Bom Bunuh Diri Di Bandung
Sialan, Teroris Itu Masih Ada..
BANDUNG - Aksi bom bunuh diri yang sudah lama tidak terjadi, tiba-tiba muncul lagi. Kali ini, aksi biadab itu terjadi di Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat, kemarin pagi. Akibatnya, 1 personel polisi tewas dan 9 orang luka-luka. Peristiwa ini tentu saja mengagetkan semua orang. Ternyata, teroris sialan itu masih ada...
Serangan bom bunuh diri itu terjadi saat kantor polisi baru saja beroperasi. Karena masih pagi, anggota Polsek juga sedang sibuk melakukan apel pagi. Namun, sekitar pukul 8.15, tiba-tiba, datang seorang lelaki tak dikenal masuk dan menerobos barisan. Beberapa petugas mencoba mengamankan pria tersebut.
Namun, lelaki itu malah mengacungkan sebilah pisau ke arah petugas sambil mengancam. Hanya hitungan detik, terjadi ledakan keras. Ledakan itu langsung menewaskan pelaku. Jasadnya terpental beberapa meter, dengan badan hancur terpisah beberapa bagian.
Selain pelaku, ledakan itu juga menewaskan seorang anggota polisi akibat terkena gotri berupa paku beton dan paku payung. Sementara 9 lainnya, mengalami luka-luka.
Suara ledakan bom itu cukup keras hingga terdengar sampai radius 200 meter. Asap mengepul ke udara. Warga yang berada di sekitar lokasi langsung mendekat untuk mengetahui apa yang terjadi.
Dari foto-foto dan video amatir yang beredar di media sosial, kejadian itu membuat kantor Polsek Astana Anyar rusak parah. Pintu bagian depan berantakan, kaca jendela pecah berkeping-keping dan serpihannya berserakan di lantai. Atap dan plafon juga hancur.
Beberapa saat kemudian, petugas polisi berdatangan. Sebagian memasang garis polisi dan menyisir lokasi. Sebagian melakukan olah TKP seperti memeriksa sidik jari untuk memastikan identitas pelaku.
Dari hasil penyisiran, petugas menemukan barang bukti yakni sebuah motor berwarna biru dengan plat nomor AD, yaitu wilayah Solo dan sekitarnya. Di bagian depan motor itu dipasang selembar kertas warna putih berisi tulisan bernada teror. Tulisannya:
“KUHP merupakan produk hukum kafir. Mari kita berantas penegak hukum.“
Dari hasil penyelidikan dengan pemeriksaan sidik jari dan pengenalan wajah, diketahui pelaku teror tersebut adalah
Agus Sujatno alias Agus Muslim. Pria berusia 34 tahun itu adalah mantan narapidana teroris kasus bom rice cooker Cicendo, Jawa Barat pada tahun 2017.
Dalam kasus itu, Agus dihukum empat tahun penjara di Nusakambangan. Agus kemudian bebas pada September 2021.
Dalam aksi kali ini, Agus membawa dua bom. Satu bom diikatkan di badannya. Satu lagi disimpan tak jauh dari lokasi. Namun, hanya satu yang meledak.
Bom yang kedua kemudian diledakkan oleh tim Gegana pada pukul 11 siang. Sampai kemarin, polisi masih menyelidiki jenis bom yang digunakan dalam serangan tersebut.
Setelah TKP aman, sejumlah pejabat seperti Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Menkopolhukam Mahfud MD mendatangi lokasi. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga sudah datang lebih dulu, kurang dari 2 jam setelah kejadian.
Begitu tiba di lokasi, Sigit langsung menginstruksikan kepada seluruh jajarannya untuk mengusut tuntas peristiwa bom bunuh diri tersebut. Dari hasil penelusuran, pelaku bom bunuh diri adalah Agus Muslim, anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jabar. Ia pun meminta jajarannya untuk segera mengungkap kasus ini.
"Satgas sudah diperintahkan untuk bergerak," kata Sigit, di lokasi.
Eks Kabareskrim ini mengatakan, Agus Muslim adalah mantan napiter yang sulit di-deradikalisasi. Saat keluar penjara pada September, statusnya masih "merah" alias berbahaya. Upaya untuk melakukan deradikalisasi tak bisa berjalan karena sikap pelaku yang tak mau diajak bicara.
Dengan kejadian ini, Sigit mengatakan proses deradikalisasi perlu teknik dan taktik berbeda. "Karena yang bersangkutan masih susah diajak bicara, cenderung menghindar, walaupun sudah melaksanakan aktivitas (deradikalisasi)," kata Sigit.
Terakhir, ia meminta jajarannya tetap semangat dalam melayani masyarakat. Dalam aksi ini ada 10 petugas jadi korban. Satu korban meninggal dunia atas nama Aipda Sofyan, selaku BA Polsek Astana Anyar. Kemudian, tiga orang luka berat dan empat luka ringan.
Sementara itu, Mahfud MD meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan pascaledakan bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar ini. Menurut dia, serangan ini membuktikan jaringan teroris nyatanya masih ada walau jumlahnya sudah menurun.
"Sebenarnya secara kuantitatif sudah jauh menurun sejak tahun 2018 sampai sekarang. Itu sudah jarang-jarang terjadinya, sekali-kali terjadi. Tetapi, masih ada. Buktinya hari ini," kata Mahfud.
Mahfud juga meminta pengertian masyarakat jika aparat keamanan melakukan penangkapan terhadap jaringan teroris.
Dia mengimbau agar tindakan tegas ini tidak diartikan sebagai bentuk kesewenang-wenangan. Eks Ketua Mahkamah Konstitusi itu menegaskan, teroris adalah musuh bersama.
"Teroris itu adalah musuh kemanusiaan. Bukan pejuang agama apa pun teroris itu. Itu adalah musuh kemanusiaan, musuh bersama, musuh semua penganut agama, itu teroris," kata Mahfud.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar memastikan berdasarkan dugaan sementara pelaku menjalankan aksinya secara sendirian alias lone wolf.
Berdasarkan modus operandi penyerangan yang dilakukan, ia menduga aksi bom bunuh diri tersebut berkaitan dengan kelompok jaringan Jemaah Islamiyah (JI) atau Jemaah Ansharut Daulah (JAD).
Kendati demikian, Boy menyebut masih perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan keterlibatan jaringan teroris itu.
"Kami belum bisa mastikan. Tapi ini karakter-karakter yang selama ini misi-misi umumnya apakah JAD, JI, dengan cara-cara modus operandi seperti ini. Jadi tentu perlu data lebih lanjut untuk kita simpulkan ke arah sana," kata Boy, dalam rekaman suara, kemarin
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu