Budiman Berharap Tidak Dipecat Banteng
JAKARTA - PDIP batal mengumumkan sanksi ke Budiman Sudjatmiko, kemarin. Budiman pun seakan mendapat napas tambahan. Dia berharap, batalnya pengumuman itu jadi pertanda dirinya tidak akan dipecat dari PDIP.
Awalnya, pengumuman nasib Budiman, yang mendukung Prabowo Subianto, akan diumumkan kemarin. Sehari sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sudah menyatakan sangat tegas, Budiman cuma diberi dua pilihan: mengundurkan diri atau dipecat. Saat itu, Hasto menegaskan, pengumuman nasib Budiman akan disampaikan Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun.
Kepala Sekretariat DPP PDIP Adi Dharmo mengatakan, pengumuman nasib Budiman urung dilaksanakan lantaran partainya tengah fokus kepada hasil survei Litbang Kompas dan Indikator Politik Indonesia (IPI) terkait elektabilitas Ganjar Pranowo yang menunjukkan kenaikan. "Kita akan fokus bahas itu dulu (hasil survei)," kata Adi, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Adi bilang, hasil survei Litbang Kompas dan IPI yang menunjukkan elektabilitas Ganjar terus naik merupakan momentum penting. Makanya, DPP PDIP langsung menggelar konsolidasi internal.
"Ini penting sebagai momentum politik bagi pergerakan yang semakin masif untuk Ganjar Pranowo bersama parpol pengusung, pendukung, dan relawan," terangnya.
Pada survei Litbang Kompas, dalam simulasi terbuka, simulasi 10 nama, lima nama, dan tiga nama, Ganjar selalu unggul dari Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Pada simulasi terbuka, elektabilitas Ganjar sebesar 24,9 persen, Prabowo 24,6 persen, dan Anies 12,7 persen. Sementara, dalam simulasi 10 nama, Ganjar mendapatkan 29,6 persen, Prabowo 27,1 persen, dan Anies 15,2 persen.
Berikutnya, dalam simulasi lima nama, Ganjar memperoleh 31,8 persen, Prabowo 27,8 persen, dan Anies 15,6 persen. Kemudian, dalam simulasi tiga nama, Ganjar mendapatkan elektabilitas 34,1 persen, Prabowo 31,3 persen, dan Anies 19,2 persen.
Sedangkan dalam survei IPI, dukungan kepada Ganjar berhasil rebound. Elektabilitas Ganjar mencapai 35,2 persen, Prabowo 33,2 persen, dan Anies 23,9 persen.
Tanggapan Budiman
Budiman masih berharap tak dipecat PDIP karena mendukung Prabowo. Budiman beralasan, dirinya adalah PDIP sejati, karena sudah bergabung sejak SD.
"Kalau ada sanksi, sekadar sanksi administrasi. Saya harapnya itu," ucap Budiman, kemarin.
Dia pun lega pengumuman nasibnya urung dilakukan PDIP. Budiman mengaku memang belum mendapat surat pemanggilan resmi dari DPP PDIP. Dia hanya baru menerima teguran secara personal dari Hasto.
"Baru peringatan dari Pak Sekjen secara personal. Belum ada surat pemanggilan," ucap Budiman, kemarin.
Apakah bersedia jika diminta mundur? Budiman menggeleng. “Kalau mundur, saya tidak mendapatkan penjelasan, tidak punya kesempatan untuk menjelaskan apa yang menjadi argumen saya," ucapnya.
Budiman mengaku punya alasan kuat mendukung Prabowo. Salah satunya, kriteria pemimpin seperti yang disampaikan Megawati Soekarnoputri saat menerima gelar guru besar kehormatan dari Universitas Pertahanan, pada 2021. Dia merasa, kualifikasi yang disampaikan Mega ada pada sosok Prabowo.
Soal Ganjar, Budiman menegaskan, bukan calon pemimpin yang buruk. "Pak Ganjar punya gaya kepemimpinan sendiri. Namun, dalam penalaran saya, Pak Ganjar tidak memenuhi kualifikasi dan kriteria," jelas aktivis 98 itu.
Sementara, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menyarankan Budiman menyampaikan permintaan maaf kepada PDIP. Sebab, tidak ada yang meragukan ketegasan PDIP dalam mendisiplinkan kadernya yang dinilai membelot.
"Saya menduga PDIP akan memberikan sanksi tegas seperti pemecatan. Namun, kalau Budiman minta maaf secara serius bahwa yang dilakukannya keliru dan khilaf, mungkin PDIP akan mempertimbangkan sanksi yang lebih ringan," saran Adi.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu