Kesaksian Korban Tragedi Ciater, Subang-Jawa Barat
“Saat Bus Terguling, Kami Teriak Allahu Akbar”
JAWA BARAT - Kecelakaan maut terjadi di jalur wisata Ciater, Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024) malam. Bus Putera Fajar yang membawa rombongan anak SMK yang sedang perpisahan, terguling akibat rem blong. 11 orang meninggal dunia. Korban yang selamat bercerita mengerikannya kecelakaan tersebut. “Saat bus terguling, kami teriak Allahu Akbar.”
Peristiwa nahas itu, menimpa siswa kelas 3 SMK Lingga Kencana Depok yang sedang melakukan acara perpisahan di Bandung, 10-11 Mei 2024. Rombongan berangkat menggunakan 3 armada bus Putera Fajar. Waktu berangkat, ketiga bus berhasil selamat sampai tujuan. Namun, ketika hendak pulang, bus nomor 1 diketahui sempat mengalami kendala di bagian pengereman. Kejadiannya saat rombongan berhenti untuk makan sore. Sang sopir bernama Sadira dan kernetnya, langsung berusaha memperbaikinya. Dirasa sudah beres, bus akhirnya melanjutkan perjalanan pulang menuju Depok.
Sayangnya, ketika bus yang mengangkut 61 penumpang melintasi jalanan menurun di Jalan Raya Kampung Palasari, Desa Palasari, Subang, rem yang diperbaiki kembali rusak dan blong. Bus oleng ke kanan dan meluncur bebas. Sebelum terguling, bus sempat menabrak mobil dan motor dari arah berlawanan.
Fahmi Fahrurozi, salah satu siswa yang selamat menceritakan detik-detik kecelakaan. Ketika bus yang ditumpanginya melewati jalan menurun, dirinya merasa sang supir tidak melakukan pengereman. Mobil pun bergerak oleng.
“Ada turunan, di situ tuh udah kayak nggak ada rem. Nggak ada rem, nggak ada rem, blong,” ujar Fahmi.
Kondisi ini langsung membuatnya teriak histeris. Hal serupa juga dilakukan teman-temannya. Mereka pun sama-sama mengucap takbir. “Semua anak-anak teriak, ya istighfar, Allahu Akbar, nggak lama, jatuh terguling ke kanan,” ujarnya.
Sementara itu saksi mata bernama Sandi yang ada di lokasi kejadian, mengaku melihat bus seperti dalam kondisi mesin mati. Sebab, saat bus melaju kencang tak ada suara klakson untuk jadi tanda bahwa rem dalam keadaan blong.
Sandi juga menuturkan, bus sempat oleng sebelum menabrak sejumlah kendaraan yang melintas dari arah berlawanan. Ia pun mendengar para penumpangnya teriak takbir.
Tak lama kemudian, bus menyenggol mobil Feroza yang datang dari arah berlawanan. Hingga akhirnya terguling ke kiri menimpa 3 sepeda motor yang sedang terparkir. “Pas saya lihat banyak banget yang tertimpa bus,” ujar Sandi.
Dalam kecelakaan ini, ada lima kendaraan yang terlibat. Yaitu bus Trans Putera Fajar bernomor polisi AD-7524-OG, mobil Daihatsu Feroza D-1455-VCD, serta 3 motor.
Berdasarkan data terkini, ada 11 orang yang menjadi korban jiwa. Sembilan korban di antaranya merupakan siswa SMK, satu guru, dan satu warga sekitar. Korban tewas karena terlempar keluar jendela dan tertimpa badan bus. Selain itu, ada juga 13 orang yang mengalami luka berat dan 40 orang lainnya luka ringan.
Para korban langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, sementara korban jiwa diangkut mobil ambulance yang dikirim Pemerintah Kota Depok, menuju kediaman mereka untuk disemayamkan.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Hendro Sugiatno menyebut, bus Putera Fajar yang mengalami kecelakaan tidak tercatat memiliki izin angkutan dari Kemenhub. Selain itu, status lulus uji berkalanya sudah kadaluarsa sejak 6 Desember 2023.
Hendro lantas menerjunkan tim khusus untuk bersinergi dengan aparat kepolisian dalam melakukan investigasi penyebab kecelakaan tersebut dari sisi teknis. “Masalah hukumnya itu kan dari aparat kepolisian,” ujarnya.
Pihaknya juga meminta kepada Perusahaan Otobus (PO) agar rutin melakukan uji kelaikan. Menurut Hendro, pengujian kendaraan bermotor (PKB) atau KIR kendaraan secara berkala sangat penting demi mencegah potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan yang terjadi di Ciater ini mendapat sorotan warganet hingga menjadi trending topic di X. Beragam komentar disampaikan warganet menyikali Tragedi Ciater itu.
“Rest In Peace. Husnul khatimah untuk para korban meninggal dunia SMK Lingga Kencana Depok,” tulis @NyaiiBubu. “Nggak kebayang perasaan orang tua yang anaknya meninggal,” kata @anggapya. “Sedih banget. Turut berduka cita,” timpal @northsukmay. “Turut berduka cita, semoga korban diterima di sisi-Nya dan keluarga diberi ketabahan,” kata @txtdarilaptop_.
“Kalau sudah kejadian gini siapa yang harus tanggung jawab?” tanya akun @Rasa_ayem.”Bukan kesalahan sekolah 100 persen. Kemungkinan juga dari perusahaan Bus Pariwisata ada kecerobohan,” timpal @nunungmar1404. “Bisa nggak yah kementerian terkait menerapkan aturan yang mengikat dengan tidak diizinkan acara seperti ini lagi kedepannya di semua sekolah,” ujar @abi_sasaLL.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu