Puan Dan Nanan Apit Mega Di HUT PDIP
JAKARTA - PDIP merayakan hari ulang tahun yang ke-52 dengan penuh kesederhanaan. Dalam acara ini, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri duduk diapit putra-putrinya. Puan di kiri, Nanan di kanan.
HUT PDIP diadakan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025). HUT kali ini mengusung tema “Satyam Eva Jayate” dengan subtema “Api Perjuangan nan Tak Kunjung Padam”. Ribuan kader partai, pejabat Pemerintah, dan tokoh politik nasional hadir memeriahkan acara ini.
Mega tiba sekitar pukul 13.00 WIB. Mega didampingi putranya, Prananda Prabowo alias Nanan yang menjabat sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Situasi PDIP, dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Sejumlah elite DPP PDIP lain mengekor di belakangnya. Seperti Ganjar Pranowo, Olly Dondokambey, Said Abdullah, Komarudin Watubun, Eriko Sotarduga, hingga politikus senior Panda Nababan. Selain itu, hadir pula Gubernur Jakarta terpilih Pramono Anung.
Mereka kemudian bergerak menuju lokasi acara dan duduk bersama di barisan depan tenda berkelir merah putih yang terletak di samping pintu masuk halaman Sekolah Partai.
Sebelum menyampaikan pidato, Mega beserta sejumlah jajaran DPP partai menyaksikan penampilan seni tari dari Yogyakarta. Mega juga menyaksikan penampilan dua musisi berseragam Banteng; Krisdayanti dan Harvey Malaihollo. Ada pula pembacaan puisi dari budayawan Butet Kertaradjasa.
Hingga acara dimulai, Ketua DPP PDIP yang juga putri Mega, Puan Maharani belum kelihatan. Puan baru hadir di lokasi acara pukul 14.00 WIB. Ketua DPR itu datang menumpang kendaraan Alphard berwarna hitam berpelat RI-6.
Puan terlihat mengenakan pakaiannya serba hitam. Begitu keluar dari pintu mobil, jajaran kader Banteng menyambut dan mengajaknya bersalaman.
Puan langsung menuju aula karena acara inti bakal dimulai. Mega yang bergerak dari tempat semula disusul Puan dan menggandeng tangannya menuju kursi. Kemudian, Mega duduk diapit oleh kedua putra putrinya di barisan depan. Puan di sebelah kiri, Nanan di sebelah kanan.
Setelah semua memasuki ruangan, acara pun dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan 3 stanza. Berikutnya giliran Mega naik ke atas mimbar untuk menyampaikan pidato.
Mega mengawali pidatonya dengan menjelaskan kenapa PDIP menggelar HUT dengan sederhana karena hanya dihadiri langsung oleh pengurus di jajaran DPP. Sementara, kader di tingkat daerah mengikuti acara secara virtual atau daring.
“Kenapa saya bikin acara ini (sederhana), saya bilang sama Sekjen, kita kan lagi prihatin. Tadinya saya mau bikin besar gitu,” ungkap Mega.
Mega menuturkan, agenda hari ini menjadi pembuka rangkaian HUT ke-52 PDIP yang akan digelar hingga Juni mendatang.
Dalam kesempatan ini, Mega juga tak kuasa menahan tangis karena perjuangan panjang selama 57 tahun untuk mencabut TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Negara dari Presiden Soekarno akhirnya membuahkan hasil.
“Rekan-rekan pers dan hadirin sekalian, HUT PDIP ke-52 ini sungguh istimewa. Mengapa? Sebab setelah berjuang dengan penuh kesabaran revolusioner sejak 1967, akhirnya atas kehendak Allah SWT, sebuah keputusan luar biasa dikeluarkan melalui surat penegasan pimpinan MPR RI. TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 tidak berlaku lagi,” ujar Mega
Mega menegaskan, keputusan tersebut adalah pelurusan sejarah terhadap tuduhan Bung Karno mendukung pemberontakan G30S PKI. Menurut pimpinan MPR, tuduhan itu tidak pernah terbukti secara hukum.
“Ucapan terima kasih setulus-tulusnya saya sampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia di mana pun kalian berada, atas pelurusan sejarah Bung Karno tersebut,” ujar Mega sambil terisak menangis. "Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto yang telah merespons pimpinan MPR terkait tindak lanjut pemulihan nama baik dan hak-hak Bung Karno sebagai Presiden pertama RI," lanjutnya.
Mega lalu membahas permintaan para kader yang menginginkan dirinya kembali menjadi Ketua Umum PDIP periode 2025-2030. Dia berkelakar enggan memenuhi permintaan itu, jika para kader tidak solid dan tak punya semangat yang sama.
Katanya minta saya Ketua Umum lagi, Ketum lagi tapi, nek anak buahku ngene wae, emoh. (Kalau anak buah saya seperti ini, enggak mau),” ujar Mega.
Di akhir pidatonya, Mega meminta kadernya yang tidak setia dan berdisiplin dalam menggapai cita-cita partai agar mengundurkan diri. "Paling tidak ada kehormatan begitu loh, daripada dipecat," kata Mega.
Menurutnya, cita-cita di PDIP selama ini tidak pernah berubah. Yaitu berjuang bersama rakyat untuk memastikan kepentingan mereka diakomodir wakilnya di Senayan. Jika ada yang tidak setuju, sekali lagi Mega meminta mereka untuk mengembalikan kartu anggota partai.
Tak lupa Mega meminta para elite PDIP tidak terjebak di zona nyaman, tapi terus bersama rakyat dan merasakan kesusahan "wong cilik". Meski bukan berarti anak buahnya tak boleh hidup lebih sejahtera. Namun, jangan terlena dengan kesejahteraan sampai enggan membela rakyat kecil.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 20 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 18 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 14 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu