Zelensky Waswas Rusia Bombardir Habis Ukraina
RUSIA - Intensitas serangan pasukan Rusia ke Ukraina makin meningkat dalam beberapa hari terakhir. Presiden Volodymyr Zalensky waswas Moskow akan melakukan serangan besar-besaran menjelang hari kemerdekaan negaranya yang jatuh pada Rabu (24/8).
Zelensky menyerukan kewaspadaan terhadap warganya. Dia memprediksi, Moskow kemungkinan akan terus menggenjot serangan menjelang hari kemerdekaan. Hal itu juga bersamaan dengan momentum setengah tahun Rusia menggelar operasi militer khusus di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari lalu.
Dalam pesan video pada Minggu (21/8) malam, Zelensky mengatakan, ia telah memberi tahu soal potensi serangan besar-besaran Rusia kepada para pemimpin dunia seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
“Semua mitra Ukraina telah diberi tahu tentang apa yang bisa disiapkan pekan ini,” kata Zelensky, dilansir Reuters, kemarin.
Lebih lanjut, Zelensky mengatakan, Rusia terus melanjutkan penangkapan para pejuang Ukraina di Mariupol, kota yang sudah diduduki pasukan Rusia. Menurutnya, langkah yang dilakukan Rusia itu melanggar aturan internasional dan semakin jauh dari upaya negosiasi.
“Jika persidangan dari pertunjukan tercela ini berlanjut, maka bisa menjadi batasan di mana negosiasi tidak mungkin lagi dilakukan. Tidak akan ada lagi pembicaraan. Negara kita telah mengatakan segalanya,” katanya.
Surat kabar The Financial Times, mengutip pernyataan Duta Besar Rusia untuk PBB di Jenewa, Swiss, Gennady Gatilov, memberitakan, Erdogan mencoba untuk memfasilitasi kembali dialog. Namun, dia menepis spekulasi mengenai rencana pembicaraan antara Zelensky dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sepanjang akhir pekan lalu, pasukan Rusia menembakkan rudal ke Odessa, kota pelabuhan di Laut Hitam. Kemudian, kemarin, menggempur Nikopol, kota di dekat Zaporizhzhia, yang menjadi sasaran serangan artileri.
Tak hanya itu, personel Rusia berhasil menembakkan tiga rudal hipersoni Kinzhal selama operasi militer khusus di Ukraina. Serangan rudal yang mampu melesat 14.800 km per jam itu menargetkan fasilitas militer Ukraina.
Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergei Shoigu mengatakan, rudal Kinzhal menunjukkan performa yang memuaskan di medan pertempuran.
Kinzhal atau berarti belati merupakan rudal udara ke darat yang mulai digunakan sejak 2017. Rusia mengklaim tak ada satu pun sistem pertahanan udara di dunia saat ini yang mampu menghentikan rudal berkemampuan nuklir tersebut. Kinzhal bisa diluncurkan dari pesawat pengebom Tu22M3 atau pesawat pencegat MiG-31.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia pertama kali melaporkan penggunaan rudal Kinzhal pada pertengahan Maret lalu. Targetnya saat itu adalah gudang senjata di dekat Kota Ivano-Frankovsk. Kuat dugaan itu adalah kali pertama senjata hipersonik digunakan dalam pertempuran. (rm.id)
Nasional | 9 jam yang lalu
Pos Tangerang | 20 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 9 jam yang lalu