Purbaya Optimis, Prediksi Ekonomi 2026 Tumbuh 6 Persen
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 dapat menembus angka 6 persen. Ia bahkan menyebut siap kehilangan jabatan, jika target tersebut gagal tercapai.
Target Purbaya ini di atas target pertumbuhan ekonomi tahun depan yang ditetapkan Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 sebesar 5,4 persen.
Purbaya mengaku memiliki keyakinan kuat target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai. “Saya ingin dorong ke 6 persen. Kalau risikonya apa, saya ngomong begini: kalau nggak kecapai, saya dipecat,” ujar Purbaya dalam acara Ecoverse 2025 di The Westin, Jakarta, Kamis (20/11/2025).
Ia menambahkan, tantangan merupakan hal yang membuat pekerjaannya menarik. Tanpa target yang menantang, ia mengklaim lebih memilih berdiam diri di rumah ketimbang menjabat sebagai Menkeu.
Purbaya menegaskan, dorongan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen pada 2026 hanyalah permulaan. Ia menargetkan, laju pertumbuhan yang lebih cepat lagi pada 2027 demi mewujudkan visi Prabowo.
“Tahun selanjutnya kita dorong lebih cepat lagi. Mungkin tahun ketiga atau keempat sudah terlihat pertumbuhan 8 persen. Jadi kita bisa mewujudkannya,” kata Purbaya.
Selain fokus pada percepatan pertumbuhan ekonomi, Purbaya juga memastikan perlindungan pasar dalam negeri dari serbuan barang impor ilegal. Menurutnya, pasar domestik yang berjumlah 280 juta penduduk adalah aset penting bagi pertumbuhan.
Ia menjelaskan, sekitar 90 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh permintaan domestik. Sisanya berasal dari ekspor. Karena itu, apabila barang impor ilegal menguasai pasar lokal, keuntungan akan lari ke luar negeri.
“Sebisa mungkin pasar kita dikuasai produsen dalam negeri, sehingga yang untung kita semua. Ayo kita kaya bersama,” jelasnya.
Dari sisi analis, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian menilai, target pertumbuhan ekonomi 6 persen bukanlah sesuatu yang mustahil. Ia menyebut, hal itu bisa dicapai asal ada perubahan pendekatan kebijakan secara fundamental.
“Pertumbuhan 6 persen bukan mimpi, tapi memerlukan perubahan cara pandang terhadap kebijakan fiskal–moneter dan bagaimana ekonomi didorong,” ungkap Fakhrul kepada Redaksi, Sabtu (22/11/2025) malam.
mengakui, penyimpanan dana Pemerintah di bank-bank Himbara mulai memberi efek positif, tapi belum maksimal. Pemerintah dinilai perlu melakukan dorongan tambahan melalui reformasi kebijakan yang lebih progresif.
Fakhrul menyebut ada empat langkah utama untuk mendorong pertumbuhan. Pertama, reformasi pasar tenaga kerja dan dukungan besar terhadap industri nasional. Ia menegaskan konsumsi masyarakat hanya akan naik jika lapangan kerja tercipta.
Menurutnya, langkah Pemerintah menertibkan thrifting impor sudah tepat. Namun, kebijakan tersebut harus dibarengi insentif pajak bagi perusahaan yang membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Kedua, diversifikasi pembiayaan APBN dengan mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Salah satu langkah strategis adalah optimalisasi penerbitan Dim Sum Bond dalam mata uang renminbi. Ia juga mendorong penguatan kerja sama currency swap antara Bank Indonesia (BI) dan People’s Bank of China (PBOC), termasuk memperluas penggunaan Chinese Yuan Hong Kong (CNH) di Indonesia.
Ketiga, pemulihan balance sheet usaha rakyat, terutama UMKM dan subkontraktor infrastruktur yang terdampak keterlambatan pembayaran proyek. Jika masalah ini diselesaikan, kata Fakhrul, kredit UMKM akan kembali bergerak cepat.
Keempat, sinergi yang lebih kuat antara BI dan pemerintah untuk menjaga likuiditas sistem keuangan. Ia menilai likuiditas perbankan tidak boleh ketat agar ekspansi kredit dapat terjadi. “Likuiditas yang longgar mendukung penyaluran kredit, dan kredit akan mendukung konsumsi serta investasi,” ujarnya.
Didukung Pengusaha
Dari sektor dunia usaha, Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani menyambut baik optimisme Pemerintah. Menurutnya, keyakinan Pemerintah penting untuk menjaga sentimen pasar di tengah ketidakpastian global.
Shinta menilai konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar PDB akan sangat menentukan keberhasilan target pertumbuhan. Karena itu, realisasi stimulus yang cepat dan tepat sasaran akan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi.
Namun, sejumlah tantangan tetap perlu diwaspadai, seperti tekanan harga pangan dan pelemahan rupiah yang dapat meningkatkan biaya produksi. Ia menilai koordinasi fiskal–moneter sangat penting untuk menjaga stabilitas.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 17 jam yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu


