Orang Tewas Usai Konsumsi Daging Sapi
Duh, Warga Belum Paham Antraks Ni
JAKARTA - Senayan menyoroti kasus penyakit menular pada hewan ternak (antraks) yang menyebabkan kematian warga di Gunung Kidul, Yogyakarta. Tiga warga tewas usai mengkonsumsi daging sapi berpenyakit. Ini bukti, masyarakat belum teredukasi dengan baik.
Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo mengatakan, masyarakat belum memahami sepenuhnya ikhwal penyakit berbahaya ini.
“Masyarakat mungkin sudah sering mendengar ada penyakit yang disebut antraks. Tapi, mereka belum memahami betul bagaimana bahaya dan proses penularannya,” kata Handoyo dalam keterangannya di Jakarta, kemarin.
Kejadian di Gunung Kidul ini, tegas Handoyo, harus dijadikan momentum untuk mensosialisasikan kembali bahaya antraks kepada masyarakat. Masyarakat harus diedukasi secara masif bagaimana cara mencegah munculnya penyakit yang menyerang hewan ternak ini. Termasuk mengetahui bagaimana proses penularannya dan cara pengobatannya jika sudah terjangkit.
“Antraks kan bisa muncul kapan saja. Apalagi, disebut-sebut spora antraks bisa hidup berpuluh-puluh tahun. Tapi tentu saja penyakit yang menyerang hewan ternak ini bisa dihindari. Caranya, pola hidup sehat, mengkonsumsi makanan yang dimasak dengan matang,” jelasnya.
Dia bilang, spora dari antraks ini bisa hidup berpuluh-puluh tahun di tanah. Spora ini bisa menyebar ke hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, atau hewan herbivora lainnya. Masyarakat juga harus diajari agar ternak yang mati tidak serta merta dikubur.
Kalau terbukti positif antraks, sejatinya dibakar atau dikubur sangat dalam di tanah.
“Ingat, spora antraks itu bisa hidup berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun. Spora itu bisa menjangkiti hewan, lalu hewan yang sakit tersebut bisa menjangkiti manusia,” katanya.
Hal yang sangat penting diketahui adalah larangan memakan bangkai hewan yang berpenyakit. Harus ada larangan keras agar warga tidak memakan bangkai hewan berpenyakit.
Kendati begitu, dia meminta masyarakat tidak panik, tapi tetap waspada menyikapi munculnya wabah antraks ini. Penularan penyakit berbahaya ini bisa dihindari asal masyarakat paham ketika mengetahui munculnya wabah ini.
Handoyo juga mendesak Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Ditjen PKH Kementan) untuk mendesain cara mencegah penyakit menular dari hewan ke manusia.
“Berikan informasi ke masyarakat untuk meminimalir kejadian yang tidak diharapkan,” tegasnya.
Terpisah, Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Kementan Nuryani Zaenuddn memastikan, pihaknya tengah melakukan investigasi wabah di Gunung Kidul.
Tim kesehatan hewan diturunkan guna memitigasi dan mengisolasi wilayah terdampak wabah. Tim juga menyebar obat-obatan antibiotik, vitamin, serta cairan disinfektan ke petugas dinas setempat dalam penanganan kasus.
“Termasuk menghentikan lalu lintas keluar masuk lokasi tertular. Sampai saat ini, kasus pada ternak dan manusia terlokalisir di satu padukuhan yaitu Dukuh Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu,” ujar Nuryani.
Penyuntikan antibiotik, lanjutnya, sudah dilakukan pada semua hewan yang rentan tertular. Kemudian, melakukan dekontaminasi dengan disinfektan pada lokasi penyembelihan dan penguburan ternak. Adapun vaksin yang telah disuntikkan di Gunung Kidul mencapai 78 ekor sapi dan 286 ekor kambing.
Vaksin operasional yang telah didistribusikan ke Gunung Kidul mencapai 96.000 dosis. Sementara, stok vaksin yang tersedia mencapai 110.000 dosis. Selain itu, dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5.707.
“Kami berharap kepedulian masyarakat terhadap antraks dapat terus meningkat dengan memperkuat surveilans pada area endemik dan terancam,” jelasnya.
Jika ada kematian mendadak pada hewan, masyarakat bisa melakukan pelaporan ke petugas terdekat untuk dilakukan penelusuran.
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
TangselCity | 4 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu