Warga Adalah Cermin Kota
SERPONG - Sebuah kota tidak pernah lebih baik dari warganya. Gedung bisa tinggi, jalan bisa mulus, tapi bila warganya kehilangan empati, kehilangan kesantunan, kehilangan rasa malu dan kepedulian, maka kota itu sejatinya telah kehilangan jiwanya. Kota bukan sekadar karya pemerintah, melainkan cerminan watak kolektif para penghuninya.
Tangsel hari ini tumbuh sebagai kota modern. Tapi bersama kemajuan itu, muncul pula wajah-wajah kelelahan sosial: warga yang apatis terhadap kebersihan, marah di jalan raya, saling curiga di media sosial, dan enggan bertegur sapa di lingkungan sekitar. Kita menyalahkan pemerintah atas banyak hal, padahal sebagian cermin masalah itu ada pada diri kita sendiri sebagai warga.
Dalam tasawuf sosial, masyarakat dipandang sebagai jamaah ruhaniyah—sebuah komunitas spiritual yang saling mencerminkan kebaikan. Syekh Ahmad al-Rifa’i menegaskan bahwa “masyarakat beriman adalah tubuh yang saling merasakan sakit.” Artinya, ketika satu bagian kota terluka, seluruh warganya semestinya ikut bergetar. Tapi hari ini, luka sosial sering dianggap bukan urusan pribadi. Kita lebih cepat mengeluh di dunia maya daripada menegur dengan kasih di dunia nyata.
Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din menulis: “Kebaikan pemimpin tergantung pada kejujuran rakyat, dan kebaikan rakyat tergantung pada keadilan pemimpin.” Relasi keduanya bersifat timbal balik. Jika pemimpin adalah wajah formal kota, maka rakyat adalah bayangannya. Bayangan itu bisa jernih bila hati warganya bersih, tapi bisa keruh bila perilaku sosialnya berantakan. Maka memperbaiki kota tidak cukup dengan mengganti pejabat, tapi juga dengan memperbaiki perilaku warga.
Menjadi warga kota yang beradab berarti memiliki kesadaran sosial. Itu dimulai dari hal kecil: membuang sampah pada tempatnya, mendahulukan pejalan kaki, memberi jalan ambulans, menahan kata kasar di media sosial, dan menjaga ketenangan tetangga. Semua itu mungkin terdengar sederhana, tapi dalam kacamata tasawuf, itu adalah bagian dari adab al-mu’asyarah—etika kebersamaan yang memelihara rahmat di tengah keramaian.
Syaikh Ibn ‘Ataillah dalam al-Hikam mengatakan, “Jangan menunggu keadaan membaik untuk berbuat baik; berbuat baiklah, maka keadaan akan membaik.” Prinsip ini sangat penting bagi warga kota seperti Tangsel, di mana kecepatan hidup sering membuat kita menunggu arahan pemerintah sebelum berinisiatif. Padahal kota akan lebih cepat sehat jika warganya bergerak lebih dulu: menanam pohon di depan rumah, memperbaiki selokan bersama, atau sekadar menyapa petugas kebersihan dengan senyum.
Warga juga perlu memulihkan budaya silaturahmi sosial. Banyak masalah kota lahir bukan dari kurangnya program, tapi dari rusaknya jaringan kepercayaan antarwarga. Padahal, silaturahmi adalah energi yang menghidupkan komunitas. Di level kampung, kelurahan, dan RW, inisiatif-inisiatif seperti gotong royong, bank sampah, atau dapur umum adalah bentuk dzikir sosial—gerak hati yang melahirkan kebaikan kolektif.
Pemerintah tentu punya peran besar, tapi tanpa partisipasi aktif warga, semua rencana pembangunan hanya akan jadi wacana. Partisipasi ini bukan sekadar datang ke musrenbang, tetapi juga berani menegur yang salah dengan santun, melapor yang rusak tanpa pamrih, dan menjaga fasilitas publik tanpa menunggu petugas datang.
Kota yang beradab lahir dari sinergi dua arah: pemimpin yang jujur dan rakyat yang peduli. Keduanya saling menghidupkan. Dalam sebuah atsar, disebutkan: “Ketaatan rakyat adalah cermin dari kebijakan pemimpin, dan kebijakan pemimpin adalah bayangan dari doa rakyat.” Maka, Tangsel yang kita inginkan tidak akan lahir hanya dari peraturan wali kota, tapi dari kesadaran moral warganya.
Mari kita mulai dari diri sendiri. Jadilah warga yang menebar adab, bukan hanya kritik; warga yang menyemai kasih, bukan hanya keluhan. Karena pada akhirnya, kota adalah cermin hati kita. Bila hati warganya bening, maka wajah kotanya pun akan bercahaya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu



