Kasus Kematian Akibat BA.4 Dan BA.5 Memang Cuma 1/10 Dibanding Omicron Awal, Tapi Tetep Kudu Hati-hati
JAKARTA Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Pandemi Covid-19, dr. Reisa Brotoasmoro meminta masyarakat, agar lebih berhati-hati dan mempersiapkan diri, dalam mengantisipasi tren kenaikan kasus Covid di Tanah Air.
Terlebih, pemerintah telah mengumumkan kemunculan dua subvarian baru Omicron: BA.4 dan BA.5.
BA.4 dan BA.5 yang pertama kali dilaporkan pada 6 Juni 2022, terdeteksi pada empat orang.
Enam hari berselang, jumlah kasus BA.4 dan BA.5 bertambah jadi 20.
Dari temuan tersebut, diketahui bahwa temuan tersebut tidak hanya berupa imported case atau penularan dari luar negeri. Melainkan sudah menjadi transmisi atau penularan lokal.
Pemerintah pun, kini terus melakukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).
"Subvarian baru ini memang menyebabkan lonjakan kasus di beberapa negara di dunia. Tetapi, sejauh ini, gejala yang ditimbulkan dan kebutuhan perawatan di rumah sakit jauh lebih rendah. Jumlah kematian yang ditimbulkan, hanya 1/10 dibanding varian Omicron awal," jelas dr. Reisa.
Mayoritas pasien Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia, dilaporkan hanya mengalami gejala ringan. Hanya, ada satu pasien gejala sedang dengan keluhan batuk, sesak napas, sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri perut.
"Namun, kita harus tetap waspada. Karena BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat," kata dr. Reisa mewanti-wanti.
Untuk diketahui, per 16 Juni 2022, terdapat penambahan jumlah kasus positif Covid di Tanah Air, dengan angka 1.173. Sebanyak 509 orang sembuh, dan tiga orang meninggal dunia karena Covid.
Kemungkinan Lonjakan
Soal kemungkinan lonjakan kasus akibat BA.4 dan BA.5, dr. Reisa mengatakan, kita perlu menelaah kembali fakta Covid di Tanah Air di tahun-tahun sebelumnya.
Secara historis, kenaikan kasus Covid di Indonesia selalu diikuti oleh kemunculan varian baru, yang tergolong variant of concern (VoC). Seperti varian Delta pasca masa Idul Fitri 2021, dan varian Omicron setelah masa libur Natal dan Tahun Baru lalu.
Kenaikan jumlah kasus positif dan kasus aktif, biasanya terjadi setelah 2 hingga 4 minggu pasca diidentifikasinya varian baru.
Pada gelombang sebelumnya, kenaikan kasus terjadi setelah 20-35 hari pasca Hari Raya. Puncaknya, terjadi pada hari ke-43 hingga 65 setelah Lebaran.
"Karena itu, kita tidak boleh lengah. Tetap harus waspada. Apalagi, subvarian baru BA.4 dan BA.5 yang telah dinyatakan sebagai variant of concern oleh WHO, sudah ada di sekitar kita. Persiapkan diri dengan baik, seperti apa yang telah kita pelajari dan biasa lakukan, selama lebih dari dua tahun belakangan ini," tutur dr. Reisa.
"Kita harus benar-benar bisa menilai risiko, dan disiplin menjalankan gaya hidup bersih dan sehat. Adaptasi kebiasaan baru yang kita jalankan sehari-hari, akan membantu membawa negara ini ke dalam status kesehatan yang baik dan terkendali," pungkasnya. (rm id)
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 22 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu