Kepala SD di Lebak Tuduh Muridnya Memalak dan Merundung
Korban Trauma dan Tidak Mau Sekolah

LEBAK - Salah seorang murid Sekolah Dasar (SD) Negeri di wilayah Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, berinisial RF (7), tengah mengalami trauma dan tidak mau bersekolah kembali. Kondisi itu terjadi, pasca dituding memalak dan merundung oleh oknum kepala sekolah (kepsek). Orang tua korban berinisial NR (27) mengungkapkan, anaknya dituduh melakukan perbuatan tersebut oleh kepsek, pasca adanya laporan dari orang tua salah satu siswi Kelas 1, pada Jumat 12 September 2025.
“Jumat kemarin anak saya dipanggil dan dituduh memalak hingga mem-bully (merundung, red) siswa kelas 1. Dia dipaksa mengaku, sampai anak saya trauma dan ketakutan berangkat sekolah,” jelas NR, Senin (15/9/2025).
Pantas saja anaknya mengalami trauma, sebab jelas NR, anaknya sempat mendapatkan ancaman pihak sekolah. “Kepsek bilang kalau melakukan hal itu lagi, akan dipenjarakan ke penjarakan anak kecil katanya,” ungkapnya.
Dia juga menyampaikan, bahwa kasus ini bukan yang pertama kali dialami anaknya. Saat masih Kelas 1, justru RF pernah dikeroyok oleh lima siswa lain, termasuk cucu kepala sekolah. Namun kata NR, pihak sekolah tidak mengambil tindakan tegas.
NR mengaku, sangat menyayangkan sikap pihak sekolah, karena saat pemanggilan anaknya tidak ikut dilibatkan. Dia juga membantah, jika anaknya melakukan perbuatan tersebut. Bahkan sebaliknya menurut dia, beberapa kali mendapat aduan dari anaknya yang sering menjadi korban perundungan. Ia juga menyebut bahwa dirinya setiap hari datang ke sekolah untuk menemani anaknya.
“Anak saya dikasih jajan, tapi dituduh. Masalahnya dituduh, nggak ada musyawarah ke saya sebagai orang tua. Sekarang akhirnya nggak sekolah, padahal masih Ujian Tengah Semester (UTS),” paparnya.
Dia menegaskan, anaknya ketakutan saat pihak sekolah melakukan kunjungan. Para guru juga sempat menyebut bahwa kepsek akan menyusul melakukan kunjungan, namun sang anak menolak. “Katanya kepsek mau datang, tapi anak saya nggak mau bertemu, masih ketakutan,” katanya lagi.
NR mengungkapkan, dalam kunjungannya itu, para guru yang hadir sempat memberi nasihat ke sang anak dan arahan agar anaknya kembali bersekolah. Namun karena trauma dan rasa takutnya itu, sang anak juga menolak permintaan itu. “Saya juga nggak bisa maksa. Apalagi anak saya dari hari Jumat sampai sekarang mengalami demam,” tandasnya.
Saat dikonfirmasi, Kepsek, Oom Komariah menegaskan, bahwa penanganan ini sudah sesuai prosedur dan tidak ada tekanan kepada sang anak. “Saya tanya baik-baik, tidak menghakimi,” kilahnya kepada awak media.
Oom juga menyampaikan bahwa proses klarifikasi melibatkan seluruh pihak, baik orangtua anak yang melaporkan, maupun orang tua anak yang dilaporkan. Kata dia juga, klarifikasi ini dilakukan setelah pihak sekolah beberapa kali mendapatkan laporan buli dan pemalakan tersebut. “Selanjutnya kita berencana ke rumah Bu NR untuk melihat kondisi anaknya kenapa sampai merasa trauma,” tandasnya.(*)
TangselCity | 15 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 15 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 5 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu