TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Antisipasi Kekeringan, Pemerintah Genjot Pompanisasi

Laporan: AY
Senin, 01 Juli 2024 | 12:33 WIB
Ilustrasi. Foto : Ist
Ilustrasi. Foto : Ist

JAKARTA - Pemerintah menggenjot program pompaniasi di berbagai daerah, mengantisipasi gelombang panas di musim kemarau. Langkah tersebut diharapkan dapat menjaga produktivitas sektor pertanian, khususnya beras, sepanjang musim kemarau tahun ini.

Menteri Pertanian (Men­tan), Andi Amran Sulaiman me­ngatakan, program pemberian dan pemasangan pompa alias pom­panisasi harus didorong secara masif, untuk mengantisipasi ter­jadinya kekeringan panjang. Dia menegaskan, antisipasi itu tak boleh terlambat, karena berpotensi merusak cadangan dan stabilitas harga pangan, serta gejolak sosial.

“Saya selalu sampaikan, seka­rang kita perlu pompanisasi untuk memenuhi air dari sungai ke sawah. Mengapa? Mustahil kita lolos dari krisis pangan kalau solusi cepat ini tidak kita lakukan,” ujar Amran dalam keterangannya di laman Kemen­tan, dikutip Minggu (30/6/2024).

Dia menjelaskan, pemerintah menargetkan menjadikan Indo­nesia, sebagai salah satu lum­bung pangan dunia. Karenanya, fokus kerja yang dilakukan saat ini, pompanisasi, mencetak sawah, dan mentransformasi pertanian tradisional ke modern.

Amran meyakini, program-program yang dibuat Pemerintah, akan membawa sektor pertanian dari ancaman paceklik lantaran masa kemarau dan kekeringan. Bahkan, kata dia, program-pro­gram tersebut akan menjadikan Indonesia, sebagai salah satu lumbung pangan dunia.

“Sejak awal masuk kabinet, tekad saya sudah bulat. Indonesi harus swasembada, memiliki ke­daulatan pangan, dan berwibawa di kancah internasional,” cetusnya.

Lebih lanjut, Amran me­ngatakan, keseriusan pemerintah di sektor pertanian, khususnya di masa transisi pemerintahan, akan terus menjadi perhatian Presiden Joko Widodo dan dilanjutkan oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto.

Bahkan, sambung dia, Peme­rintah selanjutnya memiliki janji kampanye berupa penambahan alokasi pupuk hingga 100 persen, dan keterlibatan TNI dalam me­masang pompanisasi. Pemerintah juga tengah membangun perta­nian modern, untuk menarik anak muda ikut bertani.

“Ke depan, kami akan terus mengembangkan penggunaan teknologi, seperti drone, remote control, combine harvester, dan deretan mesin canggih lainnya. Kami bangun pertanian modern, untuk menekan biaya produksi hingga 50 persen, dan menwarik anak-anak muda untuk masuk ke sektor pertanian,” tandasnya.

Terpisah, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Ono Surono mengingatkan, pro­gram pompanisasi yang di geber pemerintah, harus memperhatikan kemampuan sumber airnya. Sebab, banyak sungai yang tidak terawat, seperti dipenuhi eceng gondok, hingga menyebabkan pendangka­lan dan penurunan debit air.

Banyak juga loh saluran yang tidak ada airnya. Ada yang ter­sumbat, berbagai macam masalah lain. Silahkan dicek,” ujarnya.

Ono mengakui, sungai bukan­lah kewenangan Kementerian Pertanian (Kementan), tapi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sebab itu, dia mendorong, Ke­mentan berkoordinasi dengan kementerian lain dalam men­jalankan program pompanisasi.

Selain itu, tambah dia, Ke­mentan juga harus membangun komunikasi dengan Pemerin­tah Daerah (Pemda), sebelum menjalankan program tersebut. Jangan sampai, pompa yang diberikan terbuang percuma, karena kekurangan embung air.

“Kesiapan daerah harus dipas­tikan. Sebab, di beberapa lokasi, membutuhkan embung untuk me­nyiapkan pasokan air. Ada daerah yang saat kemarau kekeringan, saat musim hujan kebanjiran. Coba cek lagi, jangan sampai ke­jadian El Nino 2023 terulang, dan kita terkaget-kaget,” tutur Ono.

Program pompanisasi yang tengah dijalankan pemerintah, juga menuai beragam tangga­pan netizen di media sosial X. Akun @kangforward mengaku, mengapresiasi program pompa­nisasi yang digenjot pemerintah.

Dia meyakini, program terse­but bisa menjadi solusi pengai­ran atas masalah yang dihadapi petani. “Masuk musim kemarau, Pak @jokowi udah mikirin solusi penanganan teranyar. Program pompanisasi di seluruh Indone­sia,” cuitnya.

Sementara akun @T4kt4upun meminta, program pompani­asi yang dijalankan Pemerintah, diimbangi dengan pengurangan impor beras. Menurut dia, lang­kah itu penting dilakukan, agar harga gabah di tingkat petani tidak anjlok saat musim panen.

“Bagus juga turun ke sawah, menyerahkan pompa (pompa­nisasi) kepada para petani. Tapi, jangan impor beras, ya pak. Kasihan para petani selalu rugi saat produksi beras melimpah saat musim panen,” harapnya.

Akun @Tukanglas_plg me­miliki pendapat berbeda. Dia mempertanyakan, kenapa pro­gram pompaniasi digeber saat Indonesia sudah masuk awal musim kemarau.

“Kekeringan. Pompanisasi? Debit air kan sedikit. Bagaimana sih logikanya. Apanya yang mau dipompa? Angin? Lebih masuk akal jika dibuatkan sumur bor agar debit air mencukupi, dan buat listrik pakai panel surya. Kemudian, air dialirkan melalui saluran irigasi,” tandasnya

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo