TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Jadwal imsak
Dewan Pers

Korupsi Tak Ada Matinya

Oleh: Supratman
Editor: admin
Selasa, 28 Juni 2022 | 11:04 WIB
Supratman
Supratman

JAKARTA - Saking banyak dan meluasnya kasus korupsi, publik sampai bingung membedakan dua kasus korupsi yang melibatkan mantan Dirut Garuda Indonesia Emirsyah Satar.

Kemarin, Kejaksaan Agung mengumumkannya sebagai tersangka kasus Garuda. Sebelumnya, dia juga punya kasus di KPK.

Kejagung tidak menahannya karena dia memang masih berada di dalam tahanan terkait kasusnya di KPK. Bagaimana menahan orang yang sedang ditahan?

Selain kasus Garuda, ada lagi kasus LNG, kasus-kasus di daerah, mulai dari dana desa, gratifikasi, izin minimarket, dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), koruptor yang hukumannya dikorting, aparat hukum yang justru terlibat korupsi, dan sebagainya. Banyak sekali.

Sebelumnya, kita juga dikagetkan oleh kasus-kasus jumbo yang bernilai triliunan bahkan belasan triliun rupiah. Kasus Garuda yang melibatkan Emirsyah misalnya, nilainya mencapai 8,8 triliun rupiah.

Dulu, triliunan membuat kita terheran-heran dan berseru “wow!”. Sekarang, sepertinya biasa saja. Ini menggambarkan bahwa terjadi banalisasi dalam kasus korupsi. Kasus besar bernilai triliunan menjadi sangat biasa.

Ratusan kepala daerah yang ditangkap karena terjerat kasus korupsi tak membuat jera kepala daerah lainnya. Tiap bulan ada saja yang terungkap.

Ribuan koruptor yang ditangkap tak membuat korupsi jadi berkurang. Ini menunjukkan bahwa korupsi di Indonesia menjadi virus paling menular yang menggerogoti keuangan negara. Belum ada obatnya. Belum ada “dokternya” yang bisa mengobati.

Tiap kampanye, kita selalu mendengar teriakan anti korupsi. Tapi, sepanjang itu pula kita mendengar ada korupsi tempat ibadah, korupsi kitab suci, korupsi bantuan sosial untuk rakyat kecil, yang menurut pandangan normal, sungguh tidak masuk akal. Di luar nalar.

Ketika korupsi semakin menjadi-jadi, para politisi justru menikmati politik remeh-temeh yang hanya melibatkan mereka. Apakah korupsi sudah menjadi prioritas di nomor belakang?

Di sinilah dibutuhkan keteladanan, ketegasan serta konsistensi. Karena menyapu dengan sapu kotor adalah sebuah kesiasiaan. Korupsi tak bisa hilang, tapi bisa dihadapi dan dilawan. Indonesia mestinya sangat bisa melakukan itu. (rm id)

Komentar:
Berita Lainnya
Dahlan Iskan
Ayat Anggur
Jumat, 14 Maret 2025
Dahlan Iskan
Air Mata
Kamis, 13 Maret 2025
Dahlan Iskan
Wanita Danantara
Rabu, 12 Maret 2025
Dahlan Iskan
Daging Mentah
Senin, 10 Maret 2025
Dahlan Iskan
Variasi Unggulan
Kamis, 06 Maret 2025
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit