TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Idul Fitri Di Gaza, Ibu-ibu Tetap Buat Kue Lebaran Di Tengah Krisis

Reporter: Farhan
Editor: AY
Minggu, 30 Maret 2025 | 16:39 WIB
Ibu warga Gaza tetap membuat kue Lebaran untuk keluarganya. Foto : Ist
Ibu warga Gaza tetap membuat kue Lebaran untuk keluarganya. Foto : Ist

GAZA - Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan Ramadan, dulunya sangat ditunggu-tunggu di Gaza, dengan persiapan beberapa hari sebelumnya. Tahun ini, Hari Raya itu tetap mereka nantikan meski dijalani di tengah krisis, dampak dari serangan Israel.

 

Di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara, maupun di Khan Younis, Gaza selatan, para ibu Palestina tengah menyiapkan Kaak, kue tradisional Idul Fitri, dengan harapan dapat mengadirkan senyum di wajah anak-anak mereka. Meskipun serangan militer Israel kembali berlanjut sejak 18 Maret 2025.

 

Ditengah duka mendalam, kehancuran, serta kehilangan rumah dan orang-orang tercinta, para ibu berusaha menciptakan momen kebahagiaan sekecil apa pun bagi anak-anak mereka. Mereka mencoba melindungi buah hati mereka dari kesulitan yang semakin parah akibat penutupan perbatasan oleh Israel.

 

Asma, salah satu ibu di kamp Jabalia berkata, “Meskipun kami kehilangan rumah dan tinggal di tenda, dan meskipun situasi kami sangat sulit, kami tetap ingin memberikan kebahagiaan kepada anak-anak.”

 

Umm Mohammed, di kamp pengungsiang yang sama juga berusaha menghadirkan suasana Idul Fitri bagi anak dan cucunya dengan membuat kue untuk mereka.

 

Kami tidak bisa membelikan baju baru buat mereka, jadi kami membuat sedikit kue agar anak-anak gembira bisa merasakan kembali kegembiraan Idul Fitri," ujarnya, dikutip Middle East Eyes, Jumat (28/3/2025).

 

Ditengah keterbatasan di Khan Younis, Kawthar Hussein duduk di samping tungku tanah di sudut tempat pengungsian, berusaha menyalakan api untuk memanggang kue Idul Fitri, sementara artileri Israel terus membombardir wilayah sekitarnya di Jalur Gaza.

 

Karena blokade menghambat akses ke gas untuk memasak, para perempuan di sana terpaksa menggunakan kardus dan kayu bakar untuk memasak, sebuah proses yang melelahkan dan memakan waktu.

 

Meski asap memenuhi udara, Hussein tetap telaten menyusun adonan kue di atas nampan sebelum dipanggang.

 

"Suasana di sini sangat menyedihkan. Kami kehilangan banyak saudara dan orang-orang yang kami cintai, serta menghadapi krisis kemanusiaan yang sangat berat," ujarnya, dilansir Kantor Berita Turki Anadolu.

 

Kami adalah bangsa yang mencintai kehidupan. Kami tidak ingin anak-anak kami hidup dalam kekurangan. Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka, meskipun hanya sedikit," kata Hussein.

 

Sebelum perang, ia biasa membuat sekitar 9 kilogram kue untuk Idul Fitri. Namun tahun ini, ia hanya mampu membuat 1 kilogram, sekadar untuk memberikan sedikit kebahagiaan bagi anak-anak yang terkena dampak perang.

 

Sejak 2 Maret 2025, Israel telah memberlakukan blokade total di Jalur Gaza dengan menutup seluruh perbatasan dan mencegah masuknya bantuan kemanusiaan, medis, serta logistik darurat.

 

Pasar-pasar nyaris kosong, sementara harga barang yang tersisa melambung tinggi, membuat warga Palestina --yang semakin terpuruk akibat perang -- kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.

 

Pekan lalu, Kantor Media Pemerintah Gaza mengumumkan bahwa wilayah itu telah memasuki fase pertama kelaparan akibat blokade yang berkepanjangan serta terhambatnya akses bantuan penyelamatan jiwa.

 

Pada 18 Maret lalu, tentara Israel melancarkan serangan udara mendadak ke Gaza, menewaskan 896 orang dan melukai hampir 2.000 lainnya, mengakhiri gencatan senjata serta kesepakatan pertukaran tahanan.

 

Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah merenggut nyawa lebih dari 50.200 warga Palestina -- sebagian besar perempuan dan anak-anak -- serta melukai lebih dari 114.000 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.

 

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant November lalu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

 

Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang yang mereka lancarkan di wilayah tersebut.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit