Antisipasi Kekeringan, Pemerintah Genjot Pompanisasi
JAKARTA - Pemerintah menggenjot program pompaniasi di berbagai daerah, mengantisipasi gelombang panas di musim kemarau. Langkah tersebut diharapkan dapat menjaga produktivitas sektor pertanian, khususnya beras, sepanjang musim kemarau tahun ini.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan, program pemberian dan pemasangan pompa alias pompanisasi harus didorong secara masif, untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan panjang. Dia menegaskan, antisipasi itu tak boleh terlambat, karena berpotensi merusak cadangan dan stabilitas harga pangan, serta gejolak sosial.
“Saya selalu sampaikan, sekarang kita perlu pompanisasi untuk memenuhi air dari sungai ke sawah. Mengapa? Mustahil kita lolos dari krisis pangan kalau solusi cepat ini tidak kita lakukan,” ujar Amran dalam keterangannya di laman Kementan, dikutip Minggu (30/6/2024).
Dia menjelaskan, pemerintah menargetkan menjadikan Indonesia, sebagai salah satu lumbung pangan dunia. Karenanya, fokus kerja yang dilakukan saat ini, pompanisasi, mencetak sawah, dan mentransformasi pertanian tradisional ke modern.
Amran meyakini, program-program yang dibuat Pemerintah, akan membawa sektor pertanian dari ancaman paceklik lantaran masa kemarau dan kekeringan. Bahkan, kata dia, program-program tersebut akan menjadikan Indonesia, sebagai salah satu lumbung pangan dunia.
“Sejak awal masuk kabinet, tekad saya sudah bulat. Indonesi harus swasembada, memiliki kedaulatan pangan, dan berwibawa di kancah internasional,” cetusnya.
Lebih lanjut, Amran mengatakan, keseriusan pemerintah di sektor pertanian, khususnya di masa transisi pemerintahan, akan terus menjadi perhatian Presiden Joko Widodo dan dilanjutkan oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Bahkan, sambung dia, Pemerintah selanjutnya memiliki janji kampanye berupa penambahan alokasi pupuk hingga 100 persen, dan keterlibatan TNI dalam memasang pompanisasi. Pemerintah juga tengah membangun pertanian modern, untuk menarik anak muda ikut bertani.
“Ke depan, kami akan terus mengembangkan penggunaan teknologi, seperti drone, remote control, combine harvester, dan deretan mesin canggih lainnya. Kami bangun pertanian modern, untuk menekan biaya produksi hingga 50 persen, dan menwarik anak-anak muda untuk masuk ke sektor pertanian,” tandasnya.
Terpisah, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Ono Surono mengingatkan, program pompanisasi yang di geber pemerintah, harus memperhatikan kemampuan sumber airnya. Sebab, banyak sungai yang tidak terawat, seperti dipenuhi eceng gondok, hingga menyebabkan pendangkalan dan penurunan debit air.
Banyak juga loh saluran yang tidak ada airnya. Ada yang tersumbat, berbagai macam masalah lain. Silahkan dicek,” ujarnya.
Ono mengakui, sungai bukanlah kewenangan Kementerian Pertanian (Kementan), tapi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sebab itu, dia mendorong, Kementan berkoordinasi dengan kementerian lain dalam menjalankan program pompanisasi.
Selain itu, tambah dia, Kementan juga harus membangun komunikasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda), sebelum menjalankan program tersebut. Jangan sampai, pompa yang diberikan terbuang percuma, karena kekurangan embung air.
“Kesiapan daerah harus dipastikan. Sebab, di beberapa lokasi, membutuhkan embung untuk menyiapkan pasokan air. Ada daerah yang saat kemarau kekeringan, saat musim hujan kebanjiran. Coba cek lagi, jangan sampai kejadian El Nino 2023 terulang, dan kita terkaget-kaget,” tutur Ono.
Program pompanisasi yang tengah dijalankan pemerintah, juga menuai beragam tanggapan netizen di media sosial X. Akun @kangforward mengaku, mengapresiasi program pompanisasi yang digenjot pemerintah.
Dia meyakini, program tersebut bisa menjadi solusi pengairan atas masalah yang dihadapi petani. “Masuk musim kemarau, Pak @jokowi udah mikirin solusi penanganan teranyar. Program pompanisasi di seluruh Indonesia,” cuitnya.
Sementara akun @T4kt4upun meminta, program pompaniasi yang dijalankan Pemerintah, diimbangi dengan pengurangan impor beras. Menurut dia, langkah itu penting dilakukan, agar harga gabah di tingkat petani tidak anjlok saat musim panen.
“Bagus juga turun ke sawah, menyerahkan pompa (pompanisasi) kepada para petani. Tapi, jangan impor beras, ya pak. Kasihan para petani selalu rugi saat produksi beras melimpah saat musim panen,” harapnya.
Akun @Tukanglas_plg memiliki pendapat berbeda. Dia mempertanyakan, kenapa program pompaniasi digeber saat Indonesia sudah masuk awal musim kemarau.
“Kekeringan. Pompanisasi? Debit air kan sedikit. Bagaimana sih logikanya. Apanya yang mau dipompa? Angin? Lebih masuk akal jika dibuatkan sumur bor agar debit air mencukupi, dan buat listrik pakai panel surya. Kemudian, air dialirkan melalui saluran irigasi,” tandasnya
TangselCity | 14 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 18 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 6 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu