TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Kisah Jenderal Andika Perkasa Menapaki Karier Tentara

Cita-citanya Jadi Arsitek, Malah Jadi Panglima TNI

Oleh: Farhan
Sabtu, 15 Juli 2023 | 09:00 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa sebetulnya tak pernah bercita-cita menjadi seorang tentara. Namun, perjalanan hidup dan takdir berkata lain. Andika tak cuma kecemplung di korps baju loreng, tapi sukses menduduki jabatan puncak di TNI.

Begitulah kisah hidup dan perjalanan karier Andika yang disampaikan saat berkunjung ke Kantor Rakyat Merdeka, di lantai 8 Gedung Graha Pena, Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (13/7).

“Itulah yang namanya ke­hidupan. Dari dulu memang begitu. Apa yang kita inginkan, nggak selalu kita dapat. Waktu kecil ingin mainan ini, lebih banyak yang nggak pernah dapat sebenarnya,” ungkap Andika dalam Podcast yang dipandu Dirut Rakyat Merdeka Kiki Iswara Darmayana, Di­rektur Pemberitaan Rakyat Merdeka Ratna Susilowati dan Pemimpin Redaksi RM.ID Firsty Hestyarini.

Andika berkisah, awalnya dia ingin menimba ilmu arsi­tek di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia terinspirasi dari sang ayah. Ayahnya tentara, tapi yang bergelut di bidang konstruksi. Sang ayah, lulusan teknik sipil ITB. Andika kecil kagum terhadap ayahnya yang kerap mengenakan atribut dan alat teknik sipil.

Menantu eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono ini, sampai akrab dengan istilah-istilah teknik sipil yang diajarkan sang ayah.

“Jadi saya ingin masuk arsitek ITB. Bapak saya teknik sipil, saya mau ke arsiteknya,” tutur Andika.

Namun, impian itu akhirnya kandas lantaran keluarganya mengalami kesulitan ekonomi. Andika akhirnya mencari cara agar bisa sekolah gratis.

Saat itu, pilihannya ada tiga, yakni Akademi Tentara Nasional Indonesia (Akabri), Akademi Ilmu Pelayaran, atau Akademi Pemerintah Dalam Negeri (APDN).

“Akhirnya saya pilih yang Akabri,” tutur ayah tiga anak ini.

Meski bukan cita-citanya, Andika menjalaninya dengan fokus dan serius. Hal itu berbuah manis. Kariernya moncer.

Lulus dari Akademi Militer (Akmil) pada 1987, dia mengawalinya dengan Grup 2/Para Komando Kopassus. Dia juga sempat bertugas di satuan elite penanggulangan teror, Sat 81 Gultor Kopassus.

Nama Andika mulai dike­nal ketika mendapat promosi sebagai Kepala Dinas Penerangan Penerangan (Kadispen) TNI AD, yang membuatnya mendapat pangkat Brigadir Jen­deral (Brigjen).

Selang 11 bulan sebagai Kadispen, pada Oktober 2014 Presiden Jokowi menugaskan Andika sebagai Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres).

Kariernya kian menjulang ketika dia menjabat Pangkostrad pada 23 Juli 2018. Hanya menjabat tiga bulan, Andika dipercaya menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 22 November 2018. Hingga akhirnya dilantik menjadi Panglima TNI pada 17 November 2021.

Selama kita serius, fokus, menurut saya kita tetap akan punya peluang kok. Apa pun yang kita lakukan,” ucap suami Hetty Andika Perkasa itu.

Dia mengibaratkan cita-cita seperti mencari pasangan, baik suami, maupun istri. Masing-masing punya kriteria ideal. Namun, pada akhirnya, tidak selalu sesuai dengan keinginan.

“Jadi itu sudah diputuskan, dan itu hasil terbaik yang kita dapat. Nah, sekarang yang penting bagaimana kita men­jaga saja. Yang penting komit,” sambung Andika.

Selepas pensiun dari TNI pada Januari 2023, Andika ingin tetap produktif. Dia pun memutuskan terjun ke dunia politik.

Andika pede karena memiliki pengalaman, pendidikan, dan kemampuan yang mum­puni.

Andika dikenal sebagai jenderal yang “doyan” sekolah. Pada 1999, dia melanjutkan pendidikan militernya ke The Military College of Vermont, Norwich University, Amerika Serikat pada 1999.

Setelah menamatkan studinya di Norwich University, putra pasangan Fransyskus Xaverius Soenarto dan Udiarto ini kembali menempuh pendidikan di National War College, National Defense University, Amerika Serikat pada 2003.

Setahun berselang, Andika melanjutkan pendidikan dok­toralnya di The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, The George Washington University.

“Saya melihat peluang ada di eksekutif. Atau mungkin di legislatif karena legislatif itu mengawasi ekse­kutif,” tuturnya.

Apakah bukan karena mengi­kuti jejak mertua? Andika meng­geleng. “Tidak, benar-benar pikiran saya sendiri,” jawab jenderal berpostur tegap dan gagah itu.

Andika juga mengaku tidak pernah mendapatkan nasihat khusus dari Hendropriyono saat hendak terjun ke dunia politik.

“Karena saya yakin variabel­nya beda. Mertua saya waktu di politik dulu variabel yang harus digeluti pasti kan beda dengan yang sekarang,” ucap dia.

Tapi Andika mengakui, dia belajar dari Hendropriyono. Juga, dari sang ayah. Keduanya punya karakter berbeda.

Hendro, disebutnya sebagai sosok yang luwes. Sementara sang ayah, sebaliknya.

“Saya belajar dari dua-duanya. Bukan semata-mata saya belajar karena ingin masuk politik, nggak juga. Saya pelajari ‘oh itu yang bagus dan ini nggak bagus’,” kata Andika.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo