TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

RELIJIUCITY

Indeks

Dewan Pers

Pengamat: “AFC Sarang Mafia, Wasit Jadi Boneka Timur Tengah!”

Reporter & Editor : AY
Minggu, 12 Oktober 2025 | 19:33 WIB
Pengamat sepakbola senior, Fritzs Simandjuntak. Foto : Ist
Pengamat sepakbola senior, Fritzs Simandjuntak. Foto : Ist

JEDDAH — Kekalahan Timnas Indonesia dari Irak dalam lanjutan  Kualifikasi Piala Dunia 2026 bukan sekadar soal skor. Bagi pengamat sepakbola senior, Fritzs Simandjuntak, laga di Stadion King Abdullah Sports City, Sabtu (11/10), adalah potret kelam sepakbola Asia yang dikendalikan oleh tangan-tangan kotor.

“Sudah saatnya kita buka mata. AFC bukan lagi federasi, tapi sarang mafia sepakbola. Wasit-wasitnya bukan pengadil, tapi operator pesanan dari kekuasaan Timur Tengah,” tegas Fritzs di Jakarta, Minggu (12/10).

 

Target kritik utama Fritzs adalah wasit asal Cina, Ma Ning, yang memimpin laga Indonesia vs Irak. Keputusan-keputusannya dinilai absurd, penuh kejanggalan, dan merugikan Timnas Garuda.

 

Fritz merinci, di menit injury time, Zaid Tahseen menyikut Kevin Diks di kotak penalti. Kartu merah diberikan ke Tahseen, tapi penalti? Tidak. Ma Ning justru menyalahkan Diks karena dianggap memancing emosi lawan.

 

Sebelumnya, Tahseen juga lolos dari kartu merah saat melanggar Ole Romeny sebagai pemain terakhir. VAR? Tidak digunakan. Hanya kartu kuning.

Bahkan, protes keras dari manajer Timnas, Sumardji, berujung kartu merah. Tapi pertanyaan besarnya: kenapa VAR tak pernah menyala sepanjang laga yang penuh tensi?

 

 Fritzs menduga Ma Ning bertugas dengan “kompensasi khusus”. “Wasit ini tidak independen. Dia bertugas dengan agenda. Bahkan salah seorang tokoh wasit FIFA asal Jepang menyebut Ma Ning sudah menerima perintah sebelum laga dimulai. Tidak ada VAR digunakan dalam laga seketat itu? Itu bukan kelalaian, itu sabotase,” tegasnya

 

Track record Ma Ning pun bukan tanpa noda. Di final Piala Asia 2023, ia memberi tiga penalti untuk Qatar saat melawan Yordania. Hasilnya? Qatar juara. “Itu bukan kebetulan. Itu pola,” kata Fritzs.

 

 Lebih jauh, Fritzs menyebut AFC telah menjadi alat kekuasaan Timur Tengah. “Wasit bisa disuap, diarahkan, dan dikendalikan. Ini bukan sekadar merusak pertandingan, tapi menghancurkan masa depan sepakbola Asia. Kita makin tertinggal dari Eropa, Amerika Latin, bahkan Afrika.”

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit