TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Darurat, Negara Harus Cari Beras

Laporan: AY
Kamis, 21 September 2023 | 08:05 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA  - Kenaikan harga beras di pasaran kian meresahkan rakyat. Ketersediaan bahan pokok utama ini dinilai sudah mengkhawatirkan dan ada potensi menuju kondisi darurat beras nasional. Agar hal tersebut tidak terjadi, negara harus segera cari beras agar harganya tak terus melonjak.

Kenaikan harga beras mulai merayap sejak Juli lalu. Saat itu, harga beras jenis medium masih dibanderol di kisaran Rp 11.500 ribu per kilogram. Kini, harganya naik di kisaran Rp 14 ribu per kilogram. 

Berdasarkan data dari Info Pangan DKI Jakarta, harga beras medium di beberapa pasar tradisional, ada yang sudah meroket hingga Rp 16 ribu per kilogram. Dengan kenaikan harga tersebut, rakyat kecil kini sudah tak bisa lagi membeli beras medium di bawah Rp 9 ribu per liter.  

Berbagai cara sudah dilakukan pemerintah untuk meredam kenaikan harga beras. Mulai menggelar operasi pasar, dan membagikan beras untuk keluarga pra sejahtera. Presiden Jokowi juga  sudah berkali-kali turun ke pasar langsung memantau operasi pasar. Namun, persoalan harga beras ini tak kunjung selesai. 

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menilai, penyebab utama persoalan beras ini adalah persediaan beras yang semakin menurun. Rendahnya stok beras ini bahkan berpotensi menuju kondisi darurat beras nasional. Akibatnya, harga beras di pasaran bergerak liar tak terkendali.

Ketua Umum IKAPPI, Abdullah Mansuri mengatakan, pihaknya sudah mengingatkan persoalan beras ini sejak dua bulan lalu. 

Ia mengaku, sudah memberikan wanti-wanti dan masukan kepada berbagai pihak seperti, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), kementerian teknis terkait, bahkan sampai ke presiden. Namun, masukan tersebut tak direspons dengan cukup baik dan diantisipasi.  Dampaknya harga beras kini naik begitu tinggi. 

“Ini kenaikan harga beras terburuk sepanjang sejarah karena mencapai rekor tertinggi,” kata Mansuri, saat dikontak Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup), Rabu (20/9/2023).

Kata dia, SPHP juga akan efektif apabila dibarengi dengan bansos beras. Hal ini terlihat dari penyaluran bansos beras Maret-Mei, harga beras relatif stabil. Ada kenaikan tapi tipis. Inflasi pun terkendali, terutama inflasi beras. 

Sebaliknya, saat bansos beras dihentikan, Juli-Agustus, harga beras kembali melambung dan beras jadi biang inflasi. Ini bisa dimaklumi karena volume bansos beras cukup besar, 210-an ribu ton/bulan atau setara 8 persen kebutuhan konsumsi bulanan. 

Jadi, kata dia, kenaikan harga beras ini adalah indikator kalau pasokan terbatas. Harga tidak bohong. “Kalau pasokan melimpah, harga pasti turun,” ujarnya.

Menurut Khudori, kalau pasokan melimpah, pedagang, penggilingan, produsen tidak akan menahan stok. Sebaliknya, kalau pasokan terbatas, ada peluang atau kemungkinan mereka menahan stok. Karena ada potensi keuntungan dari kenaikan harga. 

Jadi kapan harga beras akan turun? Menurut dia, harga beras turun agak sulit. Operasi pasar dan bansos beras kemungkinan hanya akan menahan kenaikan harga beras. Hal itu berdasarkan dari pengalaman sebelumnya. 

“Harga bisa turun kalau kebutuhan pasar, berapapun jumlahnya, dipenuhi. Masalahnya, dengan stok seperti sekarang penjenuhan itu bakal menguras cadangan yang ada,” paparnya.

Ia lalu menyampaikan hitung-hitungannya. Saat ini, kata dia, stok di Bulog 1,5 juta ton bukan 1,6 juta ton. Kemudian akan datang 0,4 juta beras impor. Berarti total stok beras ada 1,9 juta ton. Stok ini dikurangi bansos beras 3 bulan sebesar 640-an ribu ton. Perkiraan, September hingga November volume SPHP total 150 ribu ton. Karena Desember tak ada bansos beras, SPHP bisa 100 ribu hingga 150 ribu ton. Artinya stok akhir akan di bawah sejuta ton beras. 

Ia ragu, stok tersebut akan cukup menghadapi awal 2024. Pasalnya, panen baru ada sekitar April akhir. Sementara awal tahun ini akan ada pemilu di Februari, sambung Ramadan di Maret, dan Idul Fitri di April. Ini semua akan terjadi peningkatan konsumsi beras. “Stok yang ada cukup rawan. Kalau pasar bergejolak, pemerintah bisa kesulitan melakukan pengendalian karena stok terbatas,” tuntasnya

Sementara itu, Pemerintah terus melakukan operasi pasar dan bansos untuk keluarga pra sejahtera. Kemarin misalnya, Mensesneg Pratikno yang didampingi Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyerahkan bantuan kepada pangan kepada 500 keluarga di Gudang Bulog, Sukoharjo, Jawa Tengah. 

Dalam kesempatan itu, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengimbau, masyarakat tidak panic buying dan berbelanja beras secukupnya saja. Ia memastikan stok beras di Perum Bulog aman meski pemerintah mendistribusikan beras ke pasar. "Kita juga sedang kampanye Setop Boros Pangan! Jangan sampai mubazir," kata Arief.

Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan juga meminta, masyarakat tidak khawatir dengan ketersediaan beras. Kata dia, Pemerintah sudah melakukan berbagai cara agar ketersediaan beras di pasaran tetap terjaga. “Kami diperintahkan oleh Presiden untuk menjaga beras ini agar tetap ada untuk masyarakat," kata Zulkifli Hasan saat meninjau Pasar Tradisional Natar di Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Rabu (20/9/2023).

Ia pun meminta, masyarakat untuk tidak perlu khawatir akan terjadi kekurangan ketersediaan beras untuk konsumsi masyarakat di musim kemarau saat ini.  kata dia, stok beras di Bulog saat ini masih ada 1,6 juta ton, lalu yang masih dalam perjalanan 400 ribu ton. 

“Nanti akan datang lagi dapat dari India, China, dan beberapa yang lain saat ini sedang tahap negosiasi sekitar 1 juta ton, ditambah ada panen juga. Tidak usah khawatir beras tidak kurang semua stok cukup banyak," pungkasnya. 

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo