Tangsel Menuju Kota Mandiri Pangan: “RW Mantap” dan Mimpi Besar Edu-Agrowisata
DKP3 Tangsel Dorong Gerakan Warga Mandiri dan Wisata Edukasi Pertanian di Tengah Kota

SERPONG — Di tengah pesatnya pembangunan perkotaan dan padatnya hunian, Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tak ingin kehilangan akar hijau yang menjadi sumber ketahanan pangan. Melalui program inovatif bertajuk “RW Mantap” atau singkatan dari RW Mandiri Tahan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Tangsel bertekad menumbuhkan kembali budaya bertani di tengah kota.
Program ini bukan sekadar gerakan menanam semata, tetapi sebuah strategi besar untuk menghadapi ancaman inflasi dan ketergantungan pangan yang selama ini menjadi tantangan utama kota-kota modern.
Kepala DKP3 Tangsel, Yepi Suherman, menegaskan bahwa konsep RW Mantap lahir dari keprihatinan terhadap tingginya ketergantungan Tangsel terhadap pasokan pangan dari luar daerah.
“Kita ini kota konsumtif, hampir 98 persen kebutuhan pangan kita masih tergantung dari luar. Dari beras, sayur, ikan, telur, semuanya. Kita hanya bisa memenuhi sekitar dua persen dari kebutuhan sendiri,” ujar Yepi dalam wawancara khusus di ruangannya, Senin (6/10).
Menurutnya, kondisi tersebut berpotensi menimbulkan kerentanan jika sewaktu-waktu terjadi gagal panen atau hambatan distribusi dari daerah penghasil. Karena itu, Tangsel perlu memiliki langkah strategis untuk menjaga kemandirian pangan, meski dengan keterbatasan lahan.
“Kalau suatu saat daerah penghasil tidak bisa mengirim karena kondisi tertentu, apa yang bisa kita lakukan? Maka dari itu, RW Mantap ini hadir sebagai langkah antisipatif,” tambahnya.
Program RW Mantap mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan terbatas, baik halaman rumah, fasum (fasilitas umum), maupun lahan tidur menjadi sumber pangan keluarga. Tak perlu menjadi petani profesional, cukup menanam tanaman yang bermanfaat untuk kebutuhan harian, seperti cabai, kangkung, atau tomat dalam polybag
“Prinsipnya sederhana. Jangan tunggu punya sawah luas. Lihat halaman rumah, pekarangan, atau lahan kosong di lingkungan. Kalau semua RW bergerak, hasilnya akan terasa besar,” tutur Yepi.
Sejak diluncurkan pada 2023, gerakan ini telah tumbuh di 47 RW dari 7 kecamatan di Tangsel, dan ditargetkan terus berkembang hingga 2025. Namun, Yepi mengakui jumlah tersebut masih jauh dari ideal. Ia berharap kolaborasi lintas pihak, mulai dari camat, lurah, hingga masyarakat agar dapat memperluas jangkauan program ini.
“Kalau semua RW Mantap aktif, kita bisa wujudkan konsep One Village, One Commodity. Misalnya, ada kelurahan cabai, ada kecamatan kangkung. Setiap wilayah punya komoditas unggulan masing-masing,” jelasnya.
Tidak berhenti pada gerakan menanam, Dinas Pertanian Tangsel juga tengah menyiapkan langkah lanjutan yang lebih visioner, yakni mewujudkan kawasan edu-agrowisata di tengah kota.
Yepi menggambarkan, kawasan ini akan menjadi tempat belajar, rekreasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis pertanian modern.
Salah satu lokasi yang tengah dikembangkan adalah Kawasan Pusat Teknologi Pertanian (KPT) yang akan ditata menjadi pusat kegiatan edukasi pertanian, peternakan, perikanan, hingga mini zoo dan taman bunga.
“Di KPT, kita akan tata dengan konsep lengkap. Ada area tanaman, peternakan, kolam ikan, hingga spot edukasi dan glamping. Orang bisa belajar, berlibur, sekaligus menikmati suasana hijau di tengah kota,” paparnya.
Lebih jauh, kawasan ini juga dirancang sebagai destinasi eduwisata unggulan Tangsel, yang nantinya terhubung dengan area Tandon Ciater sebagai ruang terbuka hijau dan tempat rekreasi air.
“Bayangkan, di sekitar tandon ada taman anggrek, air mancur, jalur jogging yang indah. Tangsel punya ikon anggrek, dan itu harus kita tampilkan. Kita ingin masyarakat bisa berolahraga sambil belajar dan berwisata,” tambah Yepi.
Lebih menarik lagi, konsep eduwisata ini juga diharapkan menjadi pemicu ekonomi warga. Selain menjual hasil panen, masyarakat akan didorong untuk mengembangkan produk olahan pangan lokal, mulai dari keripik hingga sambal khas RW.
“Bayangkan kalau orang datang berwisata, lalu bisa membeli oleh-oleh hasil olahan warga. Ada nilai tambah di situ. Ibu-ibu PKK bisa masak untuk pengunjung, ada homestay di rumah warga, dan uangnya kembali ke lingkungan," ujar Yepi.
Ia menjelaskan, dengan berkembangnya konsep homestay, warga bisa memanfaatkan kamar kosong di rumah mereka untuk tamu wisata.
“Daripada hotel besar, biar wisatawan tinggal di rumah warga, makan masakan lokal, dan ikut belajar menanam. Ini menghidupkan ekonomi wilayah,” katanya.
Langkah besar ini juga mendapat dukungan penuh dari Wali Kota Tangerang Selatan, yang menargetkan setiap tahun muncul titik RW Mantap baru. Yepi memastikan, program ini akan tumbuh dari bawah (bottom-up), bukan sekadar proyek formalitas dari atas.
“Kalau program datangnya dari masyarakat sendiri, itu akan lebih langgeng. Jadi kami dorong para penyuluh pertanian turun langsung ke camat dan lurah untuk memperkenalkan manfaat RW Mantap,” jelasnya.
Lebih dari itu, Yepi menyebut bahwa langkah besar ini juga telah menjadi bagian dalam fokus program kepala daerah.
"Di antaranya penambahan 100 Titik Program RW Mantap selama 5 Tahun, peningkatan kerja sama
dengan kabupaten/Kota penghasil kebutuhan bahan pokok melalui BUMD, serta penyediaan stok bahan pokok sesuai standar melalui BUMD pasar," imbuhnya.
Ke depan, DKP3 juga membuka peluang investasi dan kerja sama dengan pihak luar. Yepi mengungkapkan, pihaknya telah menjalin komunikasi awal dengan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) untuk pengembangan kawasan agro-eduwisata di Tangsel dengan estimasi investasi mencapai Rp 47–50 miliar.
“Mereka tertarik, dan kita sedang dalam proses penjajakan. Bagi mereka, itu investasi kecil, tapi bagi Tangsel ini langkah besar untuk membuka peluang pengembangan pertanian kota,” ujarnya.
Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan, Tangsel bukan hanya mengejar ketahanan pangan, tetapi juga membangun identitas baru sebagai kota hijau yang cerdas dan mandiri.
“Kalau semua berjalan, Tangsel akan punya kawasan pertanian edukatif, wisata yang menarik, ekonomi yang hidup, dan masyarakat yang mandiri. Itulah cita-cita besar kami,” pungkas Yepi.
Program “RW Mantap” menjadi contoh bagaimana kota padat seperti Tangsel tetap bisa menumbuhkan kemandirian pangan lewat kreativitas warga. Dengan visi edu-agrowisata, Tangsel bersiap menjadi kota modern yang tetap berpijak pada akar pertaniannya yang hijau, produktif, dan berdaya.
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu