131 Anak Alami Gagal Ginjal Akut, Air Urine Tiba-tiba Turun Drastis
JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, ada 131 kasus anak mengalami gagal ginjal akut progresif atipikal, yang belum diketahui penyebabnya.
Atas hal ini, IDAI meminta orang tua meningkatkan kewaspadaan, terutama pada anak yang menunjukkan gejala sakit.
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengatakan, investigasi masih dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti gagal ginjal akut yang dialami 131 anak ini.
Sebab, berdasarkan hasil dari berbagai pemeriksaan laboratorium, belum diketahui ada virus atau patogen lain yang ditemukan secara konsisten pada 131 anak itu.
Dia menerangkan, umumnya gagal ginjal akut terjadi akibat kekurangan cairan atau kehilangan cairan dalam waktu singkat. Misalnya, karena diare yang menyebabkan dehidrasi hebat atau perdarahan hebat karena syok dari demam berdarah dengue.
“Namun, riwayat penyakit itu tak jelas pada kasus ini karena tiba-tiba mengalami penurunan jumlah urine,” ucapnya, di Jakarta, Selasa (11/10).
Karena itu, orang tua perlu waspada apabila anak-anak menunjukkan gejala gagal ginjal akut. Sebagian besar kasus gagal ginjal akut yang dilaporkan mengeluhkan tidak mengalami buang air kecil sama sekali atau hanya sedikit mengeluarkan urine. Jika gejala tersebut ditemukan pada anak, sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit.
Sebanyak 131 kasus gagal ginjal akut yang belum diketahui penyebabnya tersebut dilaporkan terjadi pada periode Januari-September 2022.
Kasus ini tersebar di 14 provinsi, antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kasus ini cukup berbahaya. Sebab, dari laporan lisan diketahui, angka kematiannya tinggi.
"Namun, data pastinya belum bisa dilaporkan. Peningkatan kasus mulai tinggi dilaporkan pada Agustus-September 2022. Diharapkan sekarang kasusnya sudah menurun,” kata Eka.
Namun, Eka memastikan, kasus gagal ginjal akut ini tidak terkait dengan kematian yang dilaporkan pada sejumlah anak di Gambia, Afrika Barat.
Kasus kematian akibat gagal ginjal pada anak di Gambia dikaitkan dengan konsumsi obat batuk produksi India. Sementara, di Indonesia, obat batuk tersebut tidak dipasarkan. (rm.id)
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 20 jam yang lalu