah menjanjikan serangan balasan yang lebih besar dan lebih masif terhadap Israel. “Mungkin bagi Iran, representasi dari Amerika Serikat adalah Israel,” sebutnya, saat dikontak tangselpos.id semalam.

 

Poin kedua yang perlu dicermati adalah reaksi negara-negara di dunia. Prof. Hikmahanto mengamati adanya kecaman terhadap tindakan Amerika Serikat yang dinilai bertentangan dengan Pasal 2 Ayat 4 Piagam PBB. Di sisi lain, beberapa negara seperti Inggris mendukung tindakan AS.

 

Tapi, mereka semua yang mendukung atau tidak mendukung dan mengutuk itu masih dalam pernyataan,” ungkapnya.

 

Dia juga mencatat adanya negara yang cenderung netral, seperti Jepang, yang menunggu perkembangan situasi dan berharap tidak ada eskalasi perang. Hikmahanto menekenkan bahwa reaksi dunia saat ini menjadi sangat krusial karena dapat memicu pengelompokan negara-negara, yang berpotensi mendekatkan dunia pada Perang Dunia Ketiga.

 

Dalam konteks ini, Prof Hikmahanto menyinggung perjalanan Menteri Luar Negeri Iran ke Rusia. Menurutnya, kedatangan Menlu Iran itu sebagai upaya konsultasi terkait kemungkinan Rusia menjadi pendukung Iran.

 

Prof. Hikmahanto mengungkapkan kekhawatirannya jika benar ada perjanjian keamanan antara Rusia, Iran, dan Korea Utara. “Yang intinya serangan terhadap satu negara seperti Iran berarti serangan juga kepada Rusia dan dan Korea Utara,” jelasnya.

 

Jika hal ini terbukti, Rusia akan ikut terlibat dalam konflik. Pengelompokan serta penggunaan kekerasan ini akan semakin mendekatkan dunia pada Perang Dunia III.

 

Aspek ketiga yang digarisbawahi Prof. Hikmahanto adalah upaya sejumlah negara yang pro-perdamaian. Mereka mulai berkelompok dan mencari langkah-langkah konkret untuk mencegah eskalasi perang.

 

Sayangnya, Prof. Hikmahanto pesimis terhadap peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam meredam konflik ini. “Sebab, di Dewan Keamanan PBB ada hak veto Amerika Serikat yang sewaktu-waktu bisa digunakan oleh Amerika Serikat apabila resolusi itu tidak berpihak pada Amerika,” pungkasnya.

Komentar:
ePaper Edisi 08 Agustus 2025
Berita Populer
02
Truk Terguling Bikin Ciputat Macet Parah

TangselCity | 1 hari yang lalu

06
Tata Kota Tata Hati

Opini | 1 hari yang lalu

09
Layanan AHU Hadir di MPP Tangsel

TangselCity | 2 hari yang lalu

10
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit