Kelas Menengah Ke Bawah Alami Pelemahan

JAKARTA - Pemerintah harus fokus membenahi perekonomian yang saat ini penuh tantangan. Apalagi, kelas menengah ke bawah khususnya, tengah mengalami pelemahan yang cukup mendalam.
Hal itu disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDIP Darmadi Durianto, dalam rilisnya yang disampaikan Rabu (40/7/2025).
Darmadi juga menyoroti data soal konsumsi rumah tangga mengalami tren penurunan yang cukup dalam.
Angka konsumsi rumah tangga, yang notabenenya adalah salah satu kontributor utama PDB, menunjukkan penurunan. Hal ini mencerminkan permintaan domestik yang melemah," urai Bendahara Megawati Institute itu.
Tak hanya itu, Darmadi menjelaskan, berdasarkan data bahwa Indeks Penjualan Ritel dan Survei Keyakinan Konsumen (IKK) juga mengalami penurunan.
"Mandiri Spending Index, Indeks Keyakinan Konsumen, dan indeks penjualan riil menurun signifikan sejak awal 2025," jelas Darmadi.
Yang paling mencolok, kata dia, melihat indikator pelemahan ekonomi masyarakat, misalnya terkait tren penurunan jumlah pemudik dan uang beredar.
"Tahun 2025, jumlah pemudik turun 24% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan konsumsi karakteristik musiman melemah. Selain itu, pertumbuhan uang beredar juga terkontraksi," beber Darmadi.
Darmadi mengingatkan agar pemerintah fokus mengurus berbagai problem ekonomi yang tengah mendera masyarakat saat ini.
Darmadi juga menyoroti soal lapangan kerja.
Sekitar 14.000 pekerja formal di sektor manufaktur terkena PHK pada awal 2025, yang memperburuk pendapatan rumah tangga," katanya.
Darmadi juga menyoroti kondisi industri manufaktur tanah air juga tidak dalam kondisi baik-baik saja.
Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur berada di 46,7 pada April 2025, menandakan sektor ini memasuki zona kontraksi, yang cerminkan lemahnya permintaan dan produksi," tandasnya.
Selain data dan indikator tesebut di atas, menurut Darmadi, sejumlah faktor juga bisa dikatakan sebagai sebab dibalik menurunnya daya beli masyarakat saat ini.
Faktor struktural dan finansial, misalnya, kata dia, di mana pendapatan riil yang tidak seimbang dengan harga.
Kenaikan harga barang dan jasa tidak diikuti kenaikan pendapatan riil, sehingga daya beli menurun," paparnya.
Selain itu, lanjut dia, faktor yang juga turut memengaruhi pelemahan daya beli masyarakat yaitu terkait beban pajak dan suku bunga.
"Peningkatan pajak dan suku bunga cicilan yang tinggi semakin menekan pendapatan disposable masyarakat, terutama kelas menengah," jelas dia.
Yang lebih memprihatinkan lagi, kata dia, fenomena judi online (judol) dan pinjol yang tengah membudaya di kalangan masyarakat saat ini menjadi salah satu sebab penting di balik menurunnya pelemahan daya beli masyarakat.
"Maraknya judi online (judol) dan utang dari pinjaman online ilegal menggerogoti pendapatan rumah tangga. Sumber daya finansial habis untuk utang dan bukan konsumsi produktif," lirih Darmadi sambil berurai air mata.
Terakhir, Darmadi meminta agar pemerintah segera menuntaskan berbagai problem tersebut.
Pos Banten | 15 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 7 jam yang lalu
Nasional | 20 jam yang lalu
Opini | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 20 jam yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu