Cuma Untungkan Produsen Luar Negeri
Jokowi Kesal Uang Negara Buat Belanja Produk Impor

JAKARTA - Presiden Jokowi kembali mengungkapkan kekecewaannya lantaran perilaku Aparatur Sipil Negara (ASN) lebih memilih belanja barang impor daripada produk dalam negeri. Padahal, proyek belanja tersebut dibiayai uang negara.
Perilaku tersebut dianggap tidak peka, karena bakal menguntungkan produsen luar negeri. Karena itu, Jokowi menekankan program belanja produk dalam negeri kepada kementerian, lembaga dan Pemerintah Daerah (Pemda).
Eks Wali Kota Solo itu mengaku, sangat sulit mengumpulkan penerimaan negara. Mulai dari pajak, retribusi, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), loyalti, dividen BUMN (Badan Usaha Milik Negara), hingga urusan bea cukai.
“Sangat sulit mengumpulkan itu semua jadi APBN, jadi APBD. Kemudian belanjanya malah barang impor, bodoh sekali kita. Sampaikan ke semua dinas, kita kumpulkan pendapatan sulit sekali,” tegas Jokowi, saat Rakornas Korpri 2023 yang disiarkan virtual, kemarin.
Jokowi menilai, pembelian barang dan jasa Pemerintah secara impor tidak memiliki daya ungkit ekonomi. Semakin banyak impor, justru negara lain yang untung.
“Selalu saya ingatkan, impor ini tidak memiliki trigger ekonomi terhadap produk UMKM dan perusahaan dalam negeri,” jelasnya.
Mantan Gubernur DKIJakarta itu mengaku, sudah sangat sering mengingatkan instansi Pemerintah untuk belanja produk dalam negeri. Namun, sampai saat ini realisasi belanja produk dalam negeri oleh instansi Pemerintah masih minim.
Menurutnya, tahun 2023 hanya menyisakan 3 bulan, namun paling besar belanja produk lokal oleh instansi Pemerintah dari APBN baru 69 persen, dari APBD 56 persen dan BUMN 46 persen.
Nggak tahu ini yang dibeli apa kecil banget. Bagaimana mau menggerakkan UMKM, gerakan ekonomi kita kalau belanja aja masih tidak orientasi ke produk dalam negeri,” sesalnya.
Masih soal anggaran, Kepala Negara juga mengingatkan, Pemda tidak mengecer-ecer anggaran negara di dalam alokasi APBD.
Dia menjelaskan, dalam penyusunan anggaran, Pemda tidak serta merta menambah anggaran ke berbagai dinas-dinas yang tidak memiliki program prioritas.
Penyusunan program kerja juga harus diperhatikan. Jangan terlalu banyak program dibuat, tapi tidak bisa selesai dan hanya memakan anggaran.
Jokowi mencontohkan, seringkali bila ada kenaikan APBD di Pemda, semua dinas dan satuan kerja mendapatkan tambahan anggaran. Padahal, belum tentu dinas-dinas itu punya program prioritas.
“Jangan semua diratakan. Kalau ada kenaikan APBD lima persen, semua dinas tambahnya lima persen. Yang terjadi seperti itu. Saya alami karena pernah jadi wali kota dua kali, pernah jadi gubernur, pernah jadi presiden dua kali,” ungkap Jokowi.
Menurutnya, semua anggaran harus diberikan kepada satuan kerja yang memiliki program prioritas.
Misalnya, bila di suatu daerah membutuhkan infrastruktur waduk atau embung, maka dinas yang bersangkutan membangun itu dan harus mendapatkan anggaran yang besar agar programnya selesai.
“Tidak semua diratakan, semua dinas tambahkan anggarannya sama. Ada prioritas dong, mana yang mesti didahulukan,” tegas Jokowi lagi.
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 21 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Opini | 1 hari yang lalu
Galeri | 15 jam yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu