Monumen Palagan Lengkong, Mengenang Jejak Perjuangan Pahlawan Indonesia di Tangsel

SERPONG - Monumen Palagan Lengkong merupakan sebuah monumen bersejarah yang menceritakan tentang peristiwa heroik Palagan Lengkong yang terjadi pada 25 Januari 1946. Monumen Palagan Lengkong ini dapat ditemukan di Jl. Bukit Golf Utara Nomor 2 Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan.
Dalam peristiwa sejarah di balik Monumen Palagan Lengkong ini, pasukan Taruna Akademi Militer Tangerang yang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Jepang yang masih bersenjata.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, berbagai tantangan masih mengadang, termasuk keberadaan pasukan Jepang yang belum sepenuhnya dilucuti.
Pemerintah Republik Indonesia kemudian berupaya mengambil alih persenjataan dari pasukan Jepang yang masih berada di beberapa wilayah Indonesia, termasuk di Lengkong, Tangerang pada tahun 1946.
Babinsa 1 Lengkong Wetan, Sersan Kepala Suardin, juga mengungkapkan beberapa detail menarik tentang kisah ini.
“Jadi pada tahun 1946, pada saat itu Taruna masih dipimpin oleh Mayor Daan Mogot, Letnan Sutopo, dan Letnan Subianto, saat itu ketika sedang latihan baris-berbaris, ada laporan dari anggota Taruna bahwa ada pasukan Belanda yang mau menyerang Lengkong, saat itulah Mayor Daan Mogot berkoordinasi dengan Kapten Abe dari pasukan Jepang untuk meminta pelucutan senjata,” ungkap Suardin, Jumat (14/02/2025).
Dalam upaya tersebut, Mayor Daan Mogot, seorang perwira berusia 25 tahun yang menjabat sebagai Direktur Pendidikan Akademi Militer Tangerang, memimpin Taruna serta beberapa prajurit dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) untuk bernegosiasi dengan pihak Jepang di bawah Komando Mayor Kagawa. Tujuan utama dari misi ini adalah memperoleh senjata dari tangan Jepang secara damai.
“Saat berkomunikasi di dalam gedung, tiba-tiba terdengar suara letusan senjata yang diduga tidak sengaja dilepas dan membuat tentara Jepang berpikir kalau mereka diserang, mereka pun kemudian langsung menghabiskan perwakilan Taruna yang ada di dalam gedung, pada akhirnya ada total 36 Taruna yang terbunuh baik di dalam gedung maupun di luar,” sebut Suardin.
Pada masa lalu, area monumen ini merupakan kantor persinggahan militer Jepang. Oleh karena itu, di sekitar monumen terdapat dua bangunan lainnya, yaitu pos penjagaan dan kantor yang memiliki ukuran yang kecil, memiliki cat berwarna hijau dan putih, yang juga difungsikan sebagai tempat menjamu tamu. Kedua bangunan tersebut merupakan bangunan peninggalan tentara Jepang.
Tempatnya yang lumayan tersembunyi dan tidak terlalu mendapat perhatian dari masyarakat membuat tempat ini tidak banyak yang tahu. Di balik arsitekturnya yang sederhana dan kuno, Monumen Palagan Lengkong menyimpan kenangan yang memilukan.
Untuk mengenang pengorbanan para pahlawan yang gugur dalam peristiwa tersebut, pemerintah dan masyarakat setempat mendirikan Monumen Palagan Lengkong di lokasi kejadian. Monumen ini tidak hanya menjadi simbol penghormatan terhadap para pahlawan, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan semangat juang dalam mempertahankan kedaulatan bangsa.
Jika masyarakat ingin mengunjungi tempat bersejarah yang satu ini, Suardin mengimbau untuk mendapatkan izin terlebih dahulu.
“Ini tidak dibuka untuk umum, kalau ada kegiatan harus bersurat dulu ke Dinas Kebudayaan Tangerang Selatan dan kami sebagai pembina di wilayah ini juga harus mengikuti perintah pimpinan, jadi diharapkan dulu untuk bersurat dulu ke kebudayaan dan pihak Kodim 0506 Tangerang,” ujar Suardin.
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Politik | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 8 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu