Pertengkaran NU Dan PKB Tak Kunjung Berakhir
JAKARTA - Pertengkaran antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) belum ada tanda-tanda berakhir. Hubungan keduanya malah makin panas.
Sentilan terbaru ke PKB datang dari Wakil Sekjen PBNU, Sulaiman Tanjung. Dia mengatakan, siapapun Capres yang berpasangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Pilpres pasti akan kalah.
Kok bisa? Menurut dia, berdasarkan hasil survei Kompas menyebutkan, suara warga NU terbagi merata di semua partai politik. Bahkan, warga NU terbanyak ternyata mencoblos PDIP, kemudian Gerindra di urutan kedua dan ketiga Partai Golkar. Baru PKB di urutan keempat.
“Jadi, NU itu tidak hanya milik PKB. Buktinya, yang paling banyak dipilih warga NU adalah PDI Perjuangan, bukan PKB. Jadi, PBNU akan tetap menjaga jarak dengan semua partai politik, tidak ada perlakuan istimewa,” kata dia.
Dia menambahkan, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf tidak pernah mempermasalahkan PKB. Menurut dia, Gus Yahya-sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf-cuma ingin menjaga jarak.
“Tidak hanya dengan PKB, tapi seluruh kekuatan partai politik,” tukasnya.
Apa tanggapan PKB? Ketua DPP PKB Daniel Johan mengatakan, hubungan NU dengan partainya sangat baik. Menurut dia, PKB tidak bisa dipisahkan dari NU.
“PKB ada kan dilahirkan NU, jadi secara kultural, historis, dan batin PKB akan selalu dekat bersama NU,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI ini, ketika dikonfirmasi, semalam.
Sementara elite PKB lainnya, Otong Abdurrahman menilai, hasil survei yang menunjukkan partainya bukan pilihan favorit warga NU masih terkendala margin of error. Sehingga tidak perlu dijadikan patokan.
“Kita kader partai yang dilahirkan NU tidak boleh pesimis, minder dan terbawa hasil survei yang menyesatkan,” ujar Otong, kepada Rakyat Merdeka, semalam.
Dia menekankan, saat ini yang paling penting adalah menjaga hubungan baik dengan seluruh warga Nahdliyin dan konstituen PKB yang masih tetap setia mendukung Cak Imin. Apapun pilihan politiknya ke depan.
“Hubungan PKB dan NU itu ideologis, historis dan kemaslahatan umat. Itu sudah terbukti,” pungkasnya.
Lalu, apa kata pengamat? Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai, sejak PBNU dipimpin Gus Yahya tahun lalu, hubungan pengurus NU dan PKB kurang harmonis.
Gus Yahya melihat selama ini NU teralu jauh diseret PKB ke dalam politik praktis, karena itu dia meminta NU untuk jaga jarak dengan PKB,” katanya.
Retaknya hubungan PBNU dan PKB akan berdampak pada perolehan suara partai tersebut. Apalagi, pemilih PKB mayoritas warga NU. “Buruknya komunikasi menjadi masalah utama bagi relasi NU dan PKB saat ini,” katanya.
Senada dikatakan Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar, Zuhad Aji Firmantoro. Dia menilai, retaknya hubungan PBNU dan PKB terjadi saat pemilihan Ketua Umum PBNU. Saat itu, Cak Imin lebih mendukung Said Aqil ketimbang Gus Yahya.
Selain itu, Gus Yahya tidak rela jika NU hanya diklaim milik PKB. Sebab, banyak warga Nahdliyin lain yang merapat ke partai selain PKB.
“Jika Gus Yahya mengiyakan klaim Cak Imin bahwa NU milik PKB, maka dia memperkecil NU. Dengan menjaga jarak, keputusan Gus Yahya lebih berwibawa di depan anggotanya,” katanya.
Untuk diketahui, hubungan PBNU dan PKB memanas sejak Gus Yahya terpilih jadi Ketua Umum PBNU. Awal-awal menjabat, dia meminta, PKB tidak membawa-bawa NU. Selain itu, dia juga membawa NU menjaga jarak dari PKB.
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu