TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

LRT Akan Terkoneksi Dengan Bandara

Stasiun Halim Bakal Jadi Yang Termegah

Oleh: Farhan
Rabu, 23 Agustus 2023 | 10:45 WIB
Wamen BUMN I Kartika Wirjoatmojo saat meninjau proyek stasiun Halim. Foto : Ist
Wamen BUMN I Kartika Wirjoatmojo saat meninjau proyek stasiun Halim. Foto : Ist

JAKARTA - Pemerintah terus berupaya meningkatkan konektivitas antar moda transportasi. Salah satunya, akan mengintegrasikan Light Rail Transit (LRT) dengan moda penerbangan di Bandara Halim, Jakarta Timur.

Kementerian BUMN (Ba­dan Usaha Milik Negara) terus memantau persiapan dan konek­tivitas dari moda transportasi umum LRT Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi). Khususnya konektivitas di sta­siun yang menjadi hub seperti Stasiun Halim yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Wakil Menteri (Wamen) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Kartika Wirjoatmodjo mengata­kan, stasiun Halim akan menjadi stasiun termegah yang pernah ada di Indonesia.

“Orang turun dari LRT pun bisa langsung naik kereta cepat dari sini,” ujar Tiko, sapaan akrab Kar­tika, saat melakukan uji coba LRT Jabodebek, Senin (21/8) sore.

Uji coba LRT Jabodebek yang ditumpangi Tiko, dimulai dari Stasiun LRT Dukuh Atas menuju Stasiun Halim dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.

Saat sampai Stasiun Halim, Tiko berjalan sekitar 1 kilometer (km) melalui skybridge yang menghubungkan Stasiun LRT dan Stasiun KCJB.

Ia mengaku, saat ini pihaknya tengah berdiskusi dengan AURI (Angkatan Udara Repub­lik Indonesia) atau TNI AU un­tuk membuka akses ke Bandara Halim Perdana Kusuma.

“Kalau aksesnya dibuka, nanti dari stasiun LRT Halim ke Ban­dara Halim cukup lima menit,” ungkapnya.

Ia menilai, konektivitas dan integrasi ini menjadi hal yang penting karena akan memudah­kan masyarakat ketika ingin berpindah moda transportasi.

Artinya, baik LRT maupun Kereta Cepat akan terkoneksi tidak hanya dengan KA Feeder, TransJakarta, angkutan Patriot (angkutan umum di Bekasi), KRL (Kereta Rel Listrik), Commuter Line (Bandung Raya), Bus Rapid Transit, Shuttle dan Taksi. Tetapi juga dengan KA Bandara yang ada dekat Dukuh Atas serta Bandara Halim.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo mengaku, pihaknya tengah mengembang­kan akses-akses di 18 stasiun kereta LRT Jabodetabek guna memudahkan masyarakat dari dan menuju Stasiun LRT.

“Masing-masing stasiun nanti ada feeder-nya, terkoneksi dengan MRT. Di Stasiun Bekasi juga akan ada angkutan Patriot. Di Depok ada feeder. Akses dari perumahan juga kami bangun,” jelas Didiek.

Ia menuturkan, bila sesuai ren­cana, LRT akan beroperasi pada 28 Agustus mendatang. Nanti­nya, setiap satu trainset LRT Jabodebek terdiri dari enam gerbong, dengan total kapasitas mencapai 1.300 orang.

“Untuk tahap awal, kami harapkan bisa melayani 147 ribu penumpang per hari,” akunya.

Ia menargetkan, headway (ja­rak keberangkatan) 3 menit antar stasiun dari Halim ke Dukuh Atas. Artinya, kurang dari 30 menit untuk melintasi 9 stasiun. Lalu, headway selama 6 menit dari stasiun antara Halim ke Jati Mulya (Bekasi).

Dari pantauan Redaksi, perjalanan dari Stasiun Du­kuh Atas ke Stasiun Halim cukup mulus dan cepat. Di jalur yang berbelok, kereta memang melaju agak melambat.

Bila dibandingkan naik KRL, jumlah kursi yang tersedia di LRT Jabodebek lebih sedikit. Ada satu bangku berisi 4 orang, lalu satu bangku lainnya untuk dua orang. Serta satu kursi lipat. Sisanya, calon penumpang harus berdiri.

Namun hal ini lebih baik ketimbang membawa kendaraan pribadi di saat jam pulang kan­tor. Karena, lewat jalan umum, pasti mengalami macet cukup panjang di jalanan Ibu Kota.

“Saat ini berbagai penyempur­naan sistem masih terus dilaku­kan. Karena ini akan terintegrasi semua mulai dari stasiun, train­set, sampai ke depo,” katanya.

Apalagi LRT Jabodebek meng­gunakan teknologi yang lebih tinggi dari MRT Jakarta ataupun LRT Sumsel (Sumater Selatan), yaitu generasi ke-3 atau Grade of Automation (GoA) Level 3.

Dengan teknologi itu, kata Didiek, memungkinkan kereta dioperasikan tanpa masinis dan mengatur jarak antar kereta menjadi lebih dekat dengan tetap konstan menjaga jarak aman.

Menanggapi ini, Ketua Bi­dang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno mengapresiasi setiap progress yang terus ber­jalan jelang pengoperasian LRT Jabodebek.

“LRT sudah oke. Bisa segera beroperasi,” ujar Djoko kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup), kemarin.

Djoko mengingatkan, pentingnya konektivitas yang menghubungkan berbagai jenis trans­portasi umum. Serta ketersediaan akses yang memudahkan masyarakat ketika berpindah dari atau menuju ke stasiun-stasiun LRT Jabodebek.

Tujuannya, kata dia, agar Pe­merintah Daerah (Pemda) juga menunjukkan keberpihakannya dalam mengalihkan masyarakat dari kendaraan pribadi ke trans­portasi umum.

“Ini kan tugas semua pihak. Termasuk Pemda untuk menye­diakan aksesnya,” kata Djoko.

Ia menyoroti, pentingnya memperhatikan lalu lintas di sekitar stasiun LRT Jabodebek. Sebab, bila transportasi ini ber­hasil menarik minat masyarakat, maka diperlukan kantong-kantong parkir bagi kendaraan pribadi yang ingin beralih ke LRT Jabodebek.

“Area parkirnya mampu me­nampung berapa kendaraan? Lalu angkutan umum (angkot) juga apakah akan berhenti di depan atau sekitar stasiun, ini harus disiapkan,” ucapnya.

Dia berharap, aktivitas penumpang dekat stasiun tidak meng­ganggu lalu lintas kendaraan lain di jalan raya.

“Perlu juga dibangun JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) untuk memudahkan orang berlalu lalang,” tutupnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo