TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Prabowo Happy, Ekonomi Terkendali Serta Inflasi Rendah

Reporter & Editor : AY
Selasa, 18 Februari 2025 | 08:38 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia masih tumbuh dan terkendali. Inflasi pun rendah. Melihat data-data tersebut, Presiden Prabowo Subianto happy.

 

Prabowo menggelar rapat terbatas dan makan siang bersama dengan sejumlah menteri dan kepala lembaga membahas masalah perekonomian di Istana Negara, Jakarta, Senin (17/2/2025). 

 

Rapat digelar di meja kayu oval. Selain bahan rapat, di atas meja tersebut terdapat karangan bunga dan makanan ringan. Prabowo duduk diapit Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. Di samping Luhut dan Airlangga ada Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi.

 

Sementara, para menteri lain duduk menghadap Prabowo. Mereka di antaranya Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi dan Hilirisasi/ Kepala BKPM Rosan Roeslani. Lalu Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid.

 

Prabowo mengenakan baju berkantong empat berwarna kremnya. Sedangkan para menteri ada yang mengenakan batik dan kemeja putih. 

 

Usai rapat, Prabowo memberikan keterangan pers kepada wartawan. Kepada wartawan, Prabowo mengaku senang dengan laporan kondisi ekonomi Indonesia yang disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

 

"Kita telah membahas perkembangan ekonomi. Saya diberi update. Saya sangat gembira bahwa perekonomian kita terkendali," ujar Prabowo.

 

Prabowo menjelaskan, dari laporan yang disampaikan para menteri, ekonomi Indonesia dalam kondisi baik di tengah geopolitik dunia yang tidak menentu. Menurut dia, ekonomi Indonesia pada 2024 tumbuh lebih tinggi dibanding negara-negara lain. Inflasi Indonesia juga rendah.

 

Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada 2024 tumbuh 5,03 persen. Sedangkan, inflasi Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai 1,57 persen. 

 

"Ketahanan ekonomi kita cukup tangguh. Masih banyak tantangan, masih banyak kesulitan, tapi kita mampu mengendalikan," ujar pria yang juga Ketua Umum Partai Gerindra itu.

 

Prabowo pun optimis, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 akan baik-baik saja. Pasalnya, kata dia, Pemerintah telah menerbitkan sederet kebijakan agar ekonomi bisa terus tumbuh. 

 

Pertama, kata dia, menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP). Kedua, optimalisasi penyaluran bansos, berupa Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako, Program Indonesia Pintar (PIP), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Bantuan Langsung Tunai Dana Desa di bulan Februari dan Maret 2025.

 

Ketiga, lanjut Prabowo, pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pekerja swasta diMaret 2025. Keempat, memberikan stimulus Ramadan dan Lebaran: diskon tiket pesawat; diskon tarif tol; program diskon belanja; program pariwisata mudik Lebaran, dan stabilisasi harga pangan.

 

Kelima, paket stimulus ekonomi. Mulai dadi diskon tarif listrik; Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pada pembelian properti dan otomotif (EV); Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) DPT otomotif (EV dan Hybrid); subsidi/pajak DTP motor listrik, Pajak Penghasilan (PPh) DPT sektor padat karya.

 

Keenam, lanjut Prabowo, optimalisasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ketujuh, optimalisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dan Kedelapan, melakukan panen padi terealisasi secara optimal.

 

Dalam kesempatan itu, Prabowo juga mengumumkan kebijakan pemerintah dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional melalui kewajiban penyimpanan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) di dalam negeri. Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025. 

 

Dalam aturan itu, Pemerintah menetapkan bahwa eksportir di sektor pertambangan (kecuali minyak dan gas bumi), perkebunan, kehutanan, dan perikanan wajib menempatkan 100 persen DHE SDA dalam sistem keuangan nasional selama 12 bulan dalam rekening khusus di bank nasional.

 

“Dengan langkah ini, di tahun 2025 devisa hasil ekspor kita diperkirakan bertambah sebanyak 80 miliar dolar AS. Karena ini akan berlaku mulai 1 Maret, kalau lengkap 12 bulan hasilnya diperkirakan akan lebih dari 100 miliar dolar AS,” kata Prabowo.

 

Prabowo juga menjelaskan bahwa eksportir tetap diberikan fleksibilitas dalam menggunakan DHE SDA yang ditempatkan di dalam negeri. Di antaranya adalah untuk menukar ke rupiah di bank yang sama guna operasional bisnis, membayar kewajiban pajak dan penerimaan negara bukan pajak serta kewajiban lainnya dalam valuta asing, hingga membayar dividen dalam bentuk valuta asing.

 

Kemudian pembayaran untuk pengadaan barang dan jasa berupa bahan baku, bahan penolong atau barang modal yang belum tersedia. “Lalu pembayaran kembali atas pinjaman untuk pengadaan barang modal dalam bentuk valuta asing,” ucap Prabowo.

 

Sementara itu, bagi eksportir yang tidak mematuhi kebijakan ini, pemerintah akan memberikan sanksi berupa penangguhan layanan ekspor.

 

Surplus Perdagangan

 

Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kebijakan, kabar baik juga berasal dari neraca perdagangan yang surplus 57 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Rinciannya, ekspor Indonesia mencapai 21,45 miliar dolar AS, sedangkan impornya 18 miliar dolar AS. Sehingga neraca perdagangan pada Januari 2025 mencapai 3,45 miliar dolar AS.

 

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, surplus neraca perdagangan Januari ditopang komoditas nonmigas, utamanya bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.

 

"Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar 1,43 miliar dolar AS. Di mana penyumbang defisitnya adalah minyak mentah dan hasil minyak," ujar Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Senin (17/2/2025).

 

Merespons hal tersebut, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, capaian di awal 2025 lebih tinggi dibandingkan surplus akhir 2024.

 

"Neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan resiliensinya dengan tetap mencatatkan surplus di tengah perdagangan global yang masih mengalami pelemahan," kata Febrio dalam keterangan resminya, Senin (17/2/2025).

 

Menurutnya, capaian surplus ini didorong peningkatan nilai tambah produk alias hilirisasi dan diversifikasi perdagangan. Hal ini terlihat dari peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan, pertanian, dan perkebunan terhadap neraca perdagangan.

Komentar:
Dprd
Pandeglang
Dinkes
bkpsdm
perkim
RSU Serut
ePaper Edisi 21 Februari 2025
Berita Populer
04
Casemiro Tetap Betah Di Man United

Olahraga | 1 hari yang lalu

08
Hari Ini Dewi-Iing Dilantik Presiden Prabowo

Pos Banten | 2 hari yang lalu

09
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit