TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Duh Serem, Penularan TBC Di DKI Masih Masif

Oleh: Farhan
Sabtu, 14 September 2024 | 10:53 WIB
Pj Gubernur DKI Heru Budi saat meninjau RS Tarakan. Foto  Ist
Pj Gubernur DKI Heru Budi saat meninjau RS Tarakan. Foto Ist

JAKARTA - Penularan Tuberkulosis (TBC) oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis di Jakarta masih massif. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat ada sekitar 30 ribu kasus TBC baru di Jakarta selama semester I-2024.

Pemerintah Provinsi (Pem­prov) DKI Jakarta memasti­kan selama ini terus berupaya mencegah penularan dengan meningkatkan layanan bagi pasien penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Myco­bacterium Tuberculosis.

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono me­ninjau layanan penyakit TBC Resisten Obat (RO) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024).

Unit layanan TBC RO ini merupakan satu dari tiga layanan baru di RSUD Tarakan. Dua lainnya, penanganan luka bakar dan stroke.

“Ini merupakan ruangan khu­sus, ruang isolasinya cukup baik,” kata Heru usai meninjau unit layanan TBC RO.

Heru berharap, pengembangan layanan kesehatan dengan peralatan kesehatan yang modern ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mendapat­kan layanan kesehatan terbaik di Jakarta.

Semoga pengembangan rumah sakit ini, dengan peralatan yang cukup baik, bisa diman­faatkan masyarakat menuju masyarakat yang sehat,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ani Ruspi­tawati menambahkan, TBC RO merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang terus mening­kat, sehingga memerlukan upaya pengendalian yang serius.

Karena itu, lanjut Ani, RSUD Tarakan sebagai RSUD Kelas A di bawah Dinkes DKI Ja­karta membuka layanan TBC RO dengan mengusung pelayanan terpadu TBC RO. Mulai dari penemuan kasus, penegakan diagnosis, pengobatan, peman­tauan pengobatan, baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. “Bahkan pasien yang mem­butuhkan perawatan intensif di ruang rawat kritis,” kata Ani.

Saat ini, fasilitas kesehatan pelayanan TB RO Rawat Inap di DKI Jakarta terdapat di 11 Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Islam (RSIJ) Cempaka Putih, Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUD Pasar Minggu, Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Per­sahabatan, RSUD Cengkareng, RSUP Fatmawati, RSUD Koja (internal), RSIJ Sukapura dan RSUD Kalideres.

Pelayanan rawat inap TBC RO di RSUD Tarakan memiliki kapasitas sepuluh tempat tidur yang terdiri dari delapan tempat tidur ruang rawat biasa dan dua tempat tidur ruang rawat intensif.

Dilengkapi dengan fasilitas ventilator, bed side monitor, dan ruang tindakan khusus untuk TB RO,” terangnya.

Ani menyebutkan, Dinkes DKI Jakarta bersama stake­holders terkait fokus mencari penemuan kasus TBC baru di Jakarta. Hasilnya, pada semester I-2024 ditemukan 30 ribu kasus baru TBC di Jakarta. Pihaknya pun langsung melakukan investigasi untuk mengetahui siapa yang memiliki kontak erat dengan penderita TBC. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan TBC.

Selain itu, sebagai upaya pencegahan, Dinkes DKI Jakarta menggencarkan pembentukan Kampung Siaga TBC di 267 Rukun Warga (RW).

“Mulai dari masyarakat dan komunitas bisa berkontribusi dalam mengendalikan TBC di lingkungan masing-masing,” imbuh Ani yang bilang Dinkes DKI Jakarta memiliki target eliminasi TBC di 2030.

Berdasarkan data Dinkes DKI Jakarta pada 2023, ada 60.420 pasien TBC baru dari seluruh pasien terduga yang menjalani pemeriksaan. Dari jumlah terse­but, 9.684 atau sekitar 16 persen adalah anak.

“86 persen sebetulnya sudah melakukan pengobatan tapi masih di bawah target nasional, yakni 95 persen,” ujar Ani.

Ani mengatakan, terdapat 535 dari setiap 100.000 penduduk di DKI Jakarta yang menderita TBC. Karena itu, menurut dia, diperlukan usaha besar untuk bisa meraih target ini pada 2030.

Menurut Ani, TBC merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang terus meningkat sehingga memerlukan upaya pengendalian yang serius. Dengan mengembangkan pelayanan dan kemampuan sumber daya agar pengendalian TBC berjalan se­cara berkesinambungan.

Dilansir dari ayosehat.kemkes.go.id, TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian ter­tinggi. TBC juga menjadi salah satu dari 10 masalah kesehatan yang menyerang semua siklus hidup manusia mulai dari bayi dan balita, anak-anak, remaja, usia produktif, dan lansia.

Indonesia masuk dalam 10 negara penyumbang dua sepertiga dari total kasus TBC. Indonesia berada di urutan kedua dengan sumbangan 9,2 persen. Sedangkan urutan pertama, yakni India dengan kontribusi 27,9 persen. Perkiraan jumlah kasus TBC di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 969.000 atau 354 per 100.000 penduduk.

Bakteri penyebab TBC dapat menyebar ketika pasien TBC batuk atau bersin. Bakteri akan menyebar melalui percikan dahak di udara atau droplet da­hak pasien. Apabila seseorang dinyatakan telah terinfeksi TBC, maka perlu diobati dengan mengonsumsi obat secara teratur dalam kurun waktu 6 bulan.

TBC dapat dicegah dengan menerapkan perilaku hidup ber­sih dan sehat. Seperti mencuci tangan dengan sabun, mengon­sumsi makanan yang bergizi seimbang, olahraga secara rutin, memastikan rumah mendapat sinar matahari dan udara segar yang cukup dengan membuka pintu dan jendela setiap pagi agar sirkulasi udara terjaga dengan baik. Dan memakai masker saat menjumpai orang dengan gejala TBC, serta menerapkan etika batuk yang benar.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo