TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ungguli Malaysia, Singapura Dan Thailand

Reporter & Editor : AY
Rabu, 06 Agustus 2025 | 09:05 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto : Ist
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto : Ist

JAKARTA - Jelang peringatan HUT ke-80 RI, kabar baik datang dari sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 tercatat sebesar 5,12 persen (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini mengungguli negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

 

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode ini mencapai Rp 5.947 triliun. “Secara kuartalan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,04 persen dibanding kuartal sebelumnya,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/8/2025).

 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tercatat lebih tinggi dibanding beberapa negara kawasan. Malaysia tumbuh 4,5 persen yoy berdasarkan pembacaan awal (advance reading). Sementara, Singapura tumbuh 4,3 persen. Bahkan, secara kuartalan, ekonomi Singapura tumbuh 1,4 persen setelah sebelumnya terkontraksi 0,5 persen.

 

Sedangkan, Bank of Thailand memperkirakan pertumbuhan ekonomi negaranya hanya sekitar 2,3 persen pada kuartal II-2025. Sementara, ekonomi Filipina diprediksi tumbuh 5,5 persen dan Vietnam melonjak hingga 7,96 persen.

 

Apa yang membuat ekonomi Indonesia tumbuh? Edy menjelaskan, sejumlah sektor tumbuh positif. Industri pengolahan, pertanian, perdagangan, dan pertambangan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB, dengan total mencapai 63,59 persen.

 

Dari sisi pengeluaran, hampir seluruh komponen mencatatkan pertumbuhan positif, kecuali konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) naik 6,99 persen, dan ekspor melonjak 10,67 persen. Kontributor utama terhadap pertumbuhan tetap berasal dari konsumsi rumah tangga, yang menyumbang 2,64 persen dari total 5,12 persen pertumbuhan.

 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut capaian ini dengan optimisme. “Alhamdulillah, kita kembali ke jalur 5 persen. Jadi 5,12 persen,” ujarnya dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (5/8/2025) sore.

 

Airlangga menyebut, di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia hanya kalah dari China yang tumbuh 5,2 persen. Negara-negara lain seperti Korea Selatan dan AS mencatat pertumbuhan lebih rendah, masing-masing 2,2 persen dan 2 persen. “Di antara negara G20 dan ASEAN, kita salah satu yang tertinggi,” tegasnya.

 

Pertumbuhan ekonomi juga tercermin di berbagai wilayah Indonesia. Jawa tumbuh paling tinggi sebesar 5,24 persen, disusul Sulawesi 5,83 persen, Sumatera 4,98 persen, Kalimantan 4,95 persen, Bali-Nusa Tenggara 3,73 persen, serta Maluku dan Papua 3,3 persen.

 

Dari sisi eksternal, Indonesia menunjukkan ketahanan yang baik. Cadangan devisa tercatat sebesar 152,6 miliar dolar AS. Neraca perdagangan masih surplus selama 62 bulan berturut-turut, dengan nilai mencapai 10,9 miliar dolar AS pada kuartal I-2025. Rasio utang pemerintah juga masih terkendali di kisaran 30 persen terhadap PDB.

 

Ekonomi kita masih solid. Dan memang, rencananya di semester II-2025 kita menargetkan sasaran 5,2 persen bisa dicapai,” ujar Airlangga.

 

Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Firman Hidayat menilai, pertumbuhan ini didorong oleh lonjakan investasi yang tumbuh 6,99 persen dan perbaikan kinerja ekspor.

 

Menurutnya, capaian 5,12 persen sesuai dengan indikator ekonomi yang membaik di kuartal II-2025, meski tekanan masih ada.

 

Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie mengapresiasi langkah-langkah pemerintah. Ia menilai pertumbuhan ini memberikan harapan besar bagi dunia usaha.

 

Beberapa faktor yang menurutnya jadi penopang utama antara lain: Pertama, melonggarkan pengetatan belanja Pemerintah dari minus 2,9 persen menjadi hanya minus 0,33 persen. Kedua, investasi mulai berbuah manis. “Ini adalah hasil keras Pemerintah dalam menarik investasi dan mempermudah doing business,” puji Anin.

 

Ketiga, konsumsi rumah tangga yang tumbuh dari minus 4,89 persen menjadi 2,64 persen. Keempat, ekspor barang dan jasa tumbuh dari minus 6,78 persen menjadi 2,43 persen. Kelima, industri manufaktur menjadi mesin pertumbuhan, dari 4,5 persen menjadi 5,88 persen.

 

Keenam, lanjut Anin, sejumlah program quick win Pemerintah mulai membuahkan hasil. Kata Anin, meski baru dimulai, program kerja Pemerintah sudah memberikan dampak dalam mengangkat daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

 

Di Atas Proyeksi

 

Pertumbuhan 5,12 persen ini jauh melampaui ekspektasi pasar. Berdasarkan proyeksi dari 30 ekonom dan lembaga yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) perkiraan hanya 4,8 persen. Estimasi tertinggi memproyeksikan 5 persen, sementara terendah hanya 4,6 persen.

 

Gareth Leather dari Capital Economics dan Enrico Tanuwidjaja dari UOB Indonesia termasuk yang memproyeksikan angka tertinggi. Sementara, proyeksi terendah datang dari Moody’s Analytics dan Trimegah Sekuritas.

 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengakui capaian ini melampaui ekspektasi. Ia mengatakan, stimulus fiskal dan moneter yang tetap akomodatif sangat penting untuk menjaga momentum pertumbuhan.

 

“Strategi ini menjadi krusial untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen pada semester II-2025,” ujarnya.

 

Menurutnya, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 diperkirakan berada di kisaran 4,7–5,1 persen, sedikit lebih rendah dibanding capaian 2024 yang sebesar 5,03 persen.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit