TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Usul DPR Agar Program Efisien Dan Berkualitas, MBG Dikelola Orangtua Siswa

Reporter: Farhan
Editor: Redaksi
Minggu, 16 Februari 2025 | 09:49 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Satu bulan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), muncul beragam evaluasi dan usulan. 

 

Salah satu usulannya, agar anggaran makan bergizi dipatok seporsi Rp 10 ribu, dikelola oleh keluarga penerima manfaat. 

 

Usulan itu datang dari Wakil Ketua Komisi X DPR Maria Yohana Esti Wijayati. "Tapi, keluarga atau orangtuanya harus memberikan bekal bergizi," kata Maria di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/2/2025), seperti diberitakan Tempo.co.

 

Maria menilai, hal itu secara tidak langsung bisa mengefisienkan pengeluaran anggaran dan waktu perihal distribusinya. 

 

Selain itu, menurut dia, makanan yang diproduksi orangtua, lebih berkualitas dan kaya gizi, dibandingkan sajian yang dimasak untuk banyak siswa sekaligus.

 

"Rp 10 ribu dimasak sendiri, akan mempunyai kualitas lebih baik, dibandingkan ketika dimasak bareng-bareng untuk 3 ribu orang," kata Maria.

 

Namun, menurut Maria, perlu pengawasan rutin dari pihak sekolah bila pengelolaan makan bergizi gratis diserahkan ke keluarga. Sekolah harus memastikan, pelajar yang menjadi penerima manfaat, setiap hari membawa bekal bergizi.

 

Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadrian Irfani menilai, usulan agar MBG dikelola orangtua itu sangat baik. Dia yakin, pelibatan orangtua dalam penyiapan MBG akan transparan dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.

 

"Namun harus dipastikan, semua orangtua memiliki komitmen dan kemampuan untuk menjalankan program ini secara konsisten," tegasnya.

 

Sedangkan Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim tidak setuju jika MBG dikelola langsung orangtua murid. Dia khawatir, dana MBG malah dipakai untuk kebutuhan lain.

 

"Apalagi yang kategorinya miskin. Ada kebutuhan seperti bayar kontrakan, membeli gas atau sejenisnya. Itu jika skemanya transfernya diakumulasi satu bulan," ujar Satriwan, Sabtu (15/2/2025).

 

Untuk membahas topik tersebut lebih lanjut, berikut ini wawancara Rakyat Merdeka dengan Satriwan Salim.

 

Bagaimana pandangan Anda tentang Makan Bergizi Gratis (MBG) dikelola langsung orangtua murid?

 

Kami kurang setuju. Pertama, jika dikelola orangtua dengan bentuk cash transfer, kami khawatir dana untuk MBG itu digunakan untuk kebutuhan lainnya. Misalnya, membeli pulsa dan sebagainya. Sehingga, tidak tepat guna. Ini yang kami khawatirkan.

 

Anda tidak setuju ya?

 

Iya, karena jika skema cash transfernya itu misalnya per bulan, jika sehari Rp 10 ribu, anggaplah Rp 300 ribu per bulan. Maka, Rp 300 ribu ini berpotensi dipakai untuk keperluan hidup lainnya.

 

Anda melihat penyaluran MBG satu bulan ini seperti apa?

 

Kami melihat MBG saat ini baru aktivitas biologis, yakni makan yang diselenggarakan sekolah. Kami berharap, implementasi MBG ini dikorelasikan ke dalam kurikulum. Baik sekolah yang pakai kurikulum merdeka, maupun kurikulum 2013. 

 

Pengintegrasian aktivitas MBG ke dalam kurikulum, akan mendorong siswa untuk belajar menggunakan pembelajaran kontekstual. Nah, pembelajaran kontekstual sangat tepat bagi anak-anak SD, PAUD, SMP, bahkan SMA. 

 

Bagi anak PAUD dan SD akan membangun imajinasi mereka untuk mengenali lingkungan sekitar dan mengenali petani. Bagaimana mulai benih, menanam padi hingga menjadi nasi. Ada aktivitas alamiah, sosiologi, ekonomi, fungsi pasar dan seterusnya. 

 

Bagi siswa SMP dan SMA untuk apa?

 

Ini akan membangun sikap kritis. Misalnya, dengan konsumsi beras segitu, apakah mampu mensejahterakan petani. Bagaimana harga gabah, beras di level petani. Kemudian, bagaimana kemampuan negara kita dalam mengonsumsi beras setiap tahun. Lalu, misalnya kenapa pakai beras impor, padahal kita negara agraris. Ini bisa dianalisis, akan membangun sikap kritis siswa dan menjadi pemecah masalah.

 

Selain itu?

 

Ini juga bisa menjadi pendekatan deep learning yang dikenalkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Pak Abdul Mu'ti. Jadi, aktivitas MBG itu harus dikorelasikan dengan implementasi kurikulum menggunakan pendekatan deep learning, atau pembelajaran mendalam. 

 

Di dalam deep learning ada tiga aspek. Pertama meaningful learning atau pembelajaran yang bermakna. Bagaimana guru mengintegrasikan MBG dengan kehidupan nyata siswa. Kedua, maindful learning. Pembelajarannya untuk membangun kesadaran siswa. Ketiga, joyful learning. 

 

Pembelajarannya tidak hanya di ruang kelas, tapi guru bisa mengajak anak-anak pergi ke pasar, pergi ke tempat penyiapan MBG ini. Kan ada tempat tertentu yang dipakai untuk menyiapkan MBG, lalu mendistribusikannya ke sekolah-sekolah.

 

Apa ada keluhan atau masukan yang P2G terima dari masyarakat?

 

Ibu-ibu di kantin sekolah ketika ada MBG ini, pendapatan atau omset mereka menurun drastis. Ada yang 50 persen bahkan sampai 80 persen. Mereka berharap dilibatkan dalam penyiapan dan distribusi MBG. 

 

Menurut kami, kalau satu minggu enam hari belajar, maka bisa jadi dua. Misal simulasinya, tiga hari dikelola kantin dalam sekolah, dan tiga hari lainnya dikelola vendor-vendor yang ditunjuk  Pemerintah. Saling sinergi. Jadi, MBG tidak mematikan usah mikro kecil dan menengah (UMKM).

Komentar:
Dprd
Pandeglang
Dinkes
bkpsdm
perkim
RSU Serut
ePaper Edisi 21 Februari 2025
Berita Populer
01
Bupati Irna : Setiap Orang Ada Masanya

Pos Banten | 2 hari yang lalu

07
Casemiro Tetap Betah Di Man United

Olahraga | 21 jam yang lalu

10
Hari Ini Dewi-Iing Dilantik Presiden Prabowo

Pos Banten | 1 hari yang lalu

GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit