TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Orasi SBY

Dunia Alami Ketimpangan dan Krisis Keadilan

Reporter & Editor : AY
Kamis, 31 Juli 2025 | 11:37 WIB
Foto : IG
Foto : IG

JAKARTA - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkap fakta memprihatikan mengenai kemiskinan yang terjadi di dunia. Kata SBY, ada 838 juta orang yang tidak bisa tidur karena lapar.

 

Hal ini diungkapkan SBY saat menyampaikan pidato peradaban bertajuk "World Disorder and The Future of Our Civilization" yang digelar oleh Institut Peradaban, di Menara Bank Mega, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025). Acara ini dihadiri Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Wakil Presiden ke-11 RI Boediono, mantan Menko Polhukam Mahfud MD dan Wiranto, Ketua Pembina Institut Peradaban Jimly Asshiddiqie, Ketua Yayasan Dipo Alam, dan Chairman CT Corp Chairul Tanjung. Acara dimoderatori Dino Pati Djalal. 

 

"Everyday, ada 838 juta orang yang pada malam hari tidak bisa tidur. Tidak bisa tidur karena lapar, karena tidak makan," ungkap SBY, prihatin.

 

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini, menyoroti betul soal ketimpangan yang terjadi di dunia akhir-akhir ini. Dalam data yang dimilikinya, ada 88,3 juta orang di Asia Tenggara yang tergolong miskin. Di Indonesia, puluhan juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. 

 

Menurut SBY, angka ini bukan sekadar tantangan sosial-ekonomi. Ini krisis keadilan global. Mirisnya, di kala banyak penduduk dunia kelaparan, segelintir miliarder berlomba tamasya ke luar angkasa. 

 

Diingatkan SBY, konflik antarkelas akan terjadi jika ketimpangan dibiarkan terus berlangsung. Ujungnya, memicu stabilitas sosial bahkan ekstremisme.

 

Untuk mengatasi ketimpangan ini, sambung SBY, dapat ditangani lewat ekonomi yang inklusif, pendidikan, dan akses digital yang merata. "Dengan ekonomi inklusif, pajak lebih adil, pendidikan, dan akses digital merata, kita bisa ubah menjadi kekuatan baru," pesannya.

 

SBY lantas mengajak seluruh pihak merenungkan gagasan Sun Yat Sen, pemimpin revolusi dan Bapak Negara China modern. Yakni, sudah saatnya mencari jalan tengah dalam sistem ekonomi dunia agar kapitalisme, sistem ekonomi yang mengglobal ini, mengangkat keadilan sosial.

 

Selain bicara ketimpangan, SBY juga mengingatkan faktor penyebab runtuhnya peradaban dan negara. Kata SBY, negara kuat dapat runtuh jika pemimpinnya menempatkan diri di atas hukum dan rakyat. 

 

"Negara kuat jatuh lantaran pemimpinnya meletakkan dirinya di atas peranata hukum, di atas sistem yang adil, dan di atas kesetiaan sejati terhadap negara dan rakyatnya," tekan SBY.

 

Dia mencontohkan penguasa Prancis sebelum Revolusi Prancis 1789 dengan ungkapan legendarisnya, L'état, c'est moi atau yang bermakna Negara, Hukum, Suara Rakyat Adalah Saya. Penguasa itupun jatuh karena ditentang oleh rakyatnya.

 

SBY kemudian mengutip perkataan Lord Acton, "power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absolutely (Kekuasaan cenderung untuk membuat seseorang korup, dan kekuasaan absolut pasti membuat seseorang benar-benar korup)".

 

Dia lalu menyitir pernyataan Jared Diamond dalam bukunya berjudul Collapse. Jared Diamond menyebut sejumlah faktor yang bisa membuat negara runtuh. Seperti kerusakan dan perubahan iklim, perang, berkurangnya mitra dagang, dan kurang maksimalnya respons internal terhadap krisis. Dalam buku itu, Jared menekankan, peradaban tak hancur karena tantangan, melainkan karena kegagalan beradaptasi. 

 

"Oleh karena itu, dianjurkan di abad ke-21 yang makin dinamis ini, kita harus bisa beradaptasi. To adapt and to adjust, to change ourselves for the better (beradaptasi dan menyesuaikan diri, mengubah diri kita menjadi lebih baik)," pesannya.

 

Soal adaptasi ini, SBY menyampaikan risiko baru yang dihadapi peradaban modern yang berdampak langsung kepada Indonesia. Misalnya globalisasi ekonomi. Indonesia, bagian dari sistem perdagangan dan perekonomian dunia, rentan mengalami krisis global seperti krisis keuangan Asia 1997 dan krisis global tahun 2008.

 

Kemudian, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan seperti banjir, kekeringan, naiknya permukaan laut, hingga kebakaran hutan. Lalu, teknologi informasi dan komunikasi. Internet dan media sosial mengubah cara berpikir, berinteraksi, hingga berpolitik. Ini berimbas pula pada pergeseran nilai dan budaya. Generasi muda Indonesia kini tumbuh di dunia yang jauh lebih terbuka, namun lebih tidak pasti. 

 

Generasi muda berhadapan dengan banjir informasi, tantangan identitas, dan krisis makna. Di sinilah, kata SBY, pentingnya pendidikan karakter, spiritualitas, dan nilai kebangsaan dalam membentuk arah peradaban masa depan.

 

"Hadirnya Artificial Intelligence (AI), disinformasi digital, hingga ancaman krisis iklim, perang, dan senjata biologis, itu tantangan kita bersama," ujarnya.

 

Dalam hal perdamian, SBY menegaskan, daya tahan peradaban bukan ditentukan oleh kejayaan atau senjata. Tapi oleh kematangan nilai, ketangguhan sosial, dan kapasitas beradaptasi secara cerdas dan bermoral. SBY juga mengingatkan hal yang disampaikan produser film Star Trek, Gene Roddenberry yang mengatakan "The strength of a civilization is not measured by its ability to fight wars but rather by its ability to prevent them". 

 

"Untuk mencegah perang, justru pada kemampuan mencegah perang itu sendiri," tegasnya.

 

Soal perdamaian di tengah situasi geopolitik yang tak menentu, SBY menyerukan pentingnya pendekatan diplomasi dan politik damai. Sebagai sosok yang berlatar militer, jalan damai selalu jadi pilihan utamanya saat memimpin.

 

Jalan non-militer ini, mestinya tetap jadi prioritas bagi para pemimpin dan militer dunia saat ini. Para pemimpin dunia, diharapkan bijak dan mengesampingkan ego serta ambisi pribadi.

 

"Para jenderal dan laksamana merasakan, kalau masih ada jalan damai untuk menegakkan Merah Putih, kami akan pilih jalan damai. Kami para jenderal sangat mengetahui harga mahal yang harus dibayar dalam sebuah peperangan," ucapnya.

 

Masih di topik perdamaian, SBY prihatin dengan situasi di Jalur Gaza, Palestina. Konflik di wilayah ini dinilainya telah melewati batas. Kematian dan penderitaan rakyat Gaza tak pernah terbayangkan. SBY menuangkan kegelisahannya ini lewat sebuah lukisan yang dia pamerkan dalam acara ini. 

 

Lukisan SBY ini dikengkapi quote dari Einstein "The world will not be destroy by those who do evil but by those who watch them without do anything". Artinya, dunia tak akan hancur oleh mereka-mereka yang berperilaku seperti setan, tapi yang berusaha membiarkan setan-setan itu merusak dunia.

 

"Nyaman kah kita menonton tayangan televisi berjatuhan korban anak-anak, orang tua antre makan? Menurut saya, ini bukan lagi peradaban yang kita ingin capai dan bangun," ucap SBY.

 

Kata SBY, yang terjadi di Gaza betul-betul cross the line. Semua rules, hukum perang, militer, konvensi Jenewa, hilang. SBY menyentil keras Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tak berdaya. SBY pun menyindir kondisi ini lewat lukisan karyanya bergambar bendera PBB tampak patah.

 

"Kita semua berdosa bahkan tak bermoral kalau membiarkan, tidak ada usaha untuk menghentikan. Ini bendera PBB saya bikin patah karena Dewan Keamanan PBB do nothing!" kecam SBY.

 

Pembina Yayasan Institut Peradaban Prof. Jimly Asshiddiqie memuji orasi SBY yang dinilainya menginspirasi semua pihak. "Kepada Pak SBY, terima kasih atas pidatonya yang sangat inspiratif. It's really a great lecture," kata Jimly.

 

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menaruh hormat kepada SBY yang dinilai berhasil memimpin pemerintahan Indonesia pascareformasi dengan gemilang. SBY berhasil mengakhiri tugas pengabdiannya dengan husnul khatimah, serta terus berkarya melalui kesenian, warisan kebudayaan, dan pemikiran kebangsaan.

 

"Saat politik dunia dipenuhi ketegangan, seperti sekarang ini, seni bisa dijadikan alat diplomasi penting. Agar suasana bisa jadi lebih cair dan sudut pandang menjadi lebih lembut," puji Jimly.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit