TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Bayar Kuliah Pakai Pinjol, Mahasiswa Makin Nambah Stres

Oleh: Farhan
Jumat, 05 Juli 2024 | 12:00 WIB
Ilustrasi mahasiswa kuliah. Foto : Ist
Ilustrasi mahasiswa kuliah. Foto : Ist

JAKARTA - Skema pembayaran biaya kuliah dengan menggunakan pinjaman online (pinjol), masih ramai dibicarakan. Meski mendapat dukungan Pemerintah, pinjol dikhawatirkan menambah stres para mahasiswa. Sebab, banyak warga yang kesulitan membayar utang setelah terjerat pinjol.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pihaknya mendukung usulan biaya kuliah menggunakan pin­jol. Namun, dia meminta peng­gunaan pinjol dibarengi dengan tanggung jawab.

“Ini sudah jalan. Kalau tidak salah, ada 83 perguruan tinggi yang menggunakan pinjol untuk membantu pembiayaan maha­siswa. Kan bagus kalau perguruan tingginya itu bertanggung jawab. Syukur-syukur, mereka memberi subsidi bunga,” ujar Muhadjir di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (4/7/2024).

Menurut dia, pinjol meru­pakan cara yang bagus untuk mendidik mahasiswa agar me­miliki fighting spirit dan ber­tanggung jawab.

“Ketika kekurangan dana, dia harus berusaha, tidak hanya minta tolong termasuk ke orang tuanya. Pembayarannya bisa ditunda, setelah dia berpeng­hasilan. Jadi, kita harus lakukan kerja-kerja kreatif,” paparnya.

Muhadjir menambahkan, saat ini sudah bukan zamannya ma­hasiswa menadahkan tangan, minta diberi, baik uluran tangan dari orang tua atau pihak lain,

“Harus berani ambil risiko, termasuk yang tadi. Dengan catatan, lembaga pinjolnya resmi, transparan, dan dengan pengawasan instansi yang resmi, untuk memastikan tidak ter­jadi fraud,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Muhadjir me­minta pihak kampus ikut ber­tanggung jawab atas pinjaman yang dilakukan para mahasiswa. Dia menegaskan, pihak kampus tak boleh sekadar memberi peluang, kemudian cuci tangan.

Muhadjir juga meminta ma­syarakat tidak memandang negatif tentang pinjol, dan menggunakam peluang yang ada secara baik.

“Hilangkan pandangan prio­ratif tentang pinjol. Bahwa telah terjadi fraud, telah terjadi penyalahgunaan, dan terjadi pemerasan melalui pinjol, itu tanggung jawab dan tugasnya Pemerintah,” tandasnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno tidak setuju pembayaran uang kuliah mahasiswa menggunakan pinjol. Menurut dia, pinjol justru memberatkan dan menambah beban para mahasiswa, yang sedang menempuh pendidikan.

“Dari berbagai jenis pembi­ayaan, pinjol masuk kategori pinjaman yang paling mahal. Selain persyaratannya ringan, jaminannya nihil, dan pemberi pinjaman nyaris tidak menge­nal debiturnya. Pinjol untuk membayar kuliah, berpotensi menciptakan masalah daripada menjadi solusi,” jelas Eddy.

Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) ini menambahkan, pinjol sangat berisiko karena bunga yang didapat sangat tinggi. Selain itu, tidak semua maha­siswa setelah lulus langsung mendapatkan pekerjaan.

Harus diingat, ketika lulus, mahasiswa masih harus men­cari kerja. Masa tunggu sampai mendapat pekerjaan, mahasiswa satu dan yang lain berbeda. Sementara, beban bunga dan tagihan pinjol terus berjalan, bahkan bertambah karena ter­lambat bayar,” jelas dia.

Lebih lanjut, Eddy mengung­kapkan, dari pengalamannya bekerja di perbankan dan lem­baga keuangan internasional, mahasiswa di Amerika banyak yang tertekan mentalnya karena memiliki student loan dari lem­baga perbankan. Padahal, student loan di Amerika bunganya rendah.

“Bisa dibayangkan bagaimana tertekannya mahasiswa, jika dia memiliki utang pinjol yang bunganya selangit dan dikejar-kejar debt collector. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, untuk memberikan keringanan bagi mahasiswa dalam membayar uang kuliah,” tegasnya.

Senada, pengamat pendidikan Doni Koesoema menilai, peng­gunaan pinjol untuk biaya kuliah tidak mengatasi masalah, malah membuat masalah baru.

Menurut dia, mahasiswa yang tidak mampu secara finansial akan menjadi kelompok paling terdampak dengan sistem pinjol.

“Pemberian beasiswa meru­pakan jalan keluar terbaik. Kami selalu bekerja keras mencari donatur untuk menyediakan beasiswa. Puji syukur, saat ini ada 50 persen mahasiswa IPB yang terdaftar sebagai pemegang beasiswa aktif,” katanya.

Menurut Doni, beasiswa yang dihadirkan juga bermacam-macam, mulai dari Pemerintah maupun swasta. Adanya bea­siswa itu membuat mahasiswa yang tidak mampu bisa meny­elesaikan pendidikan.

“Kami juga menawarkan ker­inganan pembayaran uang ku­liah tunggal atau UKT. Keringan ini, banyak digunakan oleh mahasiswa yang kurang mampu. Bila ditemukan mahasiswa yang keberatan dengan jumlah pem­bayaran yang ditentukan, kami carikan solusi,” tandasnya.

Di media sosial X, netizen ramai-ramai mengecam pembi­ayaan kuliah dengan pinjol.

Akun @filcadet mengaku heran dengan langkah pemerintah yang mengarahkan mahasiswa mem­bayar uang kuliah dengan pinjol.

“Saat kita susah-susah bela­jar dan cari cara supaya nggak terjerat pinjaman, ada menteri yang suruh bayar uang kuliah pakai pinjol. Memangnya ada pinjol yang menguntungkan peminjamnya? Sekarang, maha­siswa yang punya beban mikirin kuliah, mau ditambahin mikirin utang pinjol,” kritiknya.

Akun @anggiedwidowati me­nilai, dengan mendorong ma­hasiswa berutang ke pinjol, Pemerintah seolah tidak punya solusi untuk membuat biaya ku­liah di perguruan tinggi menjadi terjangkau.

“Akar masalahnya, biaya ku­liah itu tinggi, kenapa nggak diturunin, nggak dikasih subsidi, atau dibenahi pos-pos anggaran yang boros. Kan udah banyak ma­syarakat yang jadi stres dan gila, gara-gara pinjol. Gue nggak ngerti cara berpikirnya, orang-orang pro pinjol ini,” tulisnya

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo