Menghindari Suhu Panas di Makkah & Madinah, Jamaah Lebih Banyak Di Hotel
MADINAH - Cuaca di Arab Saudi sedang sangat terik. Di puncak musim haji nanti, diperkirakan suhu udara di Saudi bisa mencapai 50 derajat celcius. Untuk itu, jemaah haji Indonesia diimbau senantiasa menjaga kesehatan.
Berdasarkan data di website AccuWeather, suhu di Makkah pada Rabu siang (29/5/2024) mencapai 44 derajat celcius. Sedangkan susu di Madinah 43 derajat celcius.
Panasnya suhu ini sudah sangat terasa saat keluar ruangan di siang hari. Meskipun memakai alat pelindung seperti topi atau payung, panasnya tetap terasa menyengat. Wajah seperti disengat. Apalagi saat berjalan di aspal, suhu panas juga memantul dari bawah.
Selain panas, di Makkah dan Madinah juga beberapa kali terjadi badai pasir. Angin kencang seperti puting beliung dengan membawa material debu yang pekat bisa sangat membahayakan.
Menyikapi suhu panas ini, Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Khalilurrahman menyarankan para jemaah mengurangi aktivitas di luar ruangan. Apalagi sampai berziarah ke tempat yang jauh dan di luar kota.
"Cuaca panas (di Makkah) bisa mencapai 45 derajat bahkan 50 derajat di puncak haji. Maka, kami mengimbau jemaah melaksanakan ibadah fardu cukup di masjid di hotel tempat pemondokan," kata Khalil.
Dia mengingatkan, puncak haji masih lama. Untuk itu, jemaah harus menjaga kesehatan dengan tidak memforsir diri dalam ibadah di tengah suhu yang begitu terik. Apalagi untuk ibadah yang sunnah.
Khalil menerangkan, puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) nanti membutuhkan persiapan fisik yang optimal. Jemaah harus mengutamakan kesehatan dan keselamatan jiwa dalam menghadapi Armuzna ini, agar bisa melaksanakan haji dengan baik.
"Jemaah jangan memaksakan diri shalat di Masjidil Haram (setiap saat). Keselamatan jemaah harus diutamakan, jangan hanya mengikuti keinginan dan perasaan," pesannya.
Suhu panas di Saudi ini telah membuat beberapa jemaah "tumbang". Per Selasa (28/5/2024), Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah merawat 57 jemaah haji. Mayoritas adalah penderita pnemonia.
Kepala KKHI Makkah dr Enny Nuryanti mengatakan, penyebab pnemonia salah satunya karena udara panas. Karena itu, dia menyarankan jemaah selalu mengenakan masker ke mana pun pergi. Bahkan saat beribadah di Masjidil Haram. “Seperti Covid dulu, dimasker terus. Mungkin kalau tawaf dilepas, tapi setelah itu dipakai lagi,” saran dr Enny.
Selain disiplin mengenakan masker, jemaah haji juga harus makan makanan bergizi dan minum air yang cukup, kalau bisa ditambah oralit.
Khusus untuk jemaah lansia, Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau untuk memanfaatkan rukhsah atau keringanan dalam melaksanakan ibadah. Pada musim haji 1445 H/2024 M, tercatat 44.795 jemaah dengan usia 65 tahun ke atas. Bila dirasiokan berdasarkan total kuota jemaah haji reguler, yaitu 213.320 orang, jumlah lansia hampir 21 persen.
Anggota Media Center Kemenag Widi Dwinanda mengatakan, tahun 2024 ini Kemenag kembali mengusung semangat memberikan layanan terbaik bagi jemaah, khususnya mereka yang lansia, dengan tagline Haji Ramah Lansia. Dia menyampaikan, dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah Bagi Lansia yang diterbitkan Kemenag disebutkan sejumlah keringanan (rukhsah) bagi jemaah lansia dalam menjalani rangkaian ibadah hajinya.
“Pertama, salat di hotel atau masjid terdekat hotel. Salat bagi jemaah lansia, risiko tinggi dan disabilitas bisa dilakukan di mana saja di Tanah Haram, baik di hotel atau di masjid terdekat. Mereka tetap mendapatkan keutamaan pahala salat sebagaimana di Masjidil Haram,” terang Widi.
Kedua, proses melontar jumrah dapat diwakilkan. “Bagi jemaah lansia yang tidak mampu melaksanakan lontar jumrah dapat mewakilkan pada orang lain, dengan syarat wakil tersebut harus melempar atas nama dirinya terlebih dulu untuk masing masing dari ketiga jumrah,” terang dia.
Ketiga, tawaf boleh dengan naik kursi roda, digendong, atau menggunakan skuter,” ucapnya. Keempat, sa'i juga boleh dengan naik kursi roda atau skuter, sesuai situasi dan kondisinya saat itu.
Menurutnya, jemaah lansia juga perlu mempertimbangkan tips Imam Al Nawawi yang menyatakan bahwa yang lebih utama adalah mencari waktu yang sepi untuk bersa’i. “Jika suasana sangat ramai dan berdesak-desakan, lebih baik menjaga diri agar tidak sampai terdesak atau tersakiti oleh orang lain,” ungkapnya.
“Semoga dengan sejumlah kemudahan (rukhsah) tersebut, para jemaah lansia dapat menjalani rangkaian ibadah hajinya dengan khusyuk, aman dan lancar,” pungkasnya.
TangselCity | 9 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 13 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu