Bayar Kuliah Pakai Pinjol, Mahasiswa Makin Nambah Stres
JAKARTA - Skema pembayaran biaya kuliah dengan menggunakan pinjaman online (pinjol), masih ramai dibicarakan. Meski mendapat dukungan Pemerintah, pinjol dikhawatirkan menambah stres para mahasiswa. Sebab, banyak warga yang kesulitan membayar utang setelah terjerat pinjol.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pihaknya mendukung usulan biaya kuliah menggunakan pinjol. Namun, dia meminta penggunaan pinjol dibarengi dengan tanggung jawab.
“Ini sudah jalan. Kalau tidak salah, ada 83 perguruan tinggi yang menggunakan pinjol untuk membantu pembiayaan mahasiswa. Kan bagus kalau perguruan tingginya itu bertanggung jawab. Syukur-syukur, mereka memberi subsidi bunga,” ujar Muhadjir di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Menurut dia, pinjol merupakan cara yang bagus untuk mendidik mahasiswa agar memiliki fighting spirit dan bertanggung jawab.
“Ketika kekurangan dana, dia harus berusaha, tidak hanya minta tolong termasuk ke orang tuanya. Pembayarannya bisa ditunda, setelah dia berpenghasilan. Jadi, kita harus lakukan kerja-kerja kreatif,” paparnya.
Muhadjir menambahkan, saat ini sudah bukan zamannya mahasiswa menadahkan tangan, minta diberi, baik uluran tangan dari orang tua atau pihak lain,
“Harus berani ambil risiko, termasuk yang tadi. Dengan catatan, lembaga pinjolnya resmi, transparan, dan dengan pengawasan instansi yang resmi, untuk memastikan tidak terjadi fraud,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Muhadjir meminta pihak kampus ikut bertanggung jawab atas pinjaman yang dilakukan para mahasiswa. Dia menegaskan, pihak kampus tak boleh sekadar memberi peluang, kemudian cuci tangan.
Muhadjir juga meminta masyarakat tidak memandang negatif tentang pinjol, dan menggunakam peluang yang ada secara baik.
“Hilangkan pandangan prioratif tentang pinjol. Bahwa telah terjadi fraud, telah terjadi penyalahgunaan, dan terjadi pemerasan melalui pinjol, itu tanggung jawab dan tugasnya Pemerintah,” tandasnya.
Sementara, Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno tidak setuju pembayaran uang kuliah mahasiswa menggunakan pinjol. Menurut dia, pinjol justru memberatkan dan menambah beban para mahasiswa, yang sedang menempuh pendidikan.
“Dari berbagai jenis pembiayaan, pinjol masuk kategori pinjaman yang paling mahal. Selain persyaratannya ringan, jaminannya nihil, dan pemberi pinjaman nyaris tidak mengenal debiturnya. Pinjol untuk membayar kuliah, berpotensi menciptakan masalah daripada menjadi solusi,” jelas Eddy.
Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) ini menambahkan, pinjol sangat berisiko karena bunga yang didapat sangat tinggi. Selain itu, tidak semua mahasiswa setelah lulus langsung mendapatkan pekerjaan.
Harus diingat, ketika lulus, mahasiswa masih harus mencari kerja. Masa tunggu sampai mendapat pekerjaan, mahasiswa satu dan yang lain berbeda. Sementara, beban bunga dan tagihan pinjol terus berjalan, bahkan bertambah karena terlambat bayar,” jelas dia.
Lebih lanjut, Eddy mengungkapkan, dari pengalamannya bekerja di perbankan dan lembaga keuangan internasional, mahasiswa di Amerika banyak yang tertekan mentalnya karena memiliki student loan dari lembaga perbankan. Padahal, student loan di Amerika bunganya rendah.
“Bisa dibayangkan bagaimana tertekannya mahasiswa, jika dia memiliki utang pinjol yang bunganya selangit dan dikejar-kejar debt collector. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, untuk memberikan keringanan bagi mahasiswa dalam membayar uang kuliah,” tegasnya.
Senada, pengamat pendidikan Doni Koesoema menilai, penggunaan pinjol untuk biaya kuliah tidak mengatasi masalah, malah membuat masalah baru.
Menurut dia, mahasiswa yang tidak mampu secara finansial akan menjadi kelompok paling terdampak dengan sistem pinjol.
“Pemberian beasiswa merupakan jalan keluar terbaik. Kami selalu bekerja keras mencari donatur untuk menyediakan beasiswa. Puji syukur, saat ini ada 50 persen mahasiswa IPB yang terdaftar sebagai pemegang beasiswa aktif,” katanya.
Menurut Doni, beasiswa yang dihadirkan juga bermacam-macam, mulai dari Pemerintah maupun swasta. Adanya beasiswa itu membuat mahasiswa yang tidak mampu bisa menyelesaikan pendidikan.
“Kami juga menawarkan keringanan pembayaran uang kuliah tunggal atau UKT. Keringan ini, banyak digunakan oleh mahasiswa yang kurang mampu. Bila ditemukan mahasiswa yang keberatan dengan jumlah pembayaran yang ditentukan, kami carikan solusi,” tandasnya.
Di media sosial X, netizen ramai-ramai mengecam pembiayaan kuliah dengan pinjol.
Akun @filcadet mengaku heran dengan langkah pemerintah yang mengarahkan mahasiswa membayar uang kuliah dengan pinjol.
“Saat kita susah-susah belajar dan cari cara supaya nggak terjerat pinjaman, ada menteri yang suruh bayar uang kuliah pakai pinjol. Memangnya ada pinjol yang menguntungkan peminjamnya? Sekarang, mahasiswa yang punya beban mikirin kuliah, mau ditambahin mikirin utang pinjol,” kritiknya.
Akun @anggiedwidowati menilai, dengan mendorong mahasiswa berutang ke pinjol, Pemerintah seolah tidak punya solusi untuk membuat biaya kuliah di perguruan tinggi menjadi terjangkau.
“Akar masalahnya, biaya kuliah itu tinggi, kenapa nggak diturunin, nggak dikasih subsidi, atau dibenahi pos-pos anggaran yang boros. Kan udah banyak masyarakat yang jadi stres dan gila, gara-gara pinjol. Gue nggak ngerti cara berpikirnya, orang-orang pro pinjol ini,” tulisnya
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu