Kasus Pembobolan Rekening Dormant, Polri Jejerin Barbuk Duit Rp 204 Miliar

JAKARTA - Sindikat kejahatan terorganisir yang menyedot duit rekening dormant akhirnya ketangkap basah. Nilai jarahannya bikin geleng-geleng kepala, mencapai Rp 204 miliar. Duit haram itu, dijejerin Polri di depan awak media, Kamis (25/9/2025).
Tumpukan uang pecahan seratus ribuan, dibungkus plastik bening tebal, memenuhi lantai ruang konferensi pers Bareskrim Polri, Jakarta. Lantai pun seakan berubah jadi gudang duit.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri Brigjen Helfi Assegaf mengungkap, ada 9 tersangka yang sudah diamankan. Perannya beragam; mulai dari karyawan bank, pembobol sistem, pencuci uang.
“Dari hasil penyidikan, seluruh dana yang ditransaksikan secara ilegal berhasil dipulihkan. Total Rp 204 miliar,” tegas Helfi di Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Q
Nama para pelaku pun dibuka ke publik. Mulai AP (50) selaku kepala cabang pembantu bank; GRH (43), consumer relations manager; sampai C alias Ken (41) yang disebut sebagai otak sindikat.
Tak cuma itu, ada juga DR (44) konsultan hukum, NAT (36) eks pegawai bank yang paham celah sistem, R (51) mediator, TT (38) fasilitator keuangan, serta DH (39) dan IS (60) penyedia rekening penampungan. Seorang lagi, berinisial D, masih buron.
Modusnya, sindikat ini mulai mendekati AP pertengahan Juni 2025. Mereka mengaku Satgas Perampasan Aset. AP awalnya menolak, tapi akhirnya luluh setelah diancam. Kelompok ini mengajak AP untuk mengambil duit dari rekening dormant pada bank tempat AP memimpin.
Rekening dormant adalah rekening nganggur atau pasif. Disebut pasif, karena pemilik rekening itu, tidak melakukan transaksi dalam waktu yang lama, meskipun ada saldo tabungan di dalamnya.
Akhir Juni, deal gelap tercapai. Jumat sore (27/6/2025), usai jam operasional, eksekusi dilakukan. Sengaja dipilih akhir pekan agar tak cepat ketahuan sistem pengawasan.
Lewat akses ilegal ke Core Banking System, NAT mentransfer duit jumbo itu, ke 5 rekening penampungan. “Ada 42 transaksi dalam waktu 17 menit,” beber Helfi.
Transaksi mencurigakan akhirnya terendus sistem bank, dilaporkan ke Bareskrim, dan ditelusuri PPATK. Hasilnya, aliran duit bisa dipulihkan seluruhnya. Selain duit, polisi juga mengamankan CCTV, komputer, hingga notebook.
Menariknya, rekening dormant yang dijarah itu atas nama S, seorang pengusaha tanah. Namun, identitas lengkapnya masih ditutup rapat. “Itu yang sedang kita dalami,” kata Helfi.
Terkait Pembunuhan KCP BRI
Ternyata kasus pembobolan rekening dormant ini, masih ada kaitannya dengan peristiwa tragis tentang pembunuhan Kepala Cabang Pembantu (KCP) BRI Mohammad Ilham Pradipta (MIP) yang jasadnya ditemukan di daerah Bekasi, Jawa Barat, 21 Agustus 2025.
Kenapa terkait? Karena dua tersangka; yakni C alias Ken dan DH dalam kasus pembobolan rekening dormant ini, juga terlibat dalam pembunuhan MIP. "C dan DH adalah jaringan pembobolan rekening dormant sekaligus terlibat penculikan Kacab MIP,” ungkap Helfi.
Diketahui, MIP diculik saat perjalanan menuju kantor pusat di Lotte Mart Indonesia, Pasar Rebo, 20 Agustus 2025. Mobilnya dicegat, ia dipaksa masuk mobil lain. Sehari kemudian, jasadnya ditemukan di sawah Karangsambung, Bekasi. Kaki terikat, mata diplester lakban. Hasil autopsi RS Polri: korban meninggal akibat kekurangan oksigen setelah dianiaya benda tumpul.
Dalam kasus yang melibatkan 18 tersangka ini, Polda Metro Jaya mengungkap MIP awalnya hanya hendak diintimidasi agar mau menutup mata soal fraud perbankan. Namun, rencana berubah jadi aksi sadis.
Tim Resmob dan Jatanras Polda Metro Jaya bergerak cepat. Belasan orang ditangkap, mulai dari otak perencana, eksekutor penculikan, eksekutor penganiayaan, hingga tim pengintai. Nama DH muncul sebagai tokoh kunci.
DH bukan orang sembarangan. Dia dikenal sebagai pebisnis dengan dua perusahaan teknologi.
Selain itu, DH diketahui punya kanal YouTube Klan Hartono dengan ratusan ribu pelanggan. Namun, di balik citra itu, dia punya catatan hitam. Tahun 2012, PN Semarang memvonisnya enam bulan penjara karena kasus pemalsuan ijazah.
Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra mengemukakan, DH sengaja mengincar uang yang ada di rekening dormant tersebut karena jumlahnya diperkirakan mencapai Rp 60-70 miliar.
Kombes Wira juga mengatakan bahwa para pelaku tidak hanya membidik rekening dormant di satu bank. “Jadi ada beberapa bank lain juga yang sedang diincar oleh pelaku,” tuturnya di Polda Metro Jaya, Selasa (23/9/2025).
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Olahraga | 4 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu